PENDAHULUAN
Epitheloid
leiomiosarkoma merupakan varian tumor yang atipik dari otot polos. Epitheloid
leiomiosarkoma sering dijumpai berasal dari otot polos uterus maupun dari traktus
gastrointestinal. Epitheloid leiomyosarcoma sering disebut juga
leiomyoblastoma ganas, dimana istilah ini diperkenalkan pertama kali pada tahun
1962 oleh Stout yang menggunakan istilah ’leiomyoblastoma’ dalam laporan 69
kasus tumor gaster myogenik. Ia memperkirakan bahwa tumor-tumor tersebut berasal dari
myogenik, namun belum dapat ia buktikan pada saat itu. Dalam klasifikasi tumor
jaringan lunak yang baru dari WHO, tumor-tumor myogenik ini disebut epitheloid
leiomyoma atau leiomyosarcoma.
Epitheloid leiomyosarcoma yang berasal dari gaster sangat
jarang terjadi, oleh sebab itu hanya terdapat beberapa laporan dari sejumlah
penderita yang telah dipublikasikan. Pada beberapa kasus, tumor
menjadi tampak jelas sebagai massa di perut. Epithelioid LMS uterus adalah
tumor mesenkim dari otot polos uterus yang tersusun oleh sel-sel epitheloid. Kasus
penyakit ini jarang ditemukan mengingat sulitnya mendiagnosa penyakit ini
karena gambaran histopatologi maupun
klinisnya sangat bervariasi.
Lokasi primer dari tumor ini sangat sulit ditentukan.
Leiomyosarcoma intraabdominal termasuk retroperitoneum lebih sering ditemukan
pada dewasa dan sangat jarang sekali ditemukan pada anak-anak.
Pada kasus yang kami laporkan ini, massa tumor
terletak pada intraabdominal namun tidak diketahui secara klinis, apakah tumor
berasal dari organ saluran cerna atau organ reproduktif. Namun dari pemeriksaan
histopatologi dan sitologi yang mendukung,
tumor ini dapat didiagnosa sebagai epitheloid leiomyosarcoma.
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
Leiomyosarcoma
(LMS) merupakan sarcoma jaringan lunak yang jarang ditemukan dan menyumbangkan
5-10% kasus untuk keseluruhan sarcoma
jaringan lunak. Leiomyosarcoma dapat dibagi dalam subgroup seperti berikut : 1)
LMS retroperitoneum dan lokasi
intraabdominal lain (dinding usus dan mesenterium); 2) LMS jaringan lunak
profunda, selain yang berlokasi di abdomen; 3)
LMS kutaneus atau jaringan subkutan; dan 4) LMS yang berasal dari
vascular. Lokasi pertumbuhan tumor sangat penting untuk diketahui karena dapat
merefleksikan secara akurat keluaran penderita.
EPIDEMIOLOGI
Tumor leiomyosarcoma epitheloid gaster ini mengenai
pria dewasa paruh baya dengan gejala perdarahan pada gastrointestinal atas atau
simptom seperti ulkus peptik. Epitheloid LMS sering mengenai gaster proximal,
terutama pada dinding posterior.
Epitheloid
leiomyosarcoma (LMS) berasal dari lapisan muscularis propria bisa dari
traktus gastrointestinal maupun uterus. Leiomyosarcoma epitheloid yang
predominan terdiri dari sel epitheloid bulat atau polygonal, sering terjadi
pada saluran cerna orang dewasa berumur > 20 tahun. LMS epitheloid jarang
terjadi pada pasien berusia < 10 tahun. Namun begitu, LMS epitheloid harus
dipertimbangkan dalam menentukan diagnosis diferensial terhadap tumor pediatrik
“bersel bulat” untuk mengurangi kemungkinan misdiagnosis.
Umur penderita
beragam dari 11 sampai 89 tahun (mean 57 tahun) untuk semua kasus, 24 – 84
tahun (mean 58 tahun) untuk kasus-kasus retroperitoneal, 11-89 tahun (mean 54
tahun) untuk kasus-kasus jaringan lunak eksternal dan tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan. Wanita lebih sering terkena daripada pria mengingat
leiomyosarcoma uterus lebih sering terjadi daripada leiomyosarcoma saluran
cerna.
LMS juga menduduki keganasan terbanyak kedua pada anak
anak dengan infeksi HIV atau penyakit immunodefisiensi lainnya, dan sering
berkaitan dengan infeksi EBV. Namun demikian, LMS jarang ditemukan pada anak-anak dengan imunitas
baik dan insidensinya tercatat hanya 2-4 % dari keseluruhan sarcoma jaringan
lunak pada anak-anak. Pada anak-anak nonimmunokompromise, LMS sering terjadi
pada traktus gastrointestinal.
GEJALA
KLINIS
Epitheloid
LMS menimbulkan massa
benjolan di perut, berlobul dan terfiksir pada jaringan submukosa tanpa
menimbulkan rasa sakit. Tumor ini mengenai usia dewasa tua, jarang pada
anak-anak. Pada palpasi, tumor ini mempunyai konsistensi kenyal dan
semi keras. Pada beberapa kasus, tumor menjadi tampak jelas sebagai massa di
perut, dan pada laparotomi menunjukkan keterlibatan tumor secara ektensif dengan
penebalan pada ligamen gastrocolic dan omentum mayora.
Pada masa lalu, saluran cerna
dianggap sebagai lokasi paling sering untuk terjadinya leiomyosarkoma
epitheloid dengan dasar fakta bahwa neoplasma mesenkim selalu dianggap berasal
dari otot polos. Bukti terkini mengindikasikan bahwa kebanyakan tumor stroma
saluran cerna ini bukanlah tumor otot polos yang sesungguhnya, namun berasal
dari sel yang secara fenotip berkaitan dengan sel interstitial Cajal dan
menunjukkan ekspresi c-Kit (CD117; stem cell factor receptor).
PEMERIKSAAN
PATOLOGI
Leiomyosarkoma
epitheloid sering ditemukan di dalam uterus dan jarang dilaporkan di tempat
lain. Tumor otot polos epitheloid ini jarang ditemukan di lokasi diluar kavum
abdomen. Hanya sedikit kasus yang pernah dilaporkan terjadi pada tulang ataupun
jaringan ikat lunak. Suster
melaporkan 5 kasus leiomyosarkoma epitheloid pada kulit dan jaringan subkutan. Suh dkk mendeskripisikan kasus yang melibatkan kulit dari hidung. Chen dan Ma melaporkan kasus “leiomyoblastoma intravena jinak” yang
melibatkan vena dan venule kulit dan subkutis di kaki.
Kasus–kasus
leiomyosarkoma epitheloid atau leiomyoma dari jaringan lunak eksternal ini
dijumpai pada lokasi yang superficial. Hanya ditemukan satu artikel oleh Dobashi dkk yang menggambarkan
leiomyosarkoma epitheloid dari eksternal deep soft tissue. Dicatatkan adanya
pasien 59 tahun dengan tumor primer di bahu yang tumbuh ke dalam vena subklavia
dan menjalar ke dalam atrium kanan.
Pernah juga
dijumpai LMS epitheloid dengan masa tumor berlokasi di biceps femoris tanpa
keterlibatan makroskopik ataupun mikroskopik dari pembuluh darah besar atau
pernah juga dari vesica urinaria .
MAKROSKOPIS
Epitheloid LMS dapat dibedakan dengan benign epitheloid
leiomyoma dari ukuran tumor. Bila
tumor lebih besar dari 6 cm, biasanya tumor bersifat malignan. Biasanya sel-sel
tumor bertumbuh dalam jangka waktu yang cukup panjang untuk bisa menimbulkan
gejala kompresi traktus gastrointestinal, dan pada saat tumor menimbulkan
gejala, tumor tersebut sudah mengadakan metastasis jauh ke organ lain.
Metastasis sering ditemukan pada permukaan liver dan peritoneum.
MIKROSKOPIS
Secara mikroskopis, tumor ini terdiri dari sel-sel
epitheloid bulat yang bercampur dengan sel spindel. Sitoplasmanya
sebagian besar jernih. LMS terdiri dari fasikel-fasikel yang tersusun oleh
sel-sel bentuk spindel dengan sitoplasma banyak yang eosinofilik, inti membesar
berujung tumpul dan atipik. Selularitas dan diferensiasi seluler dapat beragam antara
tumor dan bahkan antar area yang berbeda dalam satu tumor yang sama. Lesi
dengan diferensiasi yang baik menunjukkan sel spindel berjalan sejajar dalam
fasikel, suatu gambaran yang mirip dengan gambaran myoma. Inti palisade dapat
dijumpai pada beberapa area dalam tumor, begitu juga dengan fibrosis stroma dan
hialinisasi.
Myofibril eosinofilik dapat dijumpai kadang-kadang, dan
dapat diwarnai dengan pewarnaan Mason trikrom (pink cerah) atau dengan PTAH
(biru tua-ungu). Aktivitas mitotik yang meningkat terlihat dengan jelas,
begitu juga dengan inti yang hiperkromatik. Adanya mitosis sangat penting
artinya dalam membedakan neoplasma otot polos ganas dari yang jinak. Jumlah
mitosis 2 per lapangan pandang besar biasanya ganas dan sering bermetastasis.
Sel-sel dalam LMS yang diferensiasi buruk lebih berbentuk
fusiform atau bulat, membesar dan lebih pleomorfik. Terdapat fokus area yang
mengandung giant cell dengan inti
multipel, pleomorfik dan bizzare
nuklei. Fasikel mungkin tampak uniformis seperti pada lesi yang berdiferensiasi
baik. Kadang dapat dijumpai vakuole perinuklear yang mungkin berasal dari
glikogen yang larut. Perdarahan, fokal nekrosis, vaskularisasi yang bertambah dan degenerasi myxoid fokal
juga sering terdapat pada lesi dengan diferensiasi buruk.
Histopatologi epitheloid LMS menunjukkan adanya banyak
sel epitheloid dengan sitoplasma yang eosinofilik ataupun jernih. Sel-sel ini
jarang memperlihatkan differensiasi myoblastik yang jelas, namun dengan dengan
jelas memperlihatkan reaksi terhadap PAS-diastase karena sitoplasmanya
mengandung granul glikogen. Sebagian
literatur mengatakan bahwa pleomorfisme dijumpai minimal. Namun kunci untuk
menentukan LMS epitheloid ini ganas atau jinak dapat memakai aktivitas mitotik
sebagai berikut : lesi dengan mitosis lebih atau sama dengan 5 per pembesaran
10 harus dipertimbangkan sebagai lesi ganas walaupun ada juga sarcoma yang
mungkin angka mitotiknya tidak sebanyak itu.
Sel-sel epitheloid LMS akan berwarna
merah cerah dengan pewarnaan Masson trikrom untuk myofibril. Lurik longitudinal
dari myofibril dapat juga terlihat dengan pewarnaan PTAH dan Reticulin dimana
akan tampak anyaman serat reticulin mengelilingi sekelompok sel tumor.
Diperkirakan lesi yang menunjukkan peningkatan aktivitas
mitotik, atipikal nucleus dan batas infiltratif, terutama tanpa adanya kapsul
berbatas tegas atau hialinisasi sirkumferential , dapat dianggap sebagai
epitheloid leiomyosarkoma bila kualitas karakteristik epitheloid dapat
dipenuhi, walaupun aktivitas mitotik kurang dari 5 / LPB. Rekurensi Leiomyosarcoma uterus dilaporkan oleh Kurman
dan Norris pada lesi dengan mitosis < 5 / LPB.
Pada kebanyakan kasus, penjelasan untuk sifat agresif ini
adalah bahwa tumor pada awalnya tidak cukup adekuat dalam pengambilan sampelnya
sehingga sulit mendapat diagnosa yang akurat. Lagipula, terminologi
leiomyoblastoma membingungkan karena istilah ini menggambarkan lesi primitif
yang tidak diferensiasi dari asal sel
spindel , sehingga tidak konsisten dengan gambaran histopatologi yang
dimilikinya.
SITOLOGI
Sitologi
dari leiomyosarcoma gaster jarang dilaporkan karena jarang sekali dilakukan. Tampakan
sitologi dari LMS uterus adalah seperti sarcoma sel spindle dari otot polos
yang terlihat dari sel dengan sitoplasma yang padat eosinofilik, nuklei yang
berujung tumpul namun tidak khas sekali untuk menentukan subtype. Angka mitotik
lebih sulit ditemukan pada smear dibandingkan dengan histopatologi. Dan
diagnosis malignan dibuat berdasarkan atas hiperselularitas, kohesi antarsel
yang berkurang, inti pleomorfi, abnormalitas kromatin dan adanya nekrosis.
Leiomyosarcoma epitheloid dengan inti bundar lebih sering missed diagnosis
dengan carcinoma.
PROFIL
IMMUNOHISTOKIMIA
Secara imunohistokimia, tumor
epitheloid menunjukkan reaktif positif untuk α-Smooth Muscle Actin and
α-Sarcomeric Actin. Epitheloid LMS pada jaringan lunak eksternal biasanya tidak
menunjukkan ekspresi positif dengan Desmin, tidak seperti LMS konvensional
lainnya. Suster dan Suh et al menemukan dari 5 kasus epitheloid LMS jaringan
lunak superfisial dan kulit yang mereka teliti, seluruhnya positif dengan
Vimentin dan Muscle specific Actin HHF35, namun semua negatif dengan
Desmin.
TERAPI
Tidak
ada obat yang secara spesifik efektif untuk leiomyosarcoma. Kemoterapi dapat memperlambat
proliferasi sel tumor, namun tidak dapat digunakan untuk LMS intraperitoneal
atau penderita yang mengalami rekurensi lokal atau peritoneal persisten.
Reseksi
bedah merupakan treatment of choice untuk LMS gaster maupun uterus. Menurut
pengalaman Appelman dan Helwig, gastrektomi total ataupun subtotal terhadap LMS
gaster tidak memperbaiki prognosis survival dibandingkan dengan reseksi
segmental, sepanjang batas sayatan bebas dari sel tumor. Namun terkadang untuk
mereseksi tumor secara segmental sangat sulit karena banyaknya vaskularisasi di
permukaan tumor menyebabkan resiko tinggi perdarahan. Pendapat lain mengatakan
gastrektomi total lebih baik sebagai terapi paliatif, bahkan diperlukan reseksi
komplet organ-organ sekitar seperti limpa dan diafragma.
Leiomyoblastoma
uterus terdapat pada 6 lesi dari seluruh 44 leiomyoblastoma yang dilaporkan
oleh Lavin, dkk (1972). Tiga di antara 6
pasien tersebut mengalami rekurensi dan meninggal oleh karena penyakit ini. Lavin
dkk mengemukakan bahwa prognosis penyakit ini tidak bisa diperkirakan
berdasarkan kriteria histologi. 38% dari lesi gaster dan 55% dari lesi
ekstragaster juga merupakan kasus fatal.
Epitheloid
LMS uterine juga dilaporkan oleh Tsukahara, dkk dimana ternyata para penderita
berakhir dengan kematian 5 bulan pasca operasi dengan metastase paru dan
tulang. Peneliti lainnya tetap berpendapat bahwa leiomyoblastoma di bagian
tubuh manapun pada dasarnya adalah lesi jinak yang jarang bermetastase.
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
Diagnosis
diferensial histologis untuk epitheloid LMS beragam mulai dari malignant
melanoma, metastase carcinoma. Malignan melanoma dan metastase carcinoma dapat
dieksklusikan dengan pemeriksaan imunohistokimia, dimana ekspresi HMB-45 dan
Keratin pada LMS negatif. Dalam hal
leiomiosarkoma epitheloid dari uterus, sebagaimana dilaporkan oleh Kurman dan
Norris, entitas histologis ini harus dapat dibedakan dengan leiomyoblastoma
yang jinak, dan clear cell leiomyoma, dan tumor plexiform.
METASTASIS
Permukaan
hepar dan peritoneal merupakan lokasi metastasis yang paling umum dijumpai.
Jaringan lunak retroperitoneal juga sering terlibat. Kebanyakan epithelioid LMS
yang bermetastasis memberikan prognosis yang buruk. Sifat-sifat klinis dari
tumor LMS epitheloid yang berasal dari
gaster sulit untuk diprediksi. Hanya lebih kurang 20% dari tumor gaster epitheloid leiomyomatous
yang dapat menjadi ganas. Beberapa kasus epitheloid LMS juga mengalami rekurensi
dan tumbuh pada intraabdominal atau pelvis
yang mungkin dipengaruhi oleh terapi hormonal.
PROGNOSIS
Ukuran
tumor yang besar dan multinoduler, serta aktivitas mitotik yang tinggi dan
infiltrasi mukosa telah dilaporkan menjadi faktor prognostik tumor. Lokasi
pasti dari tumor dan keahlian operator dalam tumorektomi yang adekuat juga
menentukan prognosis. Walaupun perilaku klinis yang agresif dapat diprediksi
dari gambaran histologi ini , tidak ada parameter mikroskopik yang secara
individual dapat memprediksikan prognosa. Gambaran histologis LMS bervariasi
dalam pola kasus perkasus, namun belum bisa dinyatakan sebagai faktor
prognostik. Angka 5 year
survival rate dari tumor ini berkisar antara 35-50%.
Beberapa
seri penelitian menggambarkan perilaku biologis epitheloid LMS sangat
bervariasi mulai dari lesi agresif yang mempunyai aktivitas mitotik yang
meningkat dan gambaran nekrosis, perdarahan dan infiltrasi mikroskopis yang
merupakan kriteria lesi sangat progresif dan destruktif. Kebanyakan kasus ini kemudian berakhir dengan kematian dalam waktu 8
bulan pasca diagnosis dengan metastase
luas dan jauh.DAFTAR PUSTAKA
1.
Brennan
MF, Singer S, Maki RG, O’Sullivan B. Sarcomas of the Soft Tissues and Bone. In : DeVita VT, Hellman S, et al editors. Cancer :
Principles and Practice of Oncology. Book II. 7th ed. Philadelphia : Lippincott
Williams and Wilkins. 2005 ; 1592-3.
2.
Buscema J,
Carpenter SE, Rosenshein NB, Woodruff JD. Epithelioid Leiomyo sarcoma of the Uterus. Cancer 1986 ; 57 : 1192-6.
3.
Carney JA. The Triad of Gastric
Epithelioid Paraganglioma, and Pulmonary Chondroma Leiomyosarcoma, Functioning
Extra-Adrenal. Cancer 1979 ; 43 (1) : 374-82 .
4.
Enzinger
FM, Weiss SW, Goldblum JR. Enzinger and Weiss’s : Soft Tissue Tumors. 4th ed. St Louis : Mosby Co. 2001
; 728-33.
5.
Hendrickson
MR, Kempson RL. Surgical Pathology of the Uterine Corpus (Major Problems in
Pathology Series). Volume 12. Philadelphia
: WB Saunders. 1980 ; 468-527.
6.
Kato
K, Arai K, Yukichi T, Ijiri R et al.
Epithelioid Leiomyosarcoma in a Non-Immunocompromised Infant: Additional
Differential Diagnosis of Pediatric "Round Cell Tumors". Mod Pathol 2000 ; 13 (10) : 1156 - 60.
Available at : http://www.nature.com/modpathol/journal/v13/n10/full/3880213a.html
7.
Leiomyosarcoma
. Available at : http://www.maxillofacialcenter.com/BondBook/
softtissue/LMS.html.
8.
Miettinen M, Blay JY, Sobin LH. Mesenchymal Tumors of the Stomach. In : Hamilton
SR, Aaltonen LA.
Editors. Pathology and Genetics of Tumours of the Digestive System. World
Health Organization Classification of Tumours. Lyon
: WHO IARC Press . 2000 ; 62-5.
9.
Nascimento
AF, Nucci MR. Disorders of the Peritoneum. In
: Crum CP, Lee KR editor. Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Philadelphia
: Elsevier Saunders, Inc. 2006 ; 762
– 70.
10. Nucci MR, Quade BJ. Uterine Mesenchymal Tumors. In : Crum CP,
Lee KR editor. Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Philadelphia :
Elsevier Saunders, Inc. 2006 ; 631-9.
11. Orell SR, Sterrett GF, Whitaker D.
Fine Needle Aspiration Cytology. 4th edition. Philadelphia : Elsevier. 2005 ; 381.
12. Oshiro Y,
Shiratsuchi H, Oda
Y , Toyoshima S, Tsuneyoshi T. Rhabdoid Features in Leiomyosarcoma
of Soft Tissue : With Special Reference to Aggressive Behavior. Mod Pathol 2000 ; 13(11):1211–8.
13. Owen DA. The Stomach. In : Mills SE, Carter D et al, editors. Sternberg’s Diagnostic
Surgical Pathology. Volume 2. 4 th ed. Philadelphia : Lippincott
Williams & Wilkins. 2004; 1463-5.
14. Robboy
SJ, et al. The Female
Reproductive System. In : Rubin E, Farber JL
editors. Pathology. 2nd ed. Philadelphia
: JB Lippincott. 1994 ; 946.
15. Rosai J. Rosai and
Ackerman’ s : Surgical Pathology. Ninth Edition. Volume 2. Philadelphia : Mosby . 2004 ; 1606-7,2298-301,2397.
16.
Rubin E, Farber JL. The Gastrointestinal Tract. In : Rubin E,
Farber JL editors. Pathology. 2nd ed. Philadelphia : JB Lippincott. 1994; 684-93.
17. Sinn HP, Lehnert T, Singer R, Willig F. Epithelioid Leiomyosarcoma of the Stomach With Hemorrhagic
Ascites (Abstract). Dtsch
Med Wochenschr 1993 ; 15;118(41):1474-9. Available at : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?cmd= 8404507&dopt=AbstractPlus
18. Yamamoto T,
Minami R, Ohbayashi C, Inaba M. Epithelioid
Leiomyosarcoma of the
External Deep Soft Tissue. Archives
of Pathology and Laboratory Medicine 2002 ; 126 (4) : 468–470.
19. Yokota T,
Abe Y, Itoh J, et al. Epithelioid Leiomyosarcoma of the stomach: Report of a Case. Can J Surg 2000 ; 43 : 59-61. Available at : http://www.cma.ca/ index. cfm/ci_id/34438/la_id/1.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar