TUMOR DESMOID
PENDAHULUAN
Tumor desmoid, juga dikenal sebagai aggressive
fibromatosis atau musculoaponeurotic fibromatosis, adalah
proliferasi monoklonal, fibroblastik yang muncul dalam struktur
musculoaponeurotik.1
Istilah “desmoid” pertama kali diperkenalkan oleh Muller
ditahun 1838 dan berasal dari bahasa Yunani “desmos”, yang berarti “seperti tendon”.2
Jenis
tumor ini cukup jarang dijumpai, mencakup 0.03% dari keseluruhan neoplasma.2
Estimasinya pada populasi umum adalah 2-4 per sejuta populasi pertahun.3
Insidensi tumor desmoid pada dinding abdomen dan mesenterika pada penderita
sindroma Gardner bervariasi antara 4% dan 29%. Tumor ini terkadang muncul setelah
operasi abdomen. Tumor desmoid juga memiliki hubungan dengan trauma dan terapi
estrogen.4
Meskipun
Tumor desmoid belum pernah dijumpai bermetastase, tumor ini bersifat invasif
lokal dan kecenderungan rekurensinya setelah dilakukan reseksi cukup sering
dilaporkan. Laporan mengenai rekurensi tumor ini paska reseksi mencapai 39 – 79 %.1
Secara
umum, tumor desmoid memiliki predileksi di dinding abdomen, walaupun begitu,
tumor desomoid juga dapat muncul pada lokasi manapun ditubuh. Terdapat tiga
lokasi anatomis utama, yaitu : (1) trunkus atau ekstremitas, (2) dinding
abdomen, dan (3) Intra abdominal (usus dan mesenterika).5 Enzinger
dan Weiss telah menklasifikasikan tumor desmoid kedalam superfisial (palmar,
plantar dan penile fibromatosis), serta deep [( extra-abdominal
(kepala dan leher, dinding dada, punggung, ekstremitas), abdominal (dinding
abdomen); dan intra-abdominal (pelvis, mesenterium)].6
Etiologi
sejati dari tumor desmoid tidak diketahui, namun predisposisi genetiknya pada
pasien – pasien dengan familial adenomatous polyposis (FAP) dan pengaruh
estrogen sebagai hubungan dengan kehamilan telah diimplikasikan.7
Kebanyakan
pasien dengan tumor desmoid tidak memberikan gejala klinis/asimtomatik. Tumor
ini hanya menyebabkan sedikit gejala atau tanpa gejala fokal sama sekali hingga
tingkat perjalanan penyakit yang lanjut. Penderita umumnya datang mencari
pertolongan medis setelah adanya massa yang teraba jelas, nyeri abdomen atau
perdarahan gastrointestinal. Desmoid dapat bersifat agresif lokal dan mampu
menginvasi struktur disekitarnya. Beberapa komplikasi telah dilaporkan termasuk
obstruksi usus halus dan hidronefrosis.4
Pada pemeriksaan makroskopik, tumor desmoid
biasanya memiliki lesi yang berbentuk bulat,
namun bisa juga berbatas ireguler atau infiltratif. Pada pemotongan permukaan,
warnanya putih dan bertrabekulae kasar, seperti jaringan parut.4
Tumor desmoid atau aggressive deep-seated
fibromatosis, merupakan bagian dari kelompok yang langka dari proliferasi
jaringan fibrosa yang memiliki kecenderungan bersifat agresif lokal namun tidak
bermetastase.5 Definisi dari tumor desmoid yang disebut juga aggressive fibromatosis atau musculoaponeurotic fibromatosis, adalah
proliferasi monoklonal, fibroblastik yang muncul dalam struktur
musculoaponeurotik.1
Muller
(1838) adalah yang pertamakali mempopulerkan Istilah “desmoid” yang diambil
dari bahasa Yunani “desmos”, yang
berarti “seperti tendon”.2
Tumor desmoid digolongkan kedalam kelompok
fibromatosis, merupakan tumor benigna yang terdiri dari elemen – elemen
fibrosa.4
Epidemiologi
Tumor desmoid adalah kasus yang cukup jarang,
persentasenya adalah 0.03% dari keseluruhan neoplasma dan kurang dari 3% dari
seluruh soft tissue tumors.2,3 Perkiraan kejadian dalam
populasi umum adalah 2-4 per sejuta populasi pertahun.3
Usia
penderita umumnya berkisar antara 10-40 tahun, dengan catatan, insidensinya
sangat jarang dijumpai pada usia dibawah 10 tahun atau lebih dari 44 tahun.3
Distribusi berdasarkan jenis kelamin adalah seimbang antara laki – laki dan
perempuan pada populasi usia anak – anak. Namun antara usia pubertas hingga 40 tahun cenderung mengenai perempuan.8
Lokasi tumor
Tumor desmoid ekstra abdominal dapat
menempati lokasi di berbagai lokasi anatomis yang bervariasi, meskipun
keterlibatannya secara umum adalah pada bahu, dinding dada dan punggung, paha
dan kepala serta leher. Tumor abdominal timbul dari struktur musculoaponeurotik
dari dinding abdomen, terutama muskulus rektus dan internal obliquus serta
lapisan penutup fascianya. Fibromatosis intra-abdominal muncul didalam pelvis
ataupun mesenterika.8
Manifestasi
klinis
Klinis
dan riwayat penyakit tumor desmoid ini tidak dapat diprediksi dan terkadang
membingungkan. Pada beberapa pasien, penyakit ini memiliki progresivitas yang
cepat, sementara pada pasien – pasien lainnya bersifat lambat dan tetap stabil
tanpa adanya masalah yang berarti selama kurun waktu tertentu.3
Tumor
desmoid pada dinding abdomen dapat timbul sepanjang dinding abdomen anterior.
Gejala klinisnya dapat berupa efek massa, obstruksi usus atau iskemia mukosa.
Pasien – pasien dengan familial adenomatous polyposis (FAP) biasanya mengalami
gejala penyakit dinding abdomen dan intra abdomen secara bersamaan.5
Fibromatoses
extra abdominal umumnya timbul sebagai massa yang berbentuk bundar, keras,
terletak di profunda yang tumbuh tersembunyi serta hanya menyebabkan rasa nyeri
yang sedikit atau bahkan tidak ada rasa nyeri sama sekali. Beberapa kasus
bersifat multifokal. Meskipun jarang, beberapa lesi menyebabkan penurunan
mobilitas sendi atau gejala neurologis. Lesi pada dinding abdomen biasanya
muncul pada wanita muda, hamil atau selama masa menyusui. Lebih sering lagi,
dijumpai pada tahun pertama setelah melahirkan. Fibromatoses pada pelvis timbul
sebagai massa yang pertumbuhannya lambat, biasanya tanpa gejala (asimtomatik),
serta sering misinterpretasi sebagai neoplasma pada ovarium. Lesi mesenterika
dapat bersifat sporadik atau muncul pada penderita sindroma Gardner. Kebanyakan
penderita memiliki massa abdominal yang asimtomatik, namun beberapa diantaranya
dijumpai nyeri abdomen yang ringan. Lebih sering lagi, pada penderita dengan
lesi mesenterik didapati perdarahan atau akut abdomen sebagai gejala sekunder
pada perforasi usus.8
Radiologi
Computed tomography (CT) dan Magnetic resonance imaging (MRI) adalah modalitas yang paling bermanfaat dalam evaluasi ukuran dan perluasan desmoid serta keterlibatan struktur disekitarnya sebelum dilakukan reseksi.9
Computed tomography (CT) dan Magnetic resonance imaging (MRI) adalah modalitas yang paling bermanfaat dalam evaluasi ukuran dan perluasan desmoid serta keterlibatan struktur disekitarnya sebelum dilakukan reseksi.9
CT scanning hingga saat ini adalah teknik yang paling
luas d igunakan dalam penegakkan
diagnosis awal dan monitoring respon terapi pada lesi ini.10
Pada CT, massa dapat dijumpai sebagai massa yang berbatas
tidak jelas (ill defined)
atau bulat penuh. Scan dilakukan sebelum material kontras menunjukkan gambaran
yang bervariasi, relatif terhadap otot. Setelah material kontras diberikan
intravena, tumor desmoid bisa menunjukkan enhancement yang lebih tinggi dari struktur otot
disekitarnya. Meskipun demikian, lesi dengan atenuasi yang sama atau lebih
rendah juga dapat dijumpai.9
Pada ultrasonografi,
tumor desmoid terlihat sebagai massa dengan echogenicity low, medium atau high, dengan
batas halus namun tegas. Batas lateral dapat terlihat kabur atau ireguler.9
Makroskopis
Lesi ini bersifat keras dan memberikan sensasi seperti
berpasir saat dilakukan pemotongan. Pada pemotongan silang, permukaannya
berwarna putih berkilauan, permukaan trabekulae yang kasar memberikan gambaran
seperti jaringan parut. Lesi pada abdomen dapat berbentuk bundar penuh.
Kebanyakan tumor dijumpai dengan ukuran 5 – 10 cm.8 Namun beberapa
kasus dapat mencapai ukuran hingga 15-16 cm dan mencapai berat hingga 2
kilogram. Tumor terkadang melibatkan organ – organ intra abdomen, namun lebih
sering bersifat tanpa keterlibatan yang berarti.3 Disher dan kawan –
kawan (1993) melaporkan massa pada omentum inferior tanpa adenopathy mesenterika
dan tidak dijumpai ascites.12
Mikroskopik
Tumor desmoid secara umum berbentuk bundar dengan
infiltrasi pada struktur jaringan lunak disekitarnya. Seluruhnya memiliki
karakteristik adanya proliferasi sel – sel berbentuk kumparan, ramping
dan memanjang.8 Faria dan kawan – kawan menyebutkan lesi desmoid ini
terdiri dari sel – sel fibroblastik berbentuk stellate atau kumparan
lembut yang menempel pada stroma kolagenosa, tanpa adanya bukti diferensiasi
muskular ataupun diferensiasi neural.4
Dalam stroma kolagen,
biasanya terdapat pembuluh – pembuluh darah prominen yang bervariasi, terkadang
disertai edema perivaskuler. Sel – sel mengalami hiperkromasia atau atipik dan
memiliki nukleus yang kecil dan berwarna pucat dengan satu hingga tiga buah
nukleoli. Sel – sel ini umumnya tersusun dalam satu kelompok (sweeping
bundles). Seperti fibromatosis superfisial, kondisi mitotik bervariasi.
Kolagen seperti keloid atau hialinisasi yang luas dapat dijumpai. Beberapa
lesi, terutama yang muncul pada mesenterika dan pelvis, mengalami perubahan
miksoid stromal dan menunjukkan sitomorfologi seperti fasciitis.8
Imunohistokimia dan
molekular genetik
Sel – sel tumor desmoid secara kuat mengekspresikan
vimentin dan pewarnaan yang bervariasi untuk otot spesifik dan aktin pada otot
polos. Jarang, tapi pernah dijumpai, sel – sel yang mengekspresikan desmin,
cytokeratin dan protein S100.5,8
Desmoid memperlihatkan pola yang seragam dari inaktivasi
kromosom X, hal ini mengkonfirmasi tumor dengan komposisi klonal. Yang menarik,
data – data terbaru menunjukkan hubungan molekuler antara proses penyembuhan
luka dengan gangguan fibroproliferative dari jaringan mesenkim. Ekspresi
transgenik terinduksi dari bentuk mutan gen beta-catenin (CTNNB1) menghasilkan
respon penyembuhan luka hiperplastik, dan mutasi somatik dalam kodon 41 atau 45
dari exon 3 pada CTNNB1 yang terhubung dengan tumor desmoid sporadik.5
Secara keseluruhan, sekitar 2% tumor desmoid memiliki
hubungan dengan FAP, namun desmoid terlihat pada sekitar 10-15% kasus FAP,
membuat pasien – pasien ini memiliki resiko 1000 kali terkena desmoid
dibandingkan dengan populasi umum. Karena predisposisi genetik terhadap tumor
desmoid pada pasien – pasien FAP, analisis mutasi gen APC dapat membantu
menjelaskan patogenesis fibromatosis. Meskipun demikian, bukti – bukti
terkini menunjukkan bahwa terdapat
faktor genetik atau klinis yang tak terungkap pada APC yang bertanggung jawab
terhadap fibromatosis meskipun lokasi mutasi (3’(distal) terhadap kodon 1399)
terlihat memiliki keterkaitan dengan beberapa peningkatan resiko untuk tumor
desmoid.5
Karena
CTNNB1 dan APC keduanya adalah bagian dari jaras sinyal Wnt, mutasi yang
terjadi pada masing – masing gen menghasilkan stabilisasi protein beta-catenin
dan aktivasi berikutnya dari faktor sel T / lymphoid enhancer factor (TCF/Lef),
keluarga dari faktor transkripsi.5
Studi
molekuler lainnya telah menghasilkan temuan ekspresi diferensial dari subtipe
reseptor estrogen, α dan β, dalam tumor desmoid. Terlihat terjadi peningkatan
reseptor estrogen β, namun tidak pada reseptor estrogen α, ekspresi pada 80%
spesimen desmoid. Meningkatnya ekspresi platelet
derived growth factor receptors (PDGFR, A dan B) serta ligandnya dalam
tumor desmoid juga terlihat.5
Klasifikasi dan Staging
Enzinger dan Weiss telah menklasifikasikan tumor desmoid
kedalam superfisial (palmar, plantar dan penile fibromatosis), serta deep
[( extra-abdominal (kepala dan leher, dinding dada, punggung, ekstremitas),
abdominal (dinding abdomen); dan intra-abdominal (pelvis, mesenterium)].6
Church
dan kawan – kawan (2005), mengkategorikan desmoid dan menyusunnya kedalam sistem staging
menurut ukuran, gejala klinis dan komplikasinya.15
Sistem Staging tumor
desmoid 15
|
|
Stage
|
|
I
|
Asymptomatic, diameter maksimum < 10 cm, tidak mengalami
pertumbuhan
|
II
|
Mild symptomatic, diameter maksimum < 10 cm, tidak mengalami
pertumbuhan
|
III
|
Moderately symptomatic atau obstruksi usus/ureter, atau 10 – 20 cm, atau
mengalami pertumbuhan lambat.
|
IV
|
Severely symptomatic, atau > 20 cm, atau mengalami pertumbuhan yang
cepat.
|
Keterangan :
Mildly symptomatic = sensasi massa, nyeri tanpa restriksi.
Moderately symptomatic = sensasi massa, nyeri, restriksi tanpa perlu opname.
Severely symptomatic = sensasi massa, nyeri restriksi perlu opname.
Penatalaksanaan
Reseksi bedah tidak mempengaruhi survival rate,
hal ini tidak mengherankan mengingat riwayat histologis tumor desmoid yang
benigna. Tumor desmoid memiliki kecenderungan untuk rekurensi, dan tidak
diperoleh data yang pasti, apakah reseksi inkomplit memberikan kontribusi
terhadap angka rekurensi lokal.5
Ekstirpasi komplit dari tumor dengan batas – batas ekstirpasi yang dikonfirmasi negatif secara histologi adalah hasil akhir yang paling diharapkan dalam pembedahan. Namun pencapaian ini seringkali dibatasi oleh struktur anatomik. Batas yang masih positif sering didapati pada kebanyakan penderita, meskipun demikian batas reseksi yang masih positif tidak serta merta menyebabkan rekurensi penyakit ini. 5
Ekstirpasi komplit dari tumor dengan batas – batas ekstirpasi yang dikonfirmasi negatif secara histologi adalah hasil akhir yang paling diharapkan dalam pembedahan. Namun pencapaian ini seringkali dibatasi oleh struktur anatomik. Batas yang masih positif sering didapati pada kebanyakan penderita, meskipun demikian batas reseksi yang masih positif tidak serta merta menyebabkan rekurensi penyakit ini. 5
Pada
tumor desmoid yang berlokasi intra abdominal, keterkaitannya dengan mesenterika membatasi luas reseksi dan
merupakan predisposisi morbiditas yang signifikan, termasuk komplikasi iskemik
usus, adhesi dan obstruksi bahkan pembentukan fistula. Reseksi berlebihan dapat
menyebabkan short gut syndrome. Banyak kasus – kasus tumor desmoid yang
meluas hingga mesenterika tidak dapat direseksi dan dapat mengakibatkan
memburuknya gejala dan iskemik. 5
Radiasi sebagai terapi adjuvant setelah reseksi diduga
mampu meminimalisir kejadian rekurensi. Meskipun hal ini masih kontroversial
dan dapat menyebabkan toksisitas pada jaringan sekitarnya (dapat menyebabkan
malignansi sekunder), pemakaian radiasi dapat dipertimbangkan. Dosis terapi
radiasi yang digunakan pada tumor desmoid sekitar 50 – 56 Gy, diberikan 1.8 Gy setiap fraksi
per hari. 5
Kemoterapi dapat diberikan dalam dosis tunggal maupun terapi
kombinasi. Obat yang dipergunakan antara lain methotrexate, doxorubicin,
dacarbazine, vinblastine dan vinorelbine.
Obat – obat non sitotoksik yang telah digunakan pada tumor desmoid dapat
dikategorikan dalam : obat hormonal, NSAID dan obat dengan target molekuler.
Karena terdapat bukti klinis maupun eksperimental yang mengaitkan pengaruh
hormonal terhadap pertumbuhan desmoid. Obat – obat anti estrogen (tamoxifen, selective
estrogen receptor modulator (SERMs))
telah dipergunakan secara luas dalam terapi tumor ini. Tamoxifen adalah yang
paling sering dipakai, meskipun terdapat obat – obat baru seperti toremifene dan
raloxifene.5
Wilcken dan Tatersall (1991), pernah melaporkan
penggunaan Zoladex (goserelin acetate, ICI, Melbourne) dan medroxyprogesterone
acetate (MPA) berhasil mereduksi progresivitas tumor pada tumor desmoid yang
tidak dapat dioperasi dan tidak berespon terhadap tamoxifen.17
Goto dan kawan – kawan (2010) melaporkan keberhasilan
terapi desmoid tumor dengan tranilast, suatu obat anti alergi.18
Penggunaan tyrosine kinase inhibitor imatinib telah memberikan hasil yang cukup
menggembirakan, meskipun mekanismenya masih belum jelas.5
Prognosis
Ballo dan kawan – kawan (1999) dalam penelitiannya
menyimpulkan, terdapat angka rekurensi 33% pada penderita tumor desmoid dalam
waktu 10 tahun setelah dilakukan reseksi. Lebih dari 90% rekurensi terlihat
dalam waktu 5 tahun paska reseksi. Penelitian lain menyatakan angka rekurensi
berkurang pada pemberian radioterapi paska reseksi. Obat – obatan kemoterapi –
termasuk tamoxifen, NSAID, testolactone dan sitostatika – dilaporkan memberikan
respon parsial maupun komplit terhadap tumor. Namun, jumlah penderita yang
diterapi dengan obat – obatan ini sedikit dan tidak terdokumentasi dengan baik.
Pembedahan dengan eksisi lokal yang luas
(wide local excision) masih merupakan pilihan terapi.1
gori� &
d s �h@ x�?
style='mso-spacerun:yes'> dan menyusunnya kedalam sistem staging
menurut ukuran, gejala klinis dan komplikasinya.15
Sistem Staging tumor
desmoid 15
|
|
Stage
|
|
I
|
Asymptomatic, diameter maksimum < 10 cm, tidak mengalami
pertumbuhan
|
II
|
Mild symptomatic, diameter maksimum < 10 cm, tidak mengalami
pertumbuhan
|
III
|
Moderately symptomatic atau obstruksi usus/ureter, atau 10 – 20 cm, atau
mengalami pertumbuhan lambat.
|
IV
|
Severely symptomatic, atau > 20 cm, atau mengalami pertumbuhan yang
cepat.
|
Keterangan :
Mildly symptomatic = sensasi massa, nyeri tanpa restriksi.
Moderately symptomatic = sensasi massa, nyeri, restriksi tanpa perlu opname.
Severely symptomatic = sensasi massa, nyeri restriksi perlu opname.
Penatalaksanaan
Reseksi bedah tidak mempengaruhi survival rate,
hal ini tidak mengherankan mengingat riwayat histologis tumor desmoid yang
benigna. Tumor desmoid memiliki kecenderungan untuk rekurensi, dan tidak
diperoleh data yang pasti, apakah reseksi inkomplit memberikan kontribusi
terhadap angka rekurensi lokal.5
Ekstirpasi komplit dari tumor dengan batas – batas ekstirpasi yang dikonfirmasi negatif secara histologi adalah hasil akhir yang paling diharapkan dalam pembedahan. Namun pencapaian ini seringkali dibatasi oleh struktur anatomik. Batas yang masih positif sering didapati pada kebanyakan penderita, meskipun demikian batas reseksi yang masih positif tidak serta merta menyebabkan rekurensi penyakit ini. 5
Ekstirpasi komplit dari tumor dengan batas – batas ekstirpasi yang dikonfirmasi negatif secara histologi adalah hasil akhir yang paling diharapkan dalam pembedahan. Namun pencapaian ini seringkali dibatasi oleh struktur anatomik. Batas yang masih positif sering didapati pada kebanyakan penderita, meskipun demikian batas reseksi yang masih positif tidak serta merta menyebabkan rekurensi penyakit ini. 5
DAFTAR PUSTAKA
1. Ballo MT, Zagars GK, Pollack A, Pisters PWT dan Pollock RA. Desmoid tumor :
prognostic factors and outcome after surgery, radiation therapy or combined
surgery and radiation therapy. J Clin Oncol 1999; 17 : 158-67.
2. Tauro LF, Aithala SP, Hegde RB,
Ravikhrisnan J, Singla MM. Giant desmoid tumor of the posterior abdominal
wall/retroperitoneum. Indian J Surg 2007; 19:105-7.
3. Wanjeri JK, Opeya CJO. A massive
abdominal wall desmoid tumor occuring in a a laparatomy scar : a case report. WJSO
2011; 9 :35.
4 Faria SC, lyer RB, Rashid A, Ellis L, Whitmann GJ. Desmoid
tumor of the small bowel and the mesenterium. AJR 2004; 183:118.
5. Wong SL. Diagnosis and management of
desmoid tumors and fibrosarcoma. J
Surg Oncol 2008; 97: 554-8.
6. Sarin YK, Khurana N. Desmoid tumor of
the buttock in a preadolescent child.
APSP J Case Rep 2011; 2:2.
7. Patel SR, Benjamin RS. Desmoid tumors
respond to chemotherapy : defying the dogma in oncology. J Clin Oncol
2006; 24(1)11-2.
8. Goldblum JR, Fletcher JA. Desmoid-type
fibromatoses. Dalam : Goldblum JR, Unni KK, Mertens F.
World Health Organization Classification of Tumours – Pathology and Genetics : Soft Tissue and Bone. Lyon. IARC Press, 2005.
Hal : 83-4.
9. Casillas J, Sais GJ, Greve JL,
Iparraguire MC, Morillo G. Imaging of intra- and extrabdominal desmoid tumors. RadioGraphics
1991; 11:959-68.
10. Einstein DM, Tagliabue JR, Desia RK.
Abdominal desmoids : CT findings in 25 patients. AJR August 1991;
157:275-9.
11. McCarville MB, Hoffer FA, Adelman CS,
Khoury JD, Li C, Skapek SX. MRI and biologic behaviour of desmoid tumors in
children. AJR September 2007; 189 : 633-9.
12. Disher AC, Biswas M, Miller TQ,
Kuvhenguhwa A. Atypical desmoid tumor of the abdomen : a case report. J Natl
Med Assoc 1993; 85: 309-11.
13. Sanei MH, Tabatabaie SA, Mahzooni P, Sanei
B. A large anterior mediastinal fibromatosis. Case Rep Clin Pract Rev
2006; 7: 100-2.
14. Sonmez E, Altinors N, Gulsen S, Ozen O.
Extraabdominal desmoid tumor appearing following resction of thoracolumbar
schwannoma. Turkish neurosurgery 2011; 21(2):246-8.
15. Church J, Lynch C, Neary P, LaGuardia L,
Elayi E. A desmoid tumor-staging
system separates patients with intra-abdominal, familial adenomatous
polyposis-Associated desmoid disease by behavior and prognosis. ASCRS 2008;
51: 897-901.
16. Ademuyiwa AO, Bode CO, Elebute OA. Anterior abdominal wall
desmoid tumor in a five year old girl -
a pre operative challenge in resource-poor setting. Annals of
Pediatric Surgery 2010; 6(1) : 41-3.
17. Wilcken N, Tatersall MHN. Endocrine therapy for desmoid tumors. Cancer 1991; 68:
1384-8
18. Goto T, Nemoto T, Ogura K, Hozumi T, Funata N. Successful
treatment of desmoid tumor of the chest wall with tranilast: a case report. Journal
of Medical Case Reports 2010; 4 : 384.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar