Kanker Payudara yang Muncul pada
Aberrant Axillary Jaringan Payudara
Jennifer R. Bakker, MD, Dahlia M. Sataloff, MD, and Helen M.
Haupt, MD
University of Pennsylvania and Graduate and Pennsylvania
Hospitals, Philadelphia, PA
Aberrant
axillary jaringan payudara dapat muncul di mana saja di sepanjang embryonic mammary streak. Jaringan ini
akan merespon pengaruh hormonal dan memiliki resiko untuk penyakit payudara,
paralel dengan jaringan payudara normal. Kekurangan informasi tentang
penanganan pasien dengan kanker pada Mammary Aberrant. Kami melaporkan
pengalaman kami dengan satu kasus dan melakukan review literatur.
Riwayat Pasien
Pasien berumur 33
tahun ketika melahirkan anak pertama, tidak dijumpai riwayat kanker payudara
dan kanker ovarium pada keluarganya. Pada tahun 1997 pasien menjalani biopsi
aspirasi jarum halus pada payudara kanan dan didapati moderate kalsifikasi.
Pada pemeriksaan patologi dijumpai atypical
lobular hyperplasia. Pada tahun 1999, pasien diberikan pilihan untuk mengambil tamoxifen untuk
preventif kemoterapi karena dijumpai adanya lesi atipia pada hasil biopsi
sebelumnya. Pasien menolak mengambil tamoxifen dan hanya bersedia dilakukan
follow ketat.
Pemeriksaan Fisik dan Imaging
Pada pemeriksaan
fisik, inspeksi dan palpasi payudara tampak normal. Pada aksila kanan tidak
dijumpai kelainan. Pada aksila kiri dijumpai massa mobile, subkutan dengan diameter 6 mm, konsistensi lunak. Pada
pemeriksaan mammografi pada kedua payudara menunjukkan mikrokalsifikasi benign yang stabil dan adanya inflamasi pada kelenjar getah bening
pada payudara kanan. Pada pemeriksaan ultrasonografi pada aksila kiri, tampak
massa hypoechoic dengan ukuran 6 mm
di dalam jaringan subkutan, tampak seperti kista sebaseous.
Pemeriksaan
Laboratorium
Dilakukan biopsi
eksisi. Spesimen patologi ini terdiri
dari kulit dan jaringan subkutan. Pada pemeriksaan histopatologi, jaringan
epidermis dan superficial dermis tampak normal. Jaringan lemak subkutan tampak
jaringan payudara ektopik yang terdiri dari lubulus dan duktus. Dijumpai nodul ukuran 0,8 cm yang merupakan infiltrative ductal carcinoma. Komponen intraductal dengan perbandingan kurang
dari 2% dapat terlihat. Tumor tampak meluas ke bagian dalam dermis dengan batas
yang jelas. Reseptor estrogen dan progesterone positif, HER2/neu tidak overekspresi.
Untuk melihat
staging, dilakukan pemeriksaan foto toraks dan pemeriksaan laboratorium dan
tidak dijumpai kelainan. Pasien juga melaukan pemeriksaan Magnetic Resonance
Imaging (MRI) untuk menyingkarkan kemungkian penyakit lain. Pemeriksaan hasil
MRI menunjukkan keadaan normal.
Sentinel Node
Biopsy
Pasien
dikembalikan ke kamar operasi untuk dilakukan re-eksisi dan sentinel node biopsy. Re-eksisi tidak menunjukkan
residual tumor. Biopsi dilakukan dengan injeksi radionukleotida di bagian
retroareolar dan dinjeksikan iso-sulfan
blue dye di kedua daerah retroareolar dan sekitar tumor di aksila. Terdapat
saluran limfatik dan nodul yang berwarna biru
terlihat dengan jelas yang merupakan bahan radioaktif.
Dilakukan
konsultasi kepada dua ahli radiogi onkologi dan medical onkologi. Pasien mendapat
radioterapi untuk payudara dan lesi primer di aksila. Dengan selesainya
radioterapi, pasien diberikan tamoxifen. Kini pasien telah bebas dari
penyakitnya selama satu tahun.
Muncul dua
pertanyaan sehubungan dengan terapi pada pasien ini:
1.
Apakah radioterapi harus diberikan,
jika ya, apakah pada payudaranya saja atau juga pada lesi di aksila saja.
2.
Apakah sentinel node biopsy bisa dilakukan pada situasi ini, jika ya,
apakah hasilnya dapat dipercaya?
Dua pendapat
tentang masalah radioterapi ini didapatkan diantaranya dari ahli radioterapi
yang menmpunyai pengalaman tingkat nasional untuk kanker payudara. Kedua
pendapat ini menyatakan radioterapi pada ipsilateral payudara dengan booster
pada lesi primer di aksila perlu dilakukan.
Pada deskripsi awal
dari sentinel node biopsy, sebelum operasi di aksila merupakan kontraindikasi.
Penelitian terbaru menunjukkan akurasi yang tinggi pada lesi yang berlokasi di sentinel node pada pasien operasi aksila sebelumnya untuk keganasan
atau kondisi benign. Lokasi tumor primer di aksila, radionukleotida injeksi
tidak dilakukan. Dengan alasan ini maka injeksi nukeotida dengan injeksi iso sulfan blue dye dilakukan pada daerah
retroareolar. Pada penelitian lain menunjukkan injeksi pada lokasi ini akurat
untuk injeksi sekitar tumor. Meskipun demikian, drainase limfatik pada lesi primer di dalam
aksila berbeda dengan lesi yang ada di dalam payudara. Oleh karena itu iso-sulfan blue dye diinjeksikan di
daerah sekitar tumor.
Tentang Kasus yang Langka ini
Pembentukan
payudara normal mulai terjadi pada usia 4-5 minggu masa embrio dengan
pembentukan 2-4 lapisan sel ectoderm
payudara yang terletak sebelah lateral dari tubuh embrionik dan memanjang dari
aksila sampai alat kelamin (groin). Pada saat embrio berukuran panjang 20 mm,
regresi terjadi di sekitar daerah pectoralis, membentuk mammary bridge. Ectoderm
primordial ini meluas ke dalam mesenkim membentuk tunas kecil yang kemudian
membentuk sistem duktus dari payudara.
Sekitar
1%-2% dari seluruh populasi, regresi inkomplet terjadi yang menghasilkan
kelainan jaringan payudara, yang dapat tertinggal di sepanjang original mammary streak. Mammary
Aberrant banyak terjadi di daerah aksila. Mammary Aberrant dapat mengandung
kombinasi dari puting, areola dan jaringan kelenjar.
Terminologi
Belum ada
standarisasi terminologi dalam literatur. Klasifikasi awal oleh Kajava pada
tahun 1915, spesifikasi mammae ektopik adalah bila ada atau tidak ada puting,
areola dan atau jaringan kelenjar (tabel 1). Mammae ektopik saat ini
diseskripsikan dengan membedakan antara polythelia (accessory mammary gland) merupakan sisa dari regresi mammary streak yang berhubungan dengan
kelainan urologi) dengan aberrant
glandular tissue (jaringan tanpa sistem duktus atau berhubungan dengan
lapisan kulit) biasanya dijumpai pada daerah proksimal ipsilateral payudara dan
berhubungan dengan kelainan lainnya (tabel 2).
Polymastia
adalah keadaan bila memiliki lebih dari dua payudara, sekitar 65% wanita
polymastia memiliki satu payudara
tambahan, 30% dengan dua payudara tambahan dan pada kasus yang jarang dengan
empat payudara tambahan. Polythelia berkaitan erat dengan abnormalitas sistem
genitouirinaria dan memiliki kelainan genetik pada beberapa kasus, yang terjadi
multiple dalam satu keluarga. Mammary ectopic merujuk pada mammae supernumerary dan Mammary
Aberrant. Insidensi sekitar 0,6%-6,0% dan paling tinggi dijumpai pada bayi
baru lahir di Jepang, dibandingkan dengan ras atau kelompok etnik lainnya.
Manifestasi
Klinis dan Patologi
Jaringan
mammae ektopik bisa terlihat mulai seperti jaringan subkutan yang kelihatan
seperti tahi lalat kecil hingga kelihatan seperti jaringan mammae yang dapat
berfungsi normal. Secara histologi mammae
supernumerary akan mempunyai system duktus yang terorganisasi dengan kulit
luar, sedangkan jaringan payudara yang aberrant sendiri tidak akan mempunyai
perkembangan duktus seperti itu dan tidak akan terhubung dengan payudara
ipsilateral. Kedua jaringan mammae
supernumerary dan mammary aberrant
dapat diabaikan apabila ukurannya sangat kecil.
Walaupun
demikian jaringan ini tetap akan dipengaruhi oleh hormon yang normal dan dapat
tampak sebagai gejala klinis apabila seorang perempuan memasuki masa pubertas
atau pada masa kehamilan. Mammae ektopik dengan komplek areolar yang komplit
akan berfungsi sebagai payudara yang normal termasuk fungsi laktasi. Gejala-gejala
pada jaringan payudara telah dilaporkan memburuk dengan terjadinya kehamilan
dan seterusnya, dengan menimbulkan rasa nyeri dan iritasi lokal. Walaupun
demikian, bebarapa penelitian menyatakan
bahwa jaringan tersebut mungkin saja dapat asimptomatik.
Diagnosa
Jaringan mammae ektopik pada aksila
biasanya bilateral. Setelah dijumpai perlu dilakukan evaluasi yang cepat untuk
mencari jaringan sejenisnya pada kontralateral. Seperti halnya pada massa
lainnya, diagnosi histopatologi diperlukan. Diagnosa awal karsinoma pada
jaringan mammae ektopik memerlukan diagnosa histopatologi yang lebih awal,
mengingat diagnosa klinis tidak dapat dipercaya. Jika tidak dijumpai adanya
komplek puting-areolar, massa dapat saja salah diadnosa dengan lipoma, kelenjar
getah bening, kista sebaseous atau limfadenitis supuratif.
Jaringan mammae ektopik memiliki
resiko tinggi untuk terjadi penyakit payudara jinak maupun ganas. Diagnosa yang
telah dilaporkan termasuk penyakit fibrokistik, mastitis, fibroadenoma,
hyperplasia atifikal dan karsinoma. Penyakit ganas yang paling sering
dilaporkan adalah karsinoma duktus infiltrative (79%), diikuti dengan karsinoma
medulla dan lobular (9,5%). Penyakit yang jarang seperti penyakit Paget’s,
Cystosarcoma Phylloides, karsinoma papiler, leiomyosarcoma dan karsinoma
sekretorik invasive juga telah dilaporkan.
Pada tahun 1994, uatu penelitian
dengan 82 kasus kanker mammae ektopik, Marshal et al, menjumpai satu
peningkatan kejadian kanker pada jaringan mammary
aberrant tetapi tidak untuk mammae supernumerary. Penelitian-penelitian
sebelumnya tidak selau membedakan diantara kedua jenis jaringan mammae ektopik
ini.
Kanker ektopik
yang berada di daerah aksila akan tampak dengan penyakit yang lebih lanjut pada
usia yang lebih muda, yang menunjukkan jaringan mammary aberrant lebih tinggi resikonya untuk suatu perubahan kearah
keganasan. Penelitian lain, menunjukkan tidak ada peningkatan resiko seperti
seperti itu. Satu penelitian jarningan mammae aksesori ektopik yang didiagnosa
dengan biopsi aspirasi jarum halus, dijumpai jaringan mammary aberrant pada aksila yang dikeluarkan untuk tujuan kosmetik
tidak dijumpai kanker pada 28 kasus yang diteliti.
Stadium
Stadium karsinoma
pada jaringan mammary aberrant harus dilakukan berdasarkan perbandingan dengan
stadium TNM pada mammae yang benar secara anatomis. Insiden yang rendah dari
mammae ektopik, kombinasi dengan
dengan perbedaan yang tidak
diketahui diantara proses penyakit supernumerary dan aberrant jaringan mammae
meyebabkan prognosis penyakit ini tidak diketahui. Prognosis dan
penatalaksanaan berdasarkan kasus-kasus sebelumnya sulit dilakukan karena
keterbatasan data dan laporan follow
up pasien yang kurang.
Keterlibatan
Lymph Node
Eksplorasi kelenjar limfe
berdasarkan lokasi dari payudara ektopik didapatkan beragam drainase, seperti yang
tealah dideskripsikan oleh Sappey. Lesi dengan diameter diatas 2 cm,
sirkumferensial periumbilikal pada tulang rusuk ke-12 diduga mendapatkan drainase dari limfe node di
aksila. Lesi-lesi yang terletak lebih ke bawah diduga mendapat drainase dari
limfe node yang terdapat di inguinal. Lesi-lesi yang terdapat pada midline
tubuh akan didrainasie secara bilateral, dari limfe node aksila maupun limfe
node inguinal.
Drainase limfatik dari payudara
ektopik tidak dapat diprediksikan. Pada satu studi, 46% karsinoma mammary aberrant dijumpai metastasis ke
ipsilateral aksila. Invasi pada internal payudara mungkin saja terjadi.
Metastasis ke aksila bilateral dari kanker yeng terletak pada midline tubuh
juga pernah dilaporkan. Namun metastasis ke ipsilateral payudara tidak pernah
dilaporkan.
Penanganan
Anjuran dari
Marshal et al adalah supaya penanganan mammary aberrant harus mematuhi
rekomendasi terapi terkini berdasarkan klasifikasi TNM. Jaringan ektopik harus
dieksisi secara total, eksisi limfe node dilakukan seperti yang diindikasikan.
Kesimpulan
Jaringan payudara ektopik
di aksila lebih sering dijumpai daripada yang telah kita ketahui sebelumnya. Setelah
diidentifikasi, jaringan yang beresiko tinggi untuk mendapatkan kanker harus
diikuti perkembangannya dari penyakit payudara
secara anatomis. Evaluasi jaringan kontralateral sangat penting dilakukan.
Kanker pada jaringan payudara ektopik jarang terjadi, tetapi apabila telah
terdiagnosa harus dikatagorikan sesuai dengan stadium dan terapi pada stadium
TNM karsinoma mammae, dengan eksisi dan evaluasi kelenjar limfe seperti yang
diindikasikan.
Referensi
1.
Burdick AE, Thomas KA,
Welah E, Powell J, Elgart G. Axillary polymastia. J Am Acad
Dermatol 2003;49:1154–1156.
2.
Hatada T, Ishii H, Sai
K, Icchii S, Okada K, Utsunomiya J. Accessory breast cancer: a
case report and review of the Japanese literature. Tumori
1998;84:603–605.
3.
Bland KI, Romrell LJ.
Congenital and acquired disturbances of breast development and
growth. In: Bland KI, Copeland EM III, eds. The Breast:
Comprehensive Management of Benign and Malignant Disorders. Philadelphia, Pa:
WB Saunders; 2004.
4.
Mehes K. Association
of supernumerary putings with other anomalies. J Pediatr
1979:94:274–275.
5.
Markopoulos C, Kouskos
E, Kontzoglou K, Gogas G, Kyriakou V, Goga J. Breast cancer
in ectopic breast tissue. Eur J Gynaecol Oncol 2001; 22:157–159.
6.
Lesavoy MA,
Gomez-Garcia A, Nejdl R, Yospur G, Syiau TJ, Chang P. Axillary breast
tissue: clinical presentation and surgical treatment. Ann Plast
Surg 1995; 35:356–360.
7.
Martin VG, Pellettiere
EV, Gress D. Paget’s disease in an adolescent arising in a
supernumerary puting. J Cutan Pathol 1994;21:283–286.
8.
Roorda AK, Hansen JP,
Rider A, Huang S, Rider DL. Ectopic breast cancer: special
treatment considerations in the postmenopausal patient. Breast J
2002;8:286–289.
9.
Giron GL, Friedman I,
Feldman S. Lobular carcinoma in ectopic axillary breast tissue. Am Surg
2004;70:312–315.
10. Evans DM, Guyton DP. Carcinoma of the axillary breast. J Surg
Oncol 1995;59:190–195.
11. Marshall MB, Moynihan JJ, Evans SRT. Ectopic breast cancer:
case report and literature
review. Surg Oncol 1994;3:295–304.
thanks infonya, ditunggu artikel yang lainnya
BalasHapushttp://obat-alami.info/obat-alami-kanker-payudara/