Selasa, 12 Mei 2015

LIMFOMA BURKITT´S : Pengetahuan baru dalam patogenesis molekular

     LIMFOMA BURKITT´S : Pengetahuan baru dalam patogenesis molekular
Diambil dari Journal of Clinical Pathology.2003 March;56(3):188-192
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=1769902
Abstrak
Klasifikasi WHO membagi Limfoma Burkitt´s kedalam 3 subkategori : endemik, non endemik dan yang berhubungan dengan imunodifisiensi, berdasarkan gambaran klinik  dan subtipe genetik dari penyakit ini. Tipe limfoma burkitt´s yang berbeda ini sudah ditinjau dan dipelajari dengan metode imunohistokimia dan  molekular. Yang menghasilkan bahwa Limfoma Burkitt́s terdiri atas bermacam-macam subtipe dan memberi kesan bahwa  Limfoma Burkitt´s yang terkait AIDS memiliki patogenesis berbeda dari Limfoma Burkitt´s yang klasik.
Kata Kunci : Limfoma Burkitt´s, siklus sel, human immunodefisiensi virus.
Pada tahun 1958 Dennis Burkitt pertama kali menggambarkan kelainan yang berhubungan dengan tumor rahang pada anak Afrika. Pada tahun 1961, tumor tersebut diidentifikasi sebagai bentuk dari limfoma maligna dan apabila awal mula munculnya sebagai suatu sindrom klinik menjadi suatu  penyakit yang jelas maka disebut sebagai Limfoma Burkitt´s .Secara histologi tumor Burkitt´s terdiri dari sel-sel yang monomorfik, berukuran sedang dengan inti bulat, nukleoli yang multipel dan sitoplasma basofilik yang relatif banyak yang memberikan gambaran “cohesive appearance” (Gambar 1). Tumor ini memiliki tingkat proliferasi yang tinggi dan sebagai tambahan juga memiliki tingkat kematian sel (apoptosis) yang tinggi. Gambaran “Starry sky” biasanya dijumpai memberikan gambaran banyak makrofag yang memakan sel-sel tumor yang mengalami apoptosis. Asal sel Limfoma Burkitt́s adalah germinal center B cell, meskipun beberapa studi dari gen IgHV menunjukkan bahwa Limfoma Burkitt́́ s berasal dari sel B memori.

Gambar 1.Gambaran Limfoma Burkitt´s (Pewarnaan Giemsa,375X)
“Sebagian besar Limfoma Burkitt´s yang terkait AIDS di negara barat tidak berhubungan dengan Ebstein Barr Virus (EBV) sedangkan di Afrika berhubungan kuat dengan EBV”
Limfoma Burkitt´s yang disebabkan oleh Epsterin-Barr Virus (EBV)  berhubungan dengan keganasan  pada anak-anak di daerah malaria di Afrika (Limfoma Burkitt´s subtipe Endemik) dan dapat terjadi secara sporadik pada daerah geografi lain, dimana dapat terjadi juga pada orang dewasa (Limfoma Burkitt´s subtipe Sporadik). Ginjal merupakan organ yang paling sering terkena pada Limfoma Burkitt´s subtipe endemik. Tumor pada rahang dijumpai berhubungan dengan umur pada keseluruhan insiden di Uganda (50%). Sedangkan pada Limfoma Burkitt´s subtipe sporadik organ yang sering terkena  ileum terminal dan jaringan limfe. Translokasi t(8;14) dan perubahan serta overekspresi dari c myc dijumpai pada limfoma Burkitt´s subtipe endemik dan sporadik. Walaupun demikian, beberapa kasus tidak memiliki hubungan yang bermakna antara rekombinasi JH dan DH yang dapat diidentifikasi pada 14q32, dengan distant 5‘ c-myc recombination pada kasus Limfoma Burkitt´s subtipe endemik, dimana pada kasus sporadik Sμ and Sα recombination diidentifikasi pada 14q32, dengan near 5‘ or intronic c-myc recombination pada 8q24. Adanya perbedaan antara Limfoma Burkitt´s subtipe endemik dan sporadik tidak berarti bahwa setiap subtipe limfoma menunjukkan homogen yang sama. Hal ini memperlihatkan bahwa adanya kemungkinan Limfoma Burkitt´s terdiri dari dari campuran berbagai tipe molekular  dan insiden setiap subtipe tergantung kepada faktor lingkungan. Oleh karena itu tipe molekular yang terjadi pada Limfoma Burkitt´s subtipe sporadik dapat dijumpai juga pada Limfoma Burkitt´s subtipe endemik, seperti yang dilaporkan pada tabel 1, dimana  kesimpulan diambil dari Limfoma Burkitt´s yang terjadi pada daerah endemik di Kenya berdasarkan pada usia pasien, karakteristik klinikopatologikal , EBV dan status HIV. Penelitian ini penting untuk memberikan suatu pengertian yang tepat untuk studi biologi dan epidemiologi. Hal yang menarik adalah adanya 8 kasus  Limfoma Burkitt́ s yang  terjadi pada dewasa muda dengan HIV positif.
Table 1 Distribusi Limfoma Burkitt´s yang berasal dari daerah endemik berdasarkan pada usia pasien, karakteristik klinikopatologi,  EBV  serta status HIV .
Usia dibawah 16 tahun ( 2–16;
 median 6)
Usia diatas 16 years ( 17–58;
median 29)
Total kasus
23
16
Wanita/pria
14/9
10/6
Lokasi
Description:  Description:  Description:  Description:  Rahang
16
2
Description:  Description:  Description:  Description:  Nodus
3
7
Description:  Description:  Description:  Description:  Ileum
2
5
Description:  Description:  Description:  Description:  Lain2
2
2
HIV
0
8
EBV
21
12
Keterangan: EBV, Epstein-Barr Virus; HIV, Human Immunodeficiency Virus.
Berdasarkan fakta, Limfoma Burkitt´s  dilaporkan sebagai tumor yang paling sering dijumpai pada pasien dengan HIV, walaupun demikian tidak diketahui mengapa Limfoma Burkitt´s sering terjadi pada HIV dan tidak terdapat pada penyakit imunodifesiensi lainnya. Limfoma seperti ini, sekarang disebut “AIDS related BL”, biasanya menunjukkan aktivasi dari c-myc dengan translokasi kromosom dimana menunjukkan kesamaan struktur yang dijumpai pada pasien Limfoma Burkitt´s subtipe Sporadik. Meskipun demikian sebagian besar Limfoma Burkitt́ s yang terkait AIDS pada negara barat memiliki EBV negatif, sedangkan yang di Afrika berhubungan kuat dengan EBV.
Terminologi Burkitt like (BL-like) lymphoma biasanya digunakan pada tumor-tumor yang memiliki gambaran morfologi antara large cell lymphoma dengan gambaran centroblastik atau immunoblastik dan Limfoma Burkitts´s atipikal. Revisi dari Klasifikasi European-American memberikan status sementara pada BL-like, menggantikan diagnosa banding antara  Limfoma Burkitt́ s dan diffuse large B cell Lymphoma (DLBCL) yang belum mendapatkan penyelesaian. Ahli onkologi merekomendasikan kategori BL-like lymphoma sebagai tumor dengan terapi“seperti Limfoma Burkitt”. Studi terakhir dari perkumpulan onkologi dari negara selatan menyimpulkan bahwa BL- like lymphoma dapat dikenali dari gambaran kombinasi morfologi dan fenotip yang menunjukkan high grade lymphoma dan lebih mendekati Limfoma Burkitt́s dibandingkan DLBCL. Klasifikasi WHO, BL like lymphoma secara morfologi masuk ke dalam varian dari Limfoma Burkitt´s (Limfoma Burkitt´s atipikal), sebagai tambahan dari 3 subkategori Limfoma Burkitt´s-endemik, sporadik dan yang berhubungan dengan imunodifesiensi, berdasarkan gambaran klinik  dan subtipe genetik dari penyakit ini. Pada klasifikasi WHO, definisi dari Limfoma Burkitt́ s tipikal adalah limfoma dengan morfologi menyerupai Limfoma Burkitt´s, tetapi sel-selnya lebih besar dan pleomorfik dibandingkan dengan Limfoma Burkitt´s klasik dan fraksi proliferasinya  (>90%). Pada pemeriksaan sitogenetik untuk diagnosa Limfoma Burkitt´s yang penting adalah adanya translokasi t(8;14) (q24;q32) dan variannya atau adanya perubahan pada c-myc. Jika sitogenetik atau Southern blot tidak dapat digunakan pada tumor yang padat maka cara lain yang digunakan untuk menggantikan melihat perubahan pada c-myc adalah mungkin dengan melihat proliferasi sel . Oleh karena itu pada kasus dimana analisis sitogenetik tidak dapat digunakan  sebaiknya tidak mendiagnosa sebagai Limfoma Burkitt́ s atau BL- like tanpa adanya ekspresi Ki-67 yang mendekati 100%.
Persamaan morfologi antara subtipe Limfoma Burkitt́ s mungkin disimpulkan dari fakta bahwa semua Limfoma Burkitt́ s sering mempunyai translokasi, t(4;8) dan perubahan serta overekspresi c-myc. Walaupun ada laporan yang menyatakan bahwa hanya 30% subtipe Limfoma Burkitt́ s  yang berhubungan dengan penampilan translokasi c-myc. Lagipula kelainan genetik yang dijumpai pada Limfoma Burkitt̛s tidak hanya translokasi c-myc dan sel yang mengalami transformasi myc biasanya memiliki karakteristik kehilangan ekspresi dari beberapa gen.Gabungan antara perubahan siklus sel yang dihubungkan dengan gen mungkin merupakan patogenesis dari Limfoma Burkitt´s. Mutasi p53 dapat dijumpai pada 30-40% sampel Limfoma Burkitt´s, dan sebagian besar limfoma dengan p53 tipe wild mempunyai lesi pada gen penghambat pertumbuhan ( growth supresor gene ) lainnya.
“Pada pemeriksaan sitogenetik untuk diagnosis Limfoma Burkitt́s dijumpai translokasi t(8;14) (q24;q32) dan variannya atau perubahan c-myc”.
Baru-baru ini, dijumpai mutasi dari tumor suppresor gene Rb2/p130  pada Limfoma Burkitt´s  dan tumor-tumor primer. Tumor suppresor gene Rb2/p130 termasuk kedalam famili gen Retinoblastoma (Rb), bersama-sama dengan Rb dan p107. Walaupun memiliki kesamaan fungsi, anggota famili Rb tidak memiliki fungsi yang luas dan setiap protein memiliki tempat sementara dalam berinteraksi dengan anggota E2F yang berbeda. Dimana Rb dijumpai pada fase istirahat  dan proliferasi sel, sedang ekspresi Rb2/p130 dan 107 berhubungan dengan siklus sel. Idealnya proliferasi sel dikontrol oleh siklus sel dan  fase-fase yang terdapat pada  siklus tersebut, pada keadaan ini protein dapat dideteksi pada inti sel dengan bantuan antibodi, dimana persentase sel yang mengekspresikan Rb2/p130 dan 107 harus berkorelasi terbalik(gambar 2). Walaupun gambaran ekspresi Rb2/p130 dan p107 telah ditunjukkan pada berbagai tipe yang berbeda pada limfoma hodgkin, tetapi tidak sama dengan yang terdapat pada Limfoma Burkitt́ s.



Gen Rb2/p130 mengalami mutasi pada sebagian besar kasus Limfoma Burkitt´s subtipe endemik dan hanya sedikit pada Limfoma Burkitt´s subtipe sporadik. Sebagai perbandingan adalah Limfoma Burkitt´s yang terkait AIDS, dimana pRb2/p130 tipe wild diekspresikan dalam level yang  tinggi (tabel 2). Pada tumor-tumor  dimana Rb2/p130 mengalami mutasi, interaksi antara protein individual dan anggota famili E2F serta pengaturan pembentukan komplek protein-E2F selama siklus sel dapat tidak diregulasi (gambar 3A). Sebagai tambahan dari mutasi  gen, interaksi dengan viral oncoprotein merupakan mekanisme lain yang penting dari inaktivasi pRb2/p130. Gen pRb2/p130 dan semua anggota famili gen retinoblastoma, mempunyai kemampuan berikatan dengan virus oncoprotein (gambar 3B), dengan mekanisme ini, pRb2/p130 menjadi tidak aktif dan masih bertahan dalam bentuk underphosphorilated (gambar 3B). Jadi ketiadaan mutasi pada pRb2/p130 dan adanya ekspresi yang berlebihan  dari pRb2/p130 pada tumor dengan aktifitas proliferasi yang tinggi, seperti pada Limfoma Burkitt´s yang terkait AIDS,dapat menunjukkan adanya ikatan antara pRb2/p130 dengan produk virus.
Table 2
Distribusi dari mutasi gen Rb2/p130  menurut tipe endemik, sporadik, and Limfoma Burkitt´s yang terkait AIDS.
Rb2/p130 mutated
Rb2/p130 wild type
Limfoma Burkitt´s subtipe endemik
16/19
3/19
Limfoma Burkitt´s subtipe sporadik
6/13
7/13
Limfoma Burkitt´s yang terkait AIDS
0/11
11/11
  


Walaupun HIV-1 telah lama diketahui sebagai etiologi dari AIDS, tetapi peranan HIV-1 sebagai virus onkogenik masih belum diketahui dengan pasti. Dari data yang ada dikatakan bahwa gen HIV memproduksi Tat yang akan berperan dalam pertumbuhan dan onkogenesis dari sel-sel manusia dan hewan. Tat bersifat larut  dapat berfungsi secara aktif di ekstraselular yang dihasilkan oleh sel yang terinfeksi dan siap untuk menyerang sel yang belum terinfeksi. Hal ini juga terjadi pada Limfoma Burkitt´s yang terkait AIDS, dapat dilihat dengan pewarnaan inti  menggunakan immunostained dengan  antibodi anti Tat monoklonal. Sebagai tambahan, ada penelitian yang menunjukkan bahwa Tat ekstraselular akan bekerja secara langsung pada sel B. Faktanya proliferasi dari germinal centre sel B meningkat dengan penambahan Tat pada permulaan kultur,yang memperlihatkan bahwa Tat bekerja pada awal aktivasi sel B, mungkin sebelum fase G1→S pada siklus sel. Pada jalur ini dengan data baru tidak dapat dipungkiri fungsi Rb2/p130 dalam mengontrol transisi fase GO/G1 dapat diinaktivasi dengan interaksi dengan Tat, protein yang berasal dari HIV-1. Hasil dari penelitian secara invivo dan invitro mengatakan bahwa Tat protein yang berasal dari HIV-1 merupakan salah satu dari viral onkoprotein yang dapat berinteraksi dengan famili Rb. Khususnya dikatakan bahwa Tat , protein dari HIV-1 berinteraksi secara spesifik dengan bagian dari protein Rb2/p130. Sehingga dapat disimpulkan bahwa inaktivasi dari Rb2/p130 yang bersifat onkosupresif dan induksi dari gen  diperlukan dalam proses siklus sel, termasuk p107, siklin A dan siklin B.Oleh karena itu, beberapa klone sel B diantara virus yang menginduksi proliferasi sel B dapat membuat siklus sel akan berjalan terus menerus dan pertumbuhan sel akan tidak terkendali, sehingga meningkatkan insiden keganasan sel B pada organ limfoid pada pasien HIV positif. Meningkatnya proliferasi sel  ditunjukkan seluruhnya untuk prevalensi tumor pada pasien dengan penurunan sistem imun. Regresi spontan dari HIV-1 yang berhubungan dengan kelainan pertumbuhan jaringan limfe telah dilaporkan setelah terapi antiretroviral.
Pesan yang dapat dipetik :
·         Mungkin ada perbedaan patogenesis antara subtipe Limfoma Burkitt´s
·         Protein onkosupresor Rb2/p130 merupakan salah satu target dari interaksi antara human immunodificiency virus (HIV) dengan protein host.
·         Studi dari Limfoma yang terkait HIV dapat memberikan kesempatan untuk menyelidiki etiologi dari interaksi antara produk gen HIV dan protein yang ada pada siklus sel penderita.
“Data baru menyatakan bahwa fungsi dari Rb2/p130 pada kontrol fase transisi G0/G1 dapat dihambat oleh interaksi dengan  Tat protein HIV-1”

Sebagai kesimpulan, dari data yang didapat bahwa perbedaan mekanisme patogenesis dapat terjadi diantara subtipe Limfoma Burkitt´s dan protein onkosupresor Rb2/p130 dapat menjadi salah satu target dari interaksi antara HIV-1 dan protein host. Studi dari Limfoma yang berhubungan dengan HIV dapat memberikan kesempatan untuk menyelidiki etiologi dari interaksi antara produk gen HIV dan protein yang ada pada siklus sel penderita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar