BIOPSI HATI PADA HEPATITIS KRONIK
Pendahuluan
Di Indonesia, penyakit pada organ
hati banyak dijumpai terutama penyakit hati menahun yang disebabkan oleh virus
hepatitis (B,C dan D). Infeksi virus hepatitis C merupakan masalah kesehatan
yang penting di seluruh dunia. Prevalensi bervariasi dari 0,15%
(Skandinavia) sampai 44% (Mesir barat laut dan Kamerun selatan). Delapan puluh
persen penderita berkembang menjadi kronik mulai dari gejala yang ringan hingga
dapat berkembang ke arah sirosis hati sebesar 20% dan 4% ke arah karsinoma sel
hati dalam jangka waktu yang lama. Menurut survey masal sub bagian Hepatologi
FKUI, sekitar 4% penduduk Indonesia terinfeksi hepatitis virus C. 1,2
Untuk melihat adanya perubahan pada
struktur hati dan derajat kerusakan pada hati dilakukan pemeriksaan biopsi
hati. Tindakan biopsi ini merupakan hal yang penting oleh karena dapat
digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis yang lebih akurat, menentukan staging dan grading dari perubahan struktur hati, menentukan terapi yang lebih
tepat dan untuk menentukan prognosis dari penyakit hati tersebut. Biopsi pada
organ hati ini sangat penting dilakukan
terutama untuk penatalaksanaan hepatitis C, juga dapat digunakan untuk membantu
menegakkan diagnosis hemochromatosis,
occult hepatitis B dan nonalcoholic
steatosis hepatitis. 1,2
Prognosis berhubungan dengan
gambaran histopatologik hati yaitu aktifitas histologik dan fibrosis. Gambaran
nekrosis dan inflamasi merupakan suatu tanda penyakit telah sedang aktif,
keadaan ini juga memprediksi terjadinya firogenesis. Fibrosis dengan
titik akhir sirosis hati merupakan komplikasi penyakit hati kronik. 3
Saat ini banyak pemeriksaan petanda
serum seperti ALT dan TNF α untuk menilai inflamasi serta TGF β, ALT/AST ratio, AST/thrombocyte ratio dan fibrotest untuk menilai fibrosis.
Pemeriksaan
radiologik seperti Superparamagnetik iron oxide (SPIO)-MRI dapat juga dipakai
untuk memprediksi adanya fibrosis. Walaupun demikian baku emas
pemeriksaan masih tetap biopsi hati oleh karena dapat memeriksa secara langsung
jaringan dari hati khususnya untuk
penilaian fibrosis karena fibrosis hati difus atau
fibrosis intermediet seperti fibrosis portal dengan beberapa septa masih tidak
terdeteksi dengan tehnik non invasif. 3
Melalui biopsi hati dapat dilihat
secara langsung perubahan-perubahan jaringan kolagen stroma. Untuk mendapatkan
diagnosa yang pasti pada penyakit hati, selain tindakan biopsi, diperlukan juga
pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan laboratorium dan images analysis. 3,4
Biopsi Hati yang
Adekuat
Spesimen dari biopsi hati yang adekuat
tergantung pada beberapa hal, antara lain :
1. Etiologi
penyakit
2. Distribusi
penyakit
3. Staging
penyakit
4. Diameter
jarum biopsi
Sebaiknya
diameter jarum yang digunakan : ~ 20 mm of a 1.4 mm (17 gauge)
5. Jumlah
triad poral dalam satu slide
Menurut Bravo AA et al (2001) kebanyakan ahli
hepatopatologis sudah dapat memeriksa spesimen biopsi, bila terdapat paling
sedikit 6–8 triad portal dalam satu slide. Sedangkan menurut Guido M dan Rugge
M (2004), pada sebagian besar penyaki
hati yang difus diperlukan pemeriksaan 12–15 triad portal yang utuh dalam satu
slide dengan panjang jaringan biopsi kurang lebih 2cm.
6. Jaringan
biopsi segera ditampung dalam botol cairan fiksasi formalin buffered 10%. 3
Pewarnaan
Yang Digunakan Pada Biopsi Hati
Untuk melihat dengan baik spesimen hasil biopsi,
terutama adanya necroinflammatory dan
fibrosis pada jaringan hati diperlukan 2
pewarnaan utama yaitu: 5,6,7
Pewarnaan tambahan
yang dianjurkan bila memungkinkan adalah: 5,6,7
·
Perwarnaan
retikulin
(Gomori Reticulin) untuk mempertajam evaluasi fibrosis dan melihat keutuhan dan
keteraturan susunan lameler sel hati. Pada sediaan akan terlihat retikulin
(jaringan ikat) berwarna hitam dengan latar belakang berwarna abu-abu.
·
Pewarnaan Victoria blue/Orcein akan
mengaksentuasi sel-sel yang menunjukkan gambaran ground glass akibat terinfeksi virus Pewarnaan Picro Sirius Red
khusus digunakan terutama bila akan dilakukan pemeriksaan fibrosis dengan
menggunakan images analysis.
·
Pewarnaan imunohistokimia HBsAg akan
mengekspresikan epitop protein HBsAg di dalam sel.
Gambaran
Mikroskopis Yang Dapat Dilihat Pada Jaringan Hati Hepatitis Kronik
Pada
pemeriksaan histopatologi jaringan dari biopsi hati pada penderita hepatitis
kronis, akan dapat terlihat berbagai kelainan seperti: 1,3,7
·
Gambaran
lobulus hati yang normal dan sebagian lobules tidak jelas
Hilangnya gambaran
hepatosit disertai dengan proses radang, mobilisasi sel Kupffer pada
hepatoseluler yang swelling merubah
gambaran pada liver plate yang
menimbulkan kerusakan pada arsitektur lobules.
·
Peradangan pada portal - periportal
Peradangan pada daerah ini selalu dijumpai terdiri
dari sel-sel limfosit, sel plasma dan makrofag. Pada peradangan periportal
tampak limiting plate periportal
disruption dan sering dijumpai piece
meal nekrosis.
·
Nekrosis fokal.
Pada keadaan ini tampak adanya sel yang nekrosis
pada sebagian lapangan pandang yang disertai dengan reaksi radang.
·
Nekrosis confluent
Tampak kelompokan beberapa nekrosis fokal pada lobules.
·
Bridging
necrosis
Pada sediaan terlihat banyak nekrosis confluent.
·
Massive
dan
submassive nekrosis hati
Nekrosis yang massive
bersifat fatal, sudah melibatkan hampir seluruh parenkim hati. Pada nekrosis
yang submassive tidak terlalu fatal,
melibatkan sebagian besar parenkim hati tetapi belum keseluruhan. Nekrosis ini
merupakan komplikasi dari sirosis hepatis.
·
Fibrosis
sentral yang ringan (mild)
Keadaan ini merupakan
bentuk fibrosis yang ringan, terdiri dari timbunan jaringan ikat kolagen pada
sinusoid daerah lobulus pericentral. Sering
disebut dengan chicken wire fibrosis.
·
Fibrosis sentral yang berat (severe)
Fibrosis ini sering disebut dengan sclerosing hyaline necrosis, melibatkan
daerah perisentral (sekitar vena sentralis) yang luas dan dapat meluas sampai
ke daerah portal.
·
Fibrosis portal dan periportal.
Jaringan ikat fibrous pada daerah portal dengan
fibrosis yang meluas sepanjang terminal centra
acinar vena porta yang terlihat sebagai stellate
fibrosis.
·
Bridging
fibrosis central – central
Fibrosis ini menghubungkan vena centralis yang satu
dengan vena centralis lainnya. Bentuk fibrosis ini jarang dijumpai.
·
Bridging
fibrosis porto-portal
Bentuk fibrosis ini sering dijumpai, menghubungkan fibrosis
yang menghubungkan triad portal satu dengan lainnya . Keadaan ini diikuti
dengan inflamasi portal yang meluas sampai ke daerah terminal, sentroasiner dan
vena porta.
·
Bridging
fibrosis porto – central
Keadaan ini terjadi setelah nekrosis sentrolobular
dan menimbulkan neovaskularisasi yang menghubungkan daerah portal dengan vena sentralis,
biasanya disebabkan oleh sirosis hepatis dan merupakan fibrosis yang paling
berat.
·
Gambaran ground glass hepatosit, dijumpai pada hati yang terinfeksi oleh
virus hepatitis B.
Fibrogenesis Hati
Fibrosis
pada hati dapat terjadi akibat penyakit hati kronik yang antara lain disebabkan
oleh: 8,9
- Virus
Hepatitis
-
Non alkoholik steatosis hepatitis
-
Penyakit hati alkoholik
-
Akibat pemakaian obat-obatan
-
Gangguan imunologi
-
Gangguan metabolic inherited
- Gangguan
kolestatik
- Konsumsi
vitamin A yang berlebihan
Fibrogenesis dibentuk oleh sel
stelata (hepatic stellate cell), sel
fibroblast di portal, mengeluarkan Extracellular
matrix (ECM) termasuk kolagen. Dalam hal ini yang juga turut berperan
adalah sel myofibroblast dari sumsum tulang. Fibrogenesis hati dapat juga
dibantu pemeriksaannya melalui sarana pemeriksaan non invasif: serologik
melalui pemeriksaan N-Terminal propeptida kolagen tipe III, laminin, hyaluronic
acid, Tissue Inhibitor of Metalloproteinase tipe I (TIMP-I), serta pencitraan
radiologik. 8,9
Pada cedera yang berlangsung
kronik, awalnya mungkin masih dapat terlihat proses regenerasi nyata (ada peranan
sel oval) namun bila cedera tetap berlangsung juga maka fibrogenesis (peran sel
stelata) akan terjadi. Proses ini jelas terjadi bermula pada daerah portal
(oleh myofibroblast portal) dan berlanjut menjadi bridging fibrosis kemudian menjadi sirosis. 8,9
Grading Dan Staging Pada Biopsi Hati
Melalui hasil pemeriksaan jaringan dari
biopsi hati, dapat ditentukan staging dan
grading dari penyakit hati kronik.
Dari hasil evaluasi terhadap staging
dan grading tersebut dapat diketahui
progresifitas penyakit, prognosis serta penatalaksanaannya, misalnya terapi
biasanya dilakukan pada keadaan penyakit dengan Metavir score lebih besar/sama dengan 2 ataupun Ishak/Knodell score lebih besar/sama dengan 3. Grading digunakan untuk menilai peradangan dan nekrosis (necroinflamatory) dan staging digunakan untuk menilai
fibrosis. Pada staging yang dinilai
tidak hanya pada fibrosis tetapi juga perubahan arsitektur dari jaringan hati.
Pada interpretasi hasil biopsi pada hati, penilaian terhadap grading dan staging dapat dilakukan dengan berbagai sistem, antara lain : Metavir scoring system, Knodell score
atau HAI (Histologic Activity Index)
yang kemudian dimodifikasi oleh Kamal
Ishak, Scheuer scheme, Batts-Ludwig
scheme. 10,11
Dalam melakukan diagnosis, penilaian grading dan staging ini dapat menggunakan salah satu sistem tersebut diatas,
namun sebaiknya dapat diambil kesepakatan mengenai sistem yang akan digunakan.
Penulisan
diagnosis terhadap hasil biopsi ini harus mencakup empat informasi mengenai
jaringan hat , yaitu :
1.
Statement
mengenai jaringan tersebut, misalnya : hepatitis kronik
2.
Grading
aktifitas inflamasi ( nama score yang
digunakan)
3.
Staging
aktifitas fibrosis ( nama score yang
digunakan)
4.
Kepastian
ataupun dugaan (suspek) terhadap
hepatits.
Contoh
penulisan diagnosis, yaitu :
·
Hepatitis kronik dengan aktifitas
Scheuer grade 2/4 (portal/periportal) dan 1/4 (lobular) , 3/4 stage (perubahan
arsitektus septa dan fokal) , sesuai dengan hepatitis C
·
Chronic hepatitis B, metavir grade 1/4 ,
dan stage 2/4 (fibrous septa)
Pada hepatitis B,
bila dijumpai gambaran ground glass cell
ataupun reaksi positif terhadap immunostaining
untuk AgB surface dan core Ag, merupakan definitive statement.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Amar
Paul Dillon, Fibrosis in the liver role of histology- is it the gold standard?,
BSG Annual meeting post graduated course
20 March 2006.
2.
S.
Sheila and Dooley J, Disease of the Liver and Biliary System, Eleventh
Edition,Blackwell Publishing, p.366-368.
3.
Neil
D Theise, Liver biopsy asessment in chronic viral hepatitis: a personal , practical Approach, Modern Pathology (2007)
20, S3-14.
4.
Scheuer
PJ, Classification of chronic viral hepatitis: a need for assessment
Hepatology.1991 ; 13:372 – 374.
5.
Kleiner
DE, et al, Design and validation of histologic scoring system for non alcoholic
fatty liver , hepatology 2005; 41: 1313-21.
6.
Alan
Franciscus, HCV Diagnostic Tools: Grading and staging a Liver Biopsy
7.
Don
C.Rockey, Noninvasive measures of liver fibrosis – a Review
8.
Alan
Franciscus, HCV Diagnostic Tools : Liver
biopsy
9.
Detleef
Schuppan, Liver
Fibrosis: Pathogenesis, Prevention And Treatmentg
10.
Hepatic
Fibrosis – Role of Hepatic Stelate Cell Activation
Down load : http://www.medscape.com/content/2002
11.
Christina
Kukka , HBV : Grading and Staging a Liver Biopsy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar