KARSINOMA SEL TRANSISIONAL BULI BULI
PENDAHULUAN
Insidensi tumor buli-buli adalah
2% dari seluruh keganasan dan merupakan malignansi kedua terbanyak pada sistem
urogenital setelah karsinoma prostat. Tumor ini dua kali lebih banyak menyerang
pria daripada wanita. Dan angka kejadiannya meningkat pada daerah industri. Pada tahun 2000, di
Amerika Serikat dijumpai lebih dari 53.200 kasus baru dan 12.200 kasus
meninggal karena keganasan tersebut. Rata-rata usia penderita karsinoma buli-buli adalah 65 tahun. 1,2,3,4,5
Karsinoma sel
transisional merupakan jenis yang tersering dijumpai pada karsinoma buli-buli. Penyebabnya antara
lain pajanan amin aromatik dari industri , asap rokok, infeksi kronis oleh Schistosoma
haematobium serta proses peradangan kronis akibat batu yang
dapat menyebabkan karsinoma sel skuamosa. 1,2,3,4,5
PEMBAHASAN
Karsinoma
Transisional merupakan neoplasma epitel malignan pada urotelium
dengan diferensiasi sel transisional, yang biasanya berbentuk papiler dan dapat
berasal dari vesika urinaria, ureter maupun pelvis renalis. 1,2,3,4,5
Karsinoma sel transisional merupakan tumor pada daerah vesika urinaria
yang cukup banyak. Di Amerika Serikat hampir 90 % tumor pada vesika urinaria
merupakan tumor yang berasal dari sel epitel transisional. 1,2,3,4,5
Malignansi ini disebabkan oleh
induksi karsinogen yang terdapat di lingkungan. Beberapa faktor resiko pada
karsinoma buli-buli antara lain adalah pekerjaan, rokok, infeksi saluran
kencing dan konsumsi rokok serta bahan pemanis buatan. 1,2,3,4,5
Dalam hal pekerjaan, kondisi
karsinogenik sering didapati pada para pekerja di pabrik kimia (terutama pabrik
cat), laboratorium, pabrik korek api,tekstil, pabrik kulit, dan pekerja pada
salon/pencukur rambut sering terpapar oleh bahan karsinogen berupa senyawa amin
aromatik ( 2-naftilamin, bensidin, 4-aminobifamil). 1,2,3,4,5
Faktor resiko untuk karsinoma
buli-buli pada perokok adalah 2-6 kali lebih besar dibandingkan bukan perokok. Bahan
karsinogenik dalam rokok berupa amin
aromatik dan nitrosamin. 1,2,3,4,5
Pada infeksi saluran kencing,
telah diketahui bahwa kuman-kuman Escherichia coli dan Proteus
spp menghasilkan nitrosamin yang merupakan zat karsinogen. 1,2,3,4,5
Kebiasaan mengkonsumsi kopi,
pemanis buatan yang mengandung sakarin dan siklamat serta pemakaian obat-obatan
siklofosfamid yang diberikan intravesika, fenastin, opium dan obat
antituberkulosa INH dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan resiko timbulnya karsinoma
buli-buli. 1,2,3,4,5
Gambaran klinik karsinoma
buli-buli biasanya berupa penderita yang datang dengan keluhan hematuri tanpa disertai rasa nyeri (painless),
kambuhan (intermitent), dan terjadi pada seluruh proses miksi (total). 1,2,3,4,5
Karsinoma buli-buli sering tanpa
disertai disuria, namun pada karsinoma in situ atau karsinoma yang sudah infiltrasi
luas tidak jarang menunjukkan gejala iritasi buli-buli,antara lain disuria, polakisuri, frekwensi dan urgensi. 1,2,3,4,5
Hematuri dapat menimbulkan
keluhan retensi bekuan darah. Keluhan akibat penyakit yang lebih lanjut berupa gejala obstruksi saluran kemih bagian atas atau
adanya edema petibial. Edema ini disebabkan penekanan aliran limfe oleh massa
tumor atau oleh kelenjar limfe yang membesar di daerah pelvis. 1,2,3,4,5
Selain pemeriksaan
laboratorium rutin, juga dilakukan pemeriksaan sitologi urine berupa
pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine, cell surface
Antigen study, flow cytometri yang mendeteksi adanya kelainan kromosom
sel-sel urotelium. 1,2,3,4,5
Pada pemeriksaan penunjang
lain, magnetic resonance imaging (MRI) dianggap cukup akurat dan
menguntungkan karena bersifat non-invasif dalam mendiagnosa tumor buli,
terutama dalam evaluasi perluasan tumor. MRI dapat mendeteksi tumor dengan
ukuran 1,5 cm. Walaupun dikatakan bahwa MRI konvensional kurang akurat dalam
mendeteksi suatu karsinoma insitu dan membedakan antara invasi mukosa,
submukosa dan muskularis superfisial. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian
kontras (gadolinium-enhanced dynamic MRI). 6,7,8
Persentase akurasi MRI dalam
evaluasi staging karsinoma buli adalah sekitar 85%. MRI dapat
memperlihatkan tumor intramural, meskipun buli tidak terdistensi maksimal. Hal
ini tidak dapat dilakukan dengan CT-Scan dan USG. 6,7,8
USG berguna dalam menentukan
tumor buli dan dapat menunjukkan perluasan ke ruang perivesikal atau organ yang
berdekatan. 6,7,8
Pemeriksaan intavenous
pyelographic (IVP) dapat mendeteksi filling defect pada tumor
buli-buli dan adanya tumor sel transisional yang berada di ureter atau pielum. 6,7,8
Dengan dijumpanya suatu
hidroureter atau hidronefrosis merupakan salah satu tanda adanya infiltrasi
tumor ke ureter atau muara ureter. CT scan atau MRI berguna untuk menentukan
ekstensi tumor ke organ sekitarnya. 6,7,8
Pemeriksaan sitologi pada karsinoma vesika urinaria dilakukan melalui urin
dengan memeriksa sel-sel yang terlepas dari mukosa vesika urinaria (sitologi
eksfoliatif). Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk membantu menilai keadaan vesika
urinaria yang sulit diperiksa melalui biopsi. Kondisi dimana terdapat suatu infeksi kronik yang masif sehingga sulit untuk mengambil sampel yang representatif pada biopsi ataupun pada karsinoma yang tersembunyi dibalik divertikulum vesika urinaria.9,10
Pemeriksaan sitologi
eksfoliatif sulit untuk menilai karsinoma dengan grade I dan grade II, hal ini
disebabkan karena sel-sel
yang dijumpai menyerupai sel–sel normal. Sedangkan pada grade III dan
IV sudah tampak perubahan-yang malignan pada sel. Pada karsinoma dengan bentuk
papillary tampak kelompokan sel dengan bentuk kuboidal ataupun kolumnar ,
sedangkan pada karsinoma tipe skuamous tampak sel-sel epidermoid
yang malignan. 9,10
Pada proses malignan akan terlihat banyak sel-sel yang terlepas, kelompokan sel-sel malignan dengan inti yang
membesar, pleomorfik dan hiperkromatin. 9,10
Sistem grading pada karsinoma transisional buli-buli diperkenalkan oleh Ash (1942) yang terdiri dari empat grade. 9,10
Grade I dengan gambaran makroskopis tumor berwarna merah muda dengan struktur papilari yang sebagian besar berbentuk pedunkulus. Jarang didapati nekrosis. Pada pemeriksaan histopatologi terlihat struktur papil-papil yang terdiri dari fibrovascular
core pada bagian sentral yang dilapisi pelapis epitel transisional yang serupa dengan sel-sel pada vesika urinaria normal. Jarang terdapat mitosis. 9,10
Grade II memiliki makroskopis seperti pedunculated
ataupun sessile. Jarang terdapat nekrosis. Konsistensi tumor lebih padat ataupun solid dan kenyal. Pada pemeriksaan histopatologi masih dijumpai struktur papilari yang lebih banyak dengan lapisan sel-sel yang lebih banyak disertai pembesaran inti dan hiperkromatin. Lebih banyak didapati mitotik. 9,10
Pada grade III gambaran makroskopisnya lebih banyak
berbentuk sessile, menyerupai kembang kol. Lebih sering
didapati nekrosis dan
ulserasi. Pemeriksaan
histopatologi memperlihatkan struktur papilari, yang tersusun irregular. Sel-sel malignan membentuk kelompokan-kelompokan kecil dan sel-sel yang
mitotik lebih mudah dijumpai. 9,10
Grade IV memiliki gambaran makroskopis berupa lesi yang berbentuk sessile, seperti kembang kol, banyak dijumpai nekrosis dan ulserasi. Pemeriksaan histopatologi memperlihatkan sedikit gambaran papilari. Juga terdapat atipia seluler dengan inti pleomorfik. Sering dijumpai sel-sel mitotik. Umumnya telah terdapat invasi. 9,10
Stadium ditentukan berdasarkan
klasifikasi TNM ataupun Marshall.1,2,3
TNM Marshall Keterangan
Tis 0 Karsinoma
in situ
Ta 0 Tumor
papilari non invasif
T1 A Invasi
sub mukosa
T2 B1 Invasi
otot superfisial
T3a B2 Invasi
otot profunda
T3b C
Invasi
jaringan lemak prevesika
T4 D1 Invasi
ke organ sekitar
N1-3 D1 Metastasis ke kelenjar limfe
M1 D2 Metastasis
hematogen
Karsinoma buli-buli harus
dapat dibedakan dengan tumor ureter yang menonjol dalam kandung kemih,
karsinoma prostat, dan hipertrofi prostat. Biasanya dilakukan endoskopi dan
biopsi untuk membedakannya.1,2,3
Karsinoma sel
transisional buli-buli memiliki
ekspresi kuat terhadap CK8 dan CK18.
Selain itu CEA dan Cathepsin B (terutama pada lesi high
grade), CA19-9 dan Leu-MI juga
memberikan ekspresi positif pada karsinoma sel transisional buli-buli. 1,2,3
Penatalaksanaan
pada karsinoma transisional buli-buli terutama adalah operasi. Prosedur yang
dilakukan antara lain berupa reaksi transurethral untuk single/multiple
papiloma yang dilakukan pada stadium 0, A, B1 dan grade I-II low
grade. Total cystotomy dilakukan dengan pengangkatan kelenjar
prostat dan urinary diversion.
1,2,3
Radioterapi diberikan
pada tumor yang radiosensitif seperti undifferentiated pada grade III-IV
dan stadium B2-C. Radiasi diberikan sebagai preajuvan operasi selama 3-4 minggu, dosis 3000-4000
Rads. Penderita dievaluasi selama 2-4 minggu dengan interval cystoscopy,
foto thoraks dan IVP, selanjutnya 6 minggu setelah radiasi direncanakan
operasi. Paska operasi diberikan ajuvan berupa radiasi 2000-3000 Rads selama
2-3 minggu.1,11
Pada kemoterapi
diberikan citral, 5 fluoro urasil, serta kemoterapi topikal yaitu Thic-TEPA. Pada terapi paliatif
5-Fluorourasil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan pilihan. Thiotepa dapat
dimasukkan ke dalam buli-buli sebagai pengobatan topikal. Penderita
dikondisikan dehidrasi selama 8 sampai 12 jam sebelum terapi dengan theotipa
dan obat dibiarkan dalam buli-buli selama
dua jam. 1,11
Komplikasi yang umum terjadi
berupa hematuria. Hematuria yang terus menerus akan menyebabkan anemia pada
pasien. Jika terjadi penyumbatan atau obstruksi, maka dapat terjadi refluks vesiko-ureter dan hidronefrosis. 1,11
Jika terjadi infeksi, akan
terjadi kerusakan pada ginjal, yang
dapat berlanjutpada gagal ginjal. 1,11
Prognosis
bergantung kepada jenis sel, derajat, keganasan, dan metastasis. Secara klinis
dapat dijumpai dua jenis gambaran, yaitu pertumbuhan superfisial dan yang
bertumbuh invasif dari permulaan. Tumor superfisial yang berdiferensiasi baik
dapat timbul kembali atau muncul papiloma baru. Diperlukan sistoskopi berkala
diperlukan minimal 3 tahun. 1,11
DAFTAR PUSTAKA
1.
Lopez-Beltran
A, Sauter G, Gasser T, et.al. Infiltrating urothelial carcinoma. Dalam : Eble
JN, Sauter G, Epstein JI, Sesterhenn IA. Pathology and genetics of tumours of
the urinary system and male genital organs. 2004. IARC Press. Lyon. pp : 93-109.
2.
Rosai
J. Rosai and Ackermans Surgical Pathology,Volume one, Ninth Edition,
Philadelphia: Mosby, 2004: 1195-204.
3.
Reuter
VE. The urothelial tract: renal pelvis, ureter, uriary bladder, and urethra.
Dalam : Mills SE, Carter D, Greenson JK, Oberman HA, Reuter VE, Stoler MH. Stenberg’s Diagnostic Surgical Pathology
4th ed. 2004. Lippincott Williams & Wilkins. pp : 2048-52.
4.
Lopez-Beltran
A, Montironi R, Vidal-Jimenez A, Cheng L. Pathology of tumors of the urinary
bladder. Dalam : Mikuz G. Clinical pathology of urologic tumors. 2007. Informa.
London. pp: 57-60.
5.
MacLennan GT,
Cheng L. Atlas of genitourinary pathology. 2011. Springer-Verlag. London.pp:
168-80.
6.
Kubik-Huch RA,
Hamm B. Radiologic-pathologic correlations of the male genital tract. Dalam :
Gourtsoyiannis NC, Ros PR. Radiologic-pathologic correlations from head to toe.
2005. Springer-Verlag. Berlin. pp: 553-5.
7.
Cowan N. The
genitourinary tract: techniques and anatomy. Dalam : Adam A, Dixon AK.
Diagnostic radiology 5th ed. 2008. Churchill Livingstone. London.
8.
Chang SD,
Hricak H. Radiological evaluation of the urinary bladder, prostate, and
urethra. Dalam : Adam A, Dixon AK. Diagnostic radiology 5th ed.
2008. Churchill Livingstone. London.
9.
Koss LG,
Melamed MR. Koss’ diagnostic cytology and its histopathologic bases 5th
ed. 2006. Lippincott. Philadelphia. pp: .778-86.
10.
Kocjan G. Fine
needle aspiration cytology. 2006. Springer. London. pp: 217-8.
11.
Galsky MD,
Bajorin DF. Bladder cancer. Dalam :Schrier RW. Diseases of the kidney and
urinary tract 8th ed. 2007. Lippincott. Philadelphia. pp: 778-83.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar