Embriologi dan Perkembangan Gaster
Pola pertumbuhan traktus
gastrointestinal dimulai dengan invaginasi endoderm gut yang prospektif
membentuk primitive gut tube. Hal ini diikuti oleh diferensiasi
rostrocaudal dan radial setelahnya kedalam beberapa garis silsilah sel yang
berbeda. Proses ini dibarengi oleh induksi persinyalan molekul melalui
enteraksi epitelial – mesenkimal.9
Selama kehamilan minggu keempat, gaster terlihat sebagai pembesaran fusiformis dari foregut. Dan
selanjutnya, dalam minggu – minggu berikutnya, penampilannya serta perubahan
posisinya berubah banyak sebagai hasil tingkat pertumbuhan yang berbeda pada
regio – regio tertentu dari dindingnya dan perubahan posisi organ disekitarnya.
Perubahan posisi gaster paling mudah dijelaskan dengan asumsi bahwa ia berotasi
seputar axis longitudinal dan anteroposterior.10
Gaster berotasi 90o searah jarum jam
seputar axis longitudinalnya, menyebabkan sisi kirinya menghadap ke anterior
dan sisi kanannya menghadap ke posterior. Nervus vagus kiri yang sebelumnya
menginervasi sisi kiri gaster sekarang menginervasi dinding anterior, serupa
dengan hal ini, nervus vagus kanan
menginervasi dinding posterior. Selama terjadinya rotasi ini, dinding
posterior gaster berotasi lebih cepat daripada bagian anterior, membentuk kurvatura
mayor dan minor.10
Anatomi dan Histologi Gaster Normal
Gaster berbentuk seperti huruf ’J’, dengan
kurvatura mayor dan minor, menghadap kearah kanan. Pada sebelah kiri berbatasan
dengan limpa, di bagian inferoposterior terdapat pankreas, sedangkan hati
berada dibagian kanannya. Gaster dalam posisi anatomisnya terdapat dibelakang
regio hipokhondrial kiri pada permukaan abdomen.11
Gaster terdiri dari lima regio 11
:
1. Kardia, yang berhubungan dengan esofagus;
2. Fundus, berbentuk seperti kubah (dome shaped)
melebar hingga bagian kiri dari kardia;
3. Corpus;
4. Antrum ;
5. Pylorus,
dimana lapisan otot sirkuler diperkuat dan membentuk sfingter yang ketat yang
memisahkan gaster dengan duodenum.
Struktur dinding gaster dari luar
kedalam terdiri atas 11 :
-
Serosa
;
-
Lapisan
otot longitudinal ;
-
Lapisan
otot sirkuler ;
-
Lapisan
otot oblique ;
-
Submukosa
;
-
Mukosa
muskularis
-
Mukosa
yang terdiri dari lamina propria dan epitel kolumnar gaster.
Vaskularisasi gaster adalah melalui empat arteri
utama termasuk arteri gastrica kanan/kiri, arteri gastroepiploica kanan/kiri,
arteri gastrica pendek dan arteri gastrica posterior (posterior gastric
artery/ PGA).12
Pola histologi mukosa lambung
serupa pada seluruh dinding gaster. Terdiri dari lapisan superfisial yang
mengandung foveolae (pits), yang merepresentasikan invaginasi dari permukaan
epitelium, serta lapisan profunda yang terdiri dari kelenjar - kelenjar
berbentuk seperti kumparan (coiled).13
Yang berdekatan dengan gastroesophageal
junction adalah mukosa kardia, dimana kelenjar – kelenjarnya mensekresi
mukus. Di bagian proksimal dari pylorus adalah mukosa pyloric (terkadang
disebut juga mukosa antral), dimana kelenjar – kelenjarnya juga mensekresi
mukus. Zona ini berbentuk triangular.13
Secara histologi, mukosa gaster
diliputi oleh sel – sel yang mensekresi mukus, tinggi, berbentuk kolumnar
dengan foveolae – foveolae yang mengintervensi yang dibatasi oleh epitelium
yang serupa.13
Sel
– sel pada permukaan epitelium dan foveolae panjang dan berbentuk kolumnar
dengan nukleus basal dan sitoplasma superfisial yang hampir seluruhnya terisi
mukus. Distribusi kromatin didalam nukleinya seimbang, dengan nukleoli tunggal
yang samar. Pada pemeriksaan histokimia, mukus foveolar seluruhnya netral. Positif
pada pewarnaan periodic acid-Schiff (PAS), namun negatif pada pewarnaan
Alcian-Blue pada pH < 2.5. 13 Inervasi Gaster
Motilitas gaster tergantung pada fungsi
neuromuskuler yang terdiri dari inervasi intrinsik maupun ekstrinsik. Kendali
ekstrinsik termasuk saraf simpatis (thoracolumbar) dan parasimpatis (vagal)
didalam plexus – plexus ganglion. Sistem intrinsik termasuk sistem nervus
enterik (enteric nervous system/ENS), sel – sel otot polos, dan sel –
sel interstitial dari Cajal (Interstitial cells of Cajal/ICCs). ICCs berperan sebagai sel – sel pacemaker
dan sebagai intermediasi dari inervasi enterik.14 Etiologi
Correa mengajukan suatu postulat model
multifaktorial untuk karsinogenesis gaster, dimana infeksi Helicobacter
pylori dianggap memiliki peranan penting dalam perkembangan kondisi
prekursor dan praneoplastik. Hubungan antara
H pylori dan lesi pada gaster telah banyak didokumentasikan di
banyak negara. Infeksi pada masa kanak – kanak oleh H pylori merupakan faktor resiko
penting bagi terjadinya karsinoma gaster. Di Kolombia, 50% populasi rural
dilaporkan menderita infeksi H pylori
pada usia 2 tahun, serta hampir 90% terinfeksi di usia 9 tahun.15
Beberapa penelitian melaporkan
bahwa infeksi H pylori berkaitan dengan karsinoma gaster tipe intestinal
dan difusa. Studi mikroskopik memberikan dugaan bahwa infeksi H pylori
lebih erat berhubungan dengan tipe intestinal dibandingkan tipe difusa.15
Sejak tahun 1994, World Health
Organization and International Agency for Resarch on Cancer menyatakan bahwa terdapat bukti epidemiologi
dan histologi untuk mengklasifikasikan H pylori sebagai karsinogen.
Banyak penelitian telah memberikan bukti bahwa H pylori berkaitan
langsung dengan insidensi karsinoma gaster.16
H pylori melakukan
biosintesa cytosolic urease, suatu enzim yang mengandung Ni2+, yang
menghidrolisis urea menjadi NH3 dan CO2. Biosintesa urease dilakukan oleh tujuh
cluster gen, termasuk gen – gen yang mengkodekan UreA (26.5 kDa) dan UreB (60.3
kDa). Urea diambil oleh H pylori melalui proton gated channel,
dan hidrolisisnya oleh urease menghasilkan ammonia yang membuffer cytosol dan
periplasma, serta membuat lapisan netral disekitar permukaan bakteri.17
Ammonia yang dihasilkan oleh H
pylori bersifat toksik pada sel – sel jaringan gaster. Perubahan –
perubahan sel yang terjadi akibat ammonia termasuk diantaranya, pembengkakan
kompartemen – kompartemen interstitial yang berisi asam, perubahan transpor
membran vesikuler, depresi sintesa protein serta produksi ATP dan tertahannya
siklus sel. Ammonia juga dapat bereaksi dengan pelepasan intermediate oleh
aktivitas neutrofil myeloperoxidase yang membentuk agen – agen karsinogenik
yang berperan dalam adenokarsinoma gaster.17 Pada studi kontrol kasus di Amerika Serikat
dilaporkan, konsumsi yang tinggi akan diet kalori meningkatkan karsinoma gaster
tipe intestinal. Studi prospektif berbasis populasi di Jepang menyatakan bahwa,
konsumsi sayuran dan buah – buahan, bahkan dalam jumlah yang rendah,
berhubungan dengan penurunan resiko karsinoma gaster, dan hal ini hanya diobservasi
pada tipe intestinal dengan diferensiasi baik. Studi lain di Meksiko
menunjukkan bahwa konsumsi serat dan vitamin E cenderung menurunkan resiko
karsinoma gaster baik tipe intestinal maupun difusa. Penelitian ini juga
melaporkan bahwa terdapat hubungan antara konsumsi lemak bersaturasi tinggi
dengan peningkatan resiko karsinoma gaster tipe intestinal. Keterkaitan antara kebiasaan merokok dengan
tipe – tipe histologi yang berbeda dari karsinoma gaster telah diteliti dalam
tiga studi, dua diantaranya dilakukan di Jepang dan satu lagi di Swedia, dengan
hasil tidak dijumpai perbedaan antara resiko karsinoma gaster tipe intestinal
maupun difusa dalam kaitannya dengan kebiasaan merokok.15
Karsinoma gaster yang
berlokasi di proksimal memiliki etiologi dan gambaran kliniko-patologi yang
berbeda dengan karsinoma gaster yang terletak lebih distal. Inoue dan kawan –
kawan melaporkan bahwa kebiasaan merokok lebih cenderung berkaitan dengan
resiko karsinoma gaster dengan lokasi sepertiga superior dibandingkan dengan
lokasi yang lebih ke distal. Meskipun demikian, pada penelitian – penelitian
berikutnya tidak didapati perbedaan antara resiko karsinoma gaster dalam kardia
dan non-kardia dalam hubungannya dengan merokok.15
Gejala Klinis
Penderita adenokarsinoma gaster umumnya tidak menunjukkan gejala hingga
penyakit berkembang lebih lanjut. Gejala dan tanda klinis biasanya berhubungan
dengan penyebaran sekunder (terutama pada hati) serta pada efek umum yang
ditimbulkan oleh malignansi yang telah jauh, seperti turunnya berat badan,
anoreksia atau nausea. Nyeri pada epigastrium dijumpai pada sekitar 80% pasien
dan mungkin serupa dengan ulkus gaster yang benigna. Muntah disebabkan oleh
obstruksi pada lumen gaster. Karsinoma pada kardia gaster dapat menyebabkan disfagia.18
Tabel
1.
Gejala
dan Tanda Karsinoma Gaster 18
Gejala Tanda
-
Nyeri
epigastrik / pada punggung -
Kahexia, berat badan turun.
-
Anoreksia -
Anemia
-
Muntah -
Massa epigastrik
-
Disfagia -
Hepatomegali
-
Anemia
defisiensi besi -
Tanda Troisier’s
-
Hematemesis/melena
-
Turunnya
berat badan.
Nyeri abdomen yang konstan, dan terutama nyeri
pada punggung merupakan gejala – gejala yang dihasilkan oleh invasi tumor.
Perdarahan, baik akut maupun kronik dari tumor dapat dijumpai. Pada palpasi terkadang
dapat diraba massa epigastrium. Jarang didapati tanda Troisier’s klasik
(pembesaran nodus limfe supraklavikular kiri).18
Deteksi Dini
Pemeriksaan karsinoma
gaster secara dini dapat dilakukan dengan double contrast X-Ray
menggunakan Barium metal. Jika terdapat lesi yang dicurigai maka dilanjutkan
dengan pemeriksaan endoskopi. Pada lesi – lesi yang lanjut dapat dilakukan
pemeriksaan ultrasonografi konvensional dan computed tomography.19,20
Hermann dan kawan – kawan (2007)
melaporkan bahwa penggunaan 18F-FLT dimungkinkan dalam deteksi dini
karsinoma gaster. 18FF-FLT PET lebih sensitif dibandingkan 18F-FDG PET.21
Gambaran Makroskopis
Displasia pada gaster dapat
tampil sebagai lesi flat (sulit untuk dideteksi pada endoskopi
konvensional, namun terlihat pada dye staining endoskopi) atau
pertumbuhan polypoid. Karakteristik
intermediate diantaranya termasuk mukosa yang terdepresi atau kemerahan atau
mengalami diskolorisasi. Tipe makroskopik pada karsinoma gaster dini
diklasifikasikan sesuai dengan kriteria pada endoskopi. Klasifikasi Borrmann
didasari pada tampilan makroskopik dari karsinoma gaster ini.23 Sering didapati ulserasi tipe II atau III. Tumor
difusa (infiltratif) tipe IV menyebar superfisial didalam mukosa dan submukosa,
menghasilkan lesi seperti plaque yang berbentuk flat, dengan
maupun tanpa ulserasi yang dangkal. Dengan infiltrasi yang ekstensif,
terbentuklah linitis plastica atau gaster “leather bottle”. Adenokarsinoma
mucinosum terlihat seperti gelatin dengan permukaan yang berkilau.23
Histopatologi
Karsinoma gaster terdiri dari
struktur tubular, acinar maupun papiler, atau terdiri dari campuran kompleks
dari sel – sel terisolasi, discohesive dengan morfologi yang bervariasi,
terkadang merupakan kombinasi dengan struktur glandular, trabekuler atau
alveolar.23
Pada pemeriksaan mikroskopik,
kasinoma gaster memperlihatkan morfologi yang bervariasi, dan World Health
Organization (WHO) saat ini mengidentifikasi beberapa tipe mikroskopik yang
berbeda. Pekka lauren di tahun 1965 menemukan bahwa karsinoma gaster dapat
disegregasikan menjadi dua tipe dasar, dengan kelompok ketiga dimana tumor –
tumor ini menunjukkan gambaran dari kedua tipe ini. Ia mengelompokkan 53% tumor
dalam serial ini sebagai tipe intestinal. Karsinoma gaster tipe intestinal
biasanya memiliki gambaran adanya pembentukan kelenjar yang sel – sel
kolumnarnya aktif secara mitotik disertai dengan pembesaran, nuklei yang
terwarnai gelap (dengan hematoxylin), dengan akumulasi mucin didalam lumina
dari kelenjar – kelenjar malignan ini, dan tanpa banyak akumulasi mucin
intraseluler. Ia mencatat variasi didalam arsitektur mikroskopik ini : beberapa
spesimen menunjukkan bahwa sel – sel malignan terutama membentuk struktur
papiler sementara pada lainnya terdapat
mucin dalam jumlah banyak, membentuk pools (“colloid carcinoma”).22 Gambaran utamanya berupa pembentukan struktur epitel yang relatif rumit
oleh sel – sel yang yang mengekspresikan malignansi sitologi dalam tingkatan
yang tinggi (pembesaran nuklear, iregularitas dan hiperkromasia). Yang cukup
menarik, kelenjar – kelenjar malignan dalam karsinoma gaster tipe intestinal
ini, sesuai dengan namanya, mengingatkan kepada struktur epitelial dari
intestinal besar dibandingkan dengan kelenjar kelenjar gaster.22
Lauren menjumpai bahwa 33 % karsinoma dalam serial ini sesuai dengan
definisi tipe difus. Dibandingkan dengan sel – sel dalam karsinoma tipe
intestinal, sel – sel karsinoma difusa
lebih kecil, lebih seragam bentuk dan ukuran inti selnya secara keseluruhan serta aktivitas mitotiknya lebih rendah.22 Struktur epitelialnya yang dibentuk oleh sel – sel ini lebih cenderung abortive,
dengan pembentukan lumen yang jarang. Secara mikroskopik dijumpai ekstensi
infiltratif dari mukosa tanpa ulserasi yang berkaitan.22
Klasifikasi
Selain klasifikasi Lauren, karsinoma gaster
dapat diklasifikasikan secara endoskopik menurut pola pertumbuhannya. Pola I,II
dan III dari kanker superfisial merefleksikan morfologi makroskopik dari
spesimen operasi. Resiko penetrasi profunda
dan multifokal kedalam submukosa dan resiko invasi limfatik lebih tinggi
pada tipe IIc.23 Ulserasi tipe II
atau II sering dijumpai. Tumor difusa (infiltratif) tipe IV menyebar
superfisial didalam mukosa dan submukosa, menghasilkan lesi berbentuk flat,
seperti plaque, dengan atau tanpa ulserasi yang dangkal. Dengan
infiltrasi ekstensif, terbentuklah linitis plastica atau “leather bottle”.23
Berdasarkan variasi histologinya,
biasanya salah satu atau keempat pola yang mendominasi. Penegakkan diagnosis
didasari oleh pola histologi yang lebih dominan.23
1. Tubular
adenocarcinoma
Mengandung percabangan tubulus yang
melebar atau slit-like yang bervariasi diameternya; struktur acinar
dapat dijumpai. Sel – sel tumor individual berbentuk kolumnar, kuboidal atau flattened oleh mucin intraluminal. 23
Papillary
adenocarcinoma
Merupakan karsinoma exophytic
terdiferensiasi baik dengan prosesus finger-like yang memanjang (elongated) dibatasi
oleh sel – sel silindrikal maupun kuboidal disokong oleh inti jaringan ikat
fibrovaskular. Sel – selnya cenderung mempertahankan polaritasnya. 23
3. Mucinous adenocarcinoma
50% dari tumor ini mengandung mucinous
pools ekstraseluler. Terdapat dua
pola pertumbuhan utama : a. Kelenjar yang dibatasi oleh epitel yang mensekresi
mukosa kolumnar bersama dengan interstitial mucin, dan b. Rantai atau cluster
sel – sel iregular yang floating bebas dalam mucinous lake. Juga terdapat mucin
didalam stroma interglandular, sel – sel signet ring yang tersebar tidak
mendominasi gambaran histologinya. 23 . Signet-ring
cell carcinoma
Lebih dari 50% tumor terdiri dari
sel – sel malignan terisolasi atau dalam kelompok kecil mengandung mucin
intrasitoplasma. Superfisial, sel – sel tersebar didalam lamina propria, melebarkan
jarak antara pits dengan kelenjar. Sel – sel tumor memiliki lima
morfologi : (1) nuklei mendorong membran sel yang memberikan gambaran signet
ring cell yang disebabkan clear sitoplasma yang berekpansi dan berbentuk
globoid. (2) Karsinoma tipe difus lain mengandung sel – sel dengan nuklei
sentral yang menunjukkan histiocytes serta sedikit atau tanpa aktivitas
mitotik; (3) sel – sel eosinofilik yang kecil dan dalam dengan granula- granula
sitoplasma yang mengandung mucin netral; (4) sel – sel kecil dengan atau tanpa
mucin; (5) dan sel – sel anaplastik dengan atau tanpa mucin. 23 Beberapa varian
lain yang tidak termasuk klasifikasi Lauren ataupun WHO antara lain 23
:
1. Adenosquamous
carcinoma
Lesi ini merupakan kombinasi
adenocarcinoma dan squamous cell carcinoma. Terdapat transisi diantar kedua
komponen. Tumor mengandung foci yang terlihat benigna metaplasia squamosa.
2. Squamous cell
carcinoma
Jarang didapati pada gaster,
gambarannya serupa dengan squamous cell carcinoma pada organ – organ lain.
3.
Undifferentiated carcinoma
Lesi ini memiliki diferensiasi yang
minimal.
Tumor
– tumor lain yang jarang dijumpai termasuk mixed adenocarcinoma,
carcinoid (mixed exocrine endocrine carcinoma), small cell carcinoma, parietal
cell carcinoma, choriocarcinoma, endodermal sinus tumour, embryonal carcinoma,
Paneth cell richadenocarcinoma dan hepatoid adenocarcinoma.23
Grading
Grading karsinoma gaster adalah 23
:
1. Well differentiated : adenocarcinoma
dengan kelenjar yang terbentuk baik, sering menggambarkan epitel intestinal
metaplasia.
2. Moderately differentiated : intermediate
adenocarcinoma diantara well differentiated dan poorly differentiated.
3. Poorly differentiated : adenocarcinoma yang
terdiri dari kelenjar – kelenjar ireguler dengan sel – sel tunggal yang
terisolasi atau tersusun dalam kelompok – kelompok kecil ataupun besar dengan
sekresi mucin atau struktur acinar.
Gejala Klinis
Penderita adenokarsinoma gaster umumnya tidak menunjukkan gejala hingga
penyakit berkembang lebih lanjut. Gejala dan tanda klinis biasanya berhubungan
dengan penyebaran sekunder (terutama pada hati) serta pada efek umum yang
ditimbulkan oleh malignansi yang telah jauh, seperti turunnya berat badan,
anoreksia atau nausea. Nyeri pada epigastrium dijumpai pada sekitar 80% pasien
dan mungkin serupa dengan ulkus gaster yang benigna. Muntah disebabkan oleh
obstruksi pada lumen gaster. Karsinoma pada kardia gaster dapat menyebabkan disfagia.18
Tabel
1.
Gejala
dan Tanda Karsinoma Gaster 18
Gejala Tanda
-
Nyeri
epigastrik / pada punggung -
Kahexia, berat badan turun.
-
Anoreksia -
Anemia
-
Muntah -
Massa epigastrik
-
Disfagia -
Hepatomegali
-
Anemia
defisiensi besi -
Tanda Troisier’s
-
Hematemesis/melena
-
Turunnya
berat badan.
Nyeri abdomen yang konstan, dan terutama nyeri
pada punggung merupakan gejala – gejala yang dihasilkan oleh invasi tumor.
Perdarahan, baik akut maupun kronik dari tumor dapat dijumpai. Pada palpasi terkadang
dapat diraba massa epigastrium. Jarang didapati tanda Troisier’s klasik
(pembesaran nodus limfe supraklavikular kiri).18
Deteksi Dini
Pemeriksaan karsinoma
gaster secara dini dapat dilakukan dengan double contrast X-Ray
menggunakan Barium metal. Jika terdapat lesi yang dicurigai maka dilanjutkan
dengan pemeriksaan endoskopi. Pada lesi – lesi yang lanjut dapat dilakukan
pemeriksaan ultrasonografi konvensional dan computed tomography.19,20
Hermann dan kawan – kawan (2007)
melaporkan bahwa penggunaan 18F-FLT dimungkinkan dalam deteksi dini
karsinoma gaster. 18FF-FLT PET lebih sensitif dibandingkan 18F-FDG PET.21
Gambaran Makroskopis
Displasia pada gaster dapat
tampil sebagai lesi flat (sulit untuk dideteksi pada endoskopi
konvensional, namun terlihat pada dye staining endoskopi) atau
pertumbuhan polypoid. Karakteristik
intermediate diantaranya termasuk mukosa yang terdepresi atau kemerahan atau
mengalami diskolorisasi. Tipe makroskopik pada karsinoma gaster dini
diklasifikasikan sesuai dengan kriteria pada endoskopi. Klasifikasi Borrmann
didasari pada tampilan makroskopik dari karsinoma gaster ini.23 Klasifikasi
TNM karsinoma gaster 23 :
T - tahap: tumor primer.
Tx - tumor primer tidak dapat dinilai.
T0 - tidak ada bukti tumor primer.
Tis - karsinoma in situ : tumor intraepitelial
tanpainvasi pada lamina propria
T1 - tumor menginvasi lamina propria atau submukosa
T2 - Tumor menginvasi muskularis propria atau subserosa
T3 - Tumor mempenetrasi serosa (visceral peritoneum)
T4 - Tumor melibatkan struktur
yang berdekatan
N - tahap: kelenjar getah bening regional.
Nx - kelenjar getah bening regional tak dapat
dinilai.
N0 - tidak ada metastasis kelenjar getah bening
regional.
N1 - metastasis ke 1-6 kelenjar getah bening regional.
N2 - metastasis ke 7-15 kelenjar getah bening regional.
N3 - metastasis lebih dari 15 kelenjar getah bening regional.
M - tahap: metastasis jauh.
Mx - metastasis jauh tidak dapat dinilai.
M0 - tidak ada metastasis jauh.
M1 - ada metastasis jauh.
Stadium klinis
Stadium 0 :
Tis No Mo
Stadium IA :
T1 No Mo
Stadium IB :
T1 N1 Mo
Stadium II :
T1 N2 Mo
T2
N2
Mo
T3
N0
Mo
Stadium IIIA : T2 N2 Mo
T3 N1 Mo
T4 N0 Mo
Stadium IIIB : T3 N2 Mo
Stadium IV : T4 N1,N2,N3Mo
T1,T2,T3 N3 Mo
Setiap T Setiap N M1
Penatalaksanaan
Reseksi bedah tetap merupakan penatalaksanaan
kuratif primer untuk karsinoma gaster. Untuk karsinoma pada dua-pertiga
proksimal gaster dilakukan total gastrektomi. Ini juga dilakukan pada kenker di
distal yang ekstensif. Pada karsinoma antral maupun pyloric dilakukan distal
gastrektomi. Proksimal gastrektomi sudah jarang dilakukan karena banyaknya
komplikasi termasuk alkaline reflux.24
Kemoterapi sebagai ajuvan dan
neoajuvan dipakai untuk melengkapi reseksi bedah. Epirubicin, cisplatin dan
fluoruracil diberikan masing – masing selama tiga siklus sebelum dan setelah
operasi. 24
Pada
terapi gabungan dengan kemo-radiasi banyak dijumpai toksisitas akut. 24
Daftar
Pustaka
1.
Alberts SR, Cervantes A, Van De Velde CJH. Gastric cancer :
epidemiology, pathology and treatment. Annals of oncology 2003; 14
(supplement 2) : ii31-6.
2.
O’Dea DG, Macdonald JS. Gastric cancer overview. Dalam :
Macdonald JS. Advances in the management of gastric cancer. 2006. CMPMedica.
New York. Pp :1-2.
3.
Lockhart ME, Canon CL. Epidemiology of gastric cancer. Dalam
: Gore RM, Reznek RH, Husband JE. Gastric cancer. 2010. Cambridge University
Press. Cambridge. Pp: 1-22.
4.
Carl-McGrath S, Ebert M, Rocken C. Gastric adenocarcinoma:
epidemiology, pathology and pathogenesis. Cancer Therapy 2007; 5:
877-94.
5.
Wong BCY, Ching CK, Lam SK. Helicobacter pylori
infection and gastric cancer. HKMJ 1999;5: 175-9.
6.
Trajkov D, Stardelova K, Dimitrova M, Mishevski J,
Serafimoski V. Helicobacter pylori and gastric carcinoma. Sec.
Biol.Med.Sci 2007; XXVIII/2: 39-46.
7.
Saito H, Kuroda H, Matsunaga T. Prognostic indicators in
node-negative advanced gastric cancer patients. J. Surg.Oncol 2010; 101:
622-5.
8.
Seshadri RA, Jayanand SB, Ranganathan R. Prognostic factors
in patients with node-negative gastric cancer: an indian experience. World
Journal of Surgical Oncology 2011;9(48): 1-10.
9.
Spencer-Dene B, Sala FG, Bellusci S, Gschmeissner S, Stamp
G, Dickson C. Stomach development is dependent on fibroblast growth factor
10/fibroblast growth factor receptor 2b-mediated signalling. Gastroenterology
2006; 130: 1233-44.
10. Sadler
TW. Langman’s medical embryology 8th ed. 2008. Lippincott Williams
and Wilkins. Philadelphia. Pp: 290-3.
11. Keshav
S. The gastrointestinal system at a glance. 2004. Blackwell Science.
Massachusets. Pp: 21.
12. Okabayashi
T, Kobayashi M, Nishimori I, et.al. Autopsy study of anatomical features of the
posterior gastric artery for surgical contribution. World J Gastroenterol
2006; 12(33): 5357-9.
13. Owen
DA. Stomach. Dalam : Mills SE. Histology for pathologists 3rd ed.
2007. Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia. Pp: 590-4.
14. Fenoglio-Preiser
CM, Noffsinger AE, Stemmerman GN, Lantz PE, Isaacson PG. Gastrointestinal
pathology: an atlas and text 3rd ed. 2008. Lippincott Williams and
Wilkins. Philadelphia. Pp: 543-5.
15. Campos
F, Carrasquilla G, Koriyama C, et.al. Risk factors of gastric cancer spesific
for tumor location and histology in Cali, Colombia. World J Gastroenterol
2006; 12(36) : 5772-9.
16. Uemura
N, Okamoto S, Yamamoto S, et.al. Helicobacter pylori infection and the
development of gastric cancer. N Engl J Med 2001; 345(11) : 784-9.
17. Montecucco C, Rappuoli R. Living dangerously :
how Helicobacter pylori survives in the human stomach. Nature Rev. 2001;
2 : 457-65.
18. Bowles
MJ, Benjamin IS. Cancer of the stomach and pancreas. Dalam : Logan RPH, Harris
A, Misiewicz JJ, Baron JH. ABC of the upper gastrointestinal tract. 2002. BMJ
Books. London. pp : 41-2
19. Tan YK,
Fielding JWL. Early diagnosis of early gastric cancer. Eur J gastroenterol
Hepatol 2006; 18: 821-9.
20. Yasuda
K. Early gastric cancer : diagnosis, treatment techniques and outcomes. . Eur
J gastroenterol Hepatol 2006; 18: 839-45.
21. Herrmann
K, Ott K, Buck AK, et.al. Imaging gastric cancer with PET and the radiotracers 18F-FLT
and 18F-FDG : a comparative analysis. J Nucl Med 2007; 48: 1945-50.
22. Hall
CR. Pathology of gastric cancer. Dalam : Gore RM, Reznek RH, Husband JE.
Gastric cancer. 2010. Cambridge Univ press. Cambridge. Pp: 22-4.
23. Preiser FG, Carneiro F, Correa P, et.al.
Gastric carcinoma. Dalam : Hamilton SR, Aaltonen LA. Pathology and genetics of
tumours of the digestive system – World Health Organization Classification of
Tumours. 2000. IARC Press. Lyon. P: 38-49.
24. Mackay
S, Hayes T, Yeo A. Management of gastric cancer. Australian Family Physician
2006; 35(4) : 208-11.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar