Sabtu, 23 Mei 2015

Tumor Rongga Mulut

Tumor Rongga Mulut

Pendahuluan

Karsinoma Rongga mulut adalah sekelompok kanker yang disebut kanker kepala dan leher. Kanker rongga mulut dapat berkembang pada berbagai tempat di rongga mulut atau oropharynx.  Kebanyakan karsinoma rongga mulut dimulai dari lidah dan dari dasar mulut. Hampir seluruh karsinoma rongga mulut mulai dari sel-sel pipih (sel squamous) yang melapisi permukaan mulut, lidah dan bibir. Kanker ini disebut karsinoma sel squamous.(1)

Karsinoma rongga mulut biasanya menyebar melalui sistim limfatik.  Sel-sel kanker tersebut biasanya muncul  pada awalnya di kelenjar getah bening leher. Sel-sel kanker juga dapat menyebar ketempat-tempat lain di leher, paru, dan tempat lain diseluruh tubuh. Ketika hal ini terjadi, tumor yang baru tersebut sama jenisnya dengan sel-sel abnormal seperti pada tumor primernya.
Karsinoma Rongga Mulut merupakan salah satu penyakit yang dapat dideteksi secara dini. Hal tersebut disebabkan oleh karena lokasinya yang setiap hari dapat diperhatikan sendiri maupun oleh orang lain, baik secara sengaja maupun tidak disengaja, misalnya ketika melakukan sikat gigi secara spontan akan dapat terlihat adanya kelainan pada rongga mulut. Kelainan pada rongga mulut juga dapat dilihat oleh orang lain ketika sedang melakukan pemeriksaan gigi ataupun sedang berbicara dengan orang lain. Hal lain yang dapat berpotensi untuk menemukan adanya tumor di rongga mulut dapat dilihat dari suatu kelainan gerakan lidah ketika berbicara dan lain sebagainya. (1,2)

Sangatlah penting untuk menemukan karsinoma rongga mulut ini secara dini, karena dengan demikian keberhasilan pengobatan lebih terjamin. Para peneliti berusaha menggali mengenai penyakit ini lebih lanjut untuk membagikan informasi agar masyarakat luas mengetahui mengenai karsinoma rongga mulut. Dengan adanya pemeriksaan-pemeriksaan yang sederhana sebagai skrining untuk menemukan karsinoma rongga mulut seperti Aspirasi Biopsi Jarum Halus (SiBajah) maka sudah sepatutnyalah kejadian Karsinoma rongga mulut dapat berkurang dan pengobatannya dapat lebih berhasil. (3)

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Epidemiologi

Karsinoma rongga mulut  ditemukan kira-kira sekitar ⅔ terjadi di mulut dan ⅓ ditemukan di pharynx. Di Amerika Serikat setiap tahunnya, sekitar 29.000 orang menyadari telah mengidap kanker rongga mulut (mulut dan bibir) atau oropharynx. Kanker ini didiagnosis pada kira-kira 30.000 orang Amerika (pada tahun ini) dan menyebabkan lebih dari 8.000 kematian. Penyakit ini menewaskan hampir 1 orang setiap jamnya. Kanker rongga mulut  menempati urutan ke-6  untuk jenis kanker yang sering diderita laki-laki dan urutan ke-14 pada wanita. Karsinoma rongga mulut menyebar dengan cepat. Rata-rata, hanya setengah (59%) yang didiagnosis dengan penyakit ini yang dapat bertahan hidup lebih dari 5 tahun. Kanker rongga mulut sering terjadi pada usia diatas 40 tahun dan menjangkiti lebih banyak laki-laki dari pada perempuan. Vaamonde (2004) menemukan bahwa dari 636 orang pasien yang menderita kanker kepala dan leher, 48 orang atau 7,5% berkembang lesi-lesi sekunder. (1,2,4,5,6)

Faktor Resiko

Konsumsi Tembakau/ Alkohol ; Pemakaian Tembakau dan Alkohol yang berlebihan akan meningkatkan resiko kanker rongga mulut. Perokok sigaret, cerutu, pipa tembakau, pengunyah tembakau, penghirup (snuff) tembakau adalah orang-orang yang berhubungan dengan resiko karsinoma rongga mulut. Pada beberapa suku bangsa, tembakau merupakan kebutuhan untuk menjalankan ritual budaya ataupun kebiasaan. Misalnya pada suku Indian yang melaksanakan ritual Menghisap pipa perdamaian untuk meredakan peperangan antar suku. Demikian juga dikalangan suku Batak (Toba, Simalungun, Karo, bahkan Nias) mengunyah tembakau (menyirih ataupun suntil) sudah menjadi suatu kebiasaan. Bagi orang yang mengkonsumsi alkohol akan meningkatkan resiko terkena kanker ini seiring dengan meningkatnya jumlah alkohol yang dikonsumsi. Pemakaian tembakau dan alkohol secara bersamaan lebih meningkatkan resiko daripada pemakaian salah satunya saja, bahkan tiga dari empat kejadian kanker rongga mulut muncul pada orang yang mengkonsumsi tembakau, alkohol, ataupun keduanya.

Cahaya Matahari; Paparan sinar matahari merupakan faktor resiko untuk kanker bibir, bahkan seorang yang sekaligus perokok akan lebih rentan terhadap karsinoma ini. Menggunakan topi, balsem atau lotion bibir yang mengandung pelindung ultra violet akan mengurangi atau melindungi bibir dari resiko kanker bibir.

Usia; Karsinoma rongga mulut adalah penyakit tipikal pada orang-orang dengan usia yang lebih tua, biasanya oleh karena lamanya terkena paparan faktor resiko. Angka kejadian karsinoma rongga mulut meningkat sesuai dengan usia, mencapai angka terbanyak pada usia 65-74 tahun. Pada orang Afriko-Amerika, angka kejadian terbanyak pada usia sekitar 10 tahun lebih muda.

Jenis Kelamin; Karsinoma rongga mulut mengenai laki-laki 2 kali lebih sering daripada wanita.

Penelitian menunjukkan bahwa pada orang-orang yang memiliki faktor-faktor resiko seperti diatas mempunyai kemungkinan lebih besar untuk berkembang menjadi karsinoma rongga mulut. Kebanyakan kanker rongga mulut dapat dicegah. 75% kanker ini berhubungan dengan penggunaan tembakau, alkohol, ataupun keduanya bersamaan. Menghindarkan faktor faktor resiko dan ditambah dengan memakan lebih banyak makanan sehat seperti sayuran, buah-buahan yang mengandung tinggi serat akan menurunkan resiko kanker. (1,2,4,5,6,7)

Tabel dibawah ini merupakan data-data faktor resiko terhadap Kanker :
Faktor Resiko
Persentase
Tembakau
30%
Diet / Obesitas
30%
Kebiasaan/ Pola hidup
5%
Faktor yang didapat
5%
Riwayat Kanker Keluarga
5%
Viruses/biological
5%
Faktor Perinatal /Tumbuh Kembang
5%
Faktor Reproductive 
3%
Alkohol
3%
Status Sosioekonomi
3%
Polusi Lingkungan
2%
Ionizing/UV radiation
2%
Lain-lain
2%

Gambaran Klinis

Gejala

Gejala-gejala yang sering muncul pada kanker rongga mulut adalah adanya selaput pada mulut atau bibir yang berwarna putih, merah atau keduanya (perubahan warna pada jaringan mulut); Nyeri pada bibir atau mulut  yang mudah berdarah dan tidak sembuh-sembuh; gigi tanggal; Kesulitan atau sakit ketika mengunyah maupun menelan; Kesulitan berbicara atau menggerakkan rahang atau lidah; Kesulitan atau rasa tidak nyaman ketika merapatkan gigi (memakai gigi palsu); Pembengkakan pada leher; sakit pada telinga, dan sebagainya. (1,2,4,5,6)

Patologi

Makroskopis. Diketahui adanya tanda-tanda pendahuluan yang biasanya mengawali terjadinya kanker rongga mulut yang dapat diwaspadai. Kanker mulut seringkali diawali oleh bentuk lesi yang kecil, bintik putih atau merah yang seringkali tidak disadari keberadaannya ataupun perih didaerah mulut. Keadaan tersebut dapat terjadi diseluruh daerah rongga mulut termasuk bibir, gusi, pipi sebelah dalam, lidah, dan langit-langit (palatum). Lesi yang mungkin menjadi pertanda Kanker Rongga Mulut. Ada dua lesi yang dapat menjadi prekursor kanker rongga mulut, yaitu Leukoplakia (lesi putih) dan erythroplakia (lesi merah). Walaupun erythroplakia lesi yang lebih jarang daripada leukoplakia, lesi yang mengandung komponen erythroplakia ini memiliki potensi yang lebih besar untuk berlanjut menjadi kanker. (9) Semua lesi, baik putih maupun merah yang tidak membaik dalam dua minggu harus dievaluasi kembali dan dipertimbangkan untuk tindakan biopsi untuk menetapkan Diagnosis definitifnya. Lesi Lain yang mungkin merupakan tanda dan gejala. Tanda-tanda dan gejala dari Karsinoma rongga mulut yang biasanya dikeluhkan pasien mencakup : adanya benjolan atau penebalan jaringan mulut, nyeri atau perasaan seperti tersangkut sesuatu pada tenggorokan, kesulitan mengunyah atau menelan, sakit telinga, sulit menggerakkan rahang atau lidah, serak, kebas pada lidah atau daerah lain di mulut. Jika masalah-masalah seperti ini menetap lebih dari dua minggu, maka diperlukan pemeriksaan klinik dan laboratorium yang lebih lanjut. Jika diagnosis tidak dapat ditegakkan, sebaiknya pasien dirujuk kepada spesialis yang lebih tepat.

Mikroskopis / Histopathologi. Kondisi Premalignan/ Lesi Prekanker. Gambaran histopatologi sangat bervariasi, mulai dari hiperkeratosis dan hiperplasia sampai pada keadaan atropi dan displasia berat. Pasien dengan  leukoplakia idiopatik mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk berkembang menjadi kanker. Dari penelitian yang ada 4-17% pasien seperti tersebut diatas ditemukan  kejadian transformasi malignant dari lesi leukoplakia kurang dari 20 tahun kemudian. Lesi pada rongga mulut akan berkembang menjadi malignant pada daerah lesi kemungkinan 5 kali lebih besar pada pasien dengan leukoplakia dibandingkan pada pasien tanpa leukoplakia. Atropic Mucosa, merupakan kondisi awal dari lesi prekanker pada rongga mulut dimana sel-sel epitel dan jaringan mukosa mengalami atropi. Hiperplastik mucosa: Sel-sel epitel pada mukosa rongga mulut yang mengalami hiperplasia. Leukoplakia, biasanya asimtomatik dan ditemukan secara tidak sengaja ketika melakukan pemeriksaan gigi rutin. Leukoplakia dapat terjadi diseluruh daerah rongga mulut, meskipun tempat yang paling sering adalah di buccal mucosa, dasar mulut, lidah bagian ventral palatum dan gingiva. Tampilan dari leukoplakia adalah plak keputihan yang soliter atau multipel dengan pinggir yang tegas. Leukoplakia dapat sedikit menebal dan licin atau berbentuk kerutan dan fisur-fisur, mungkin juga tampil dengan bentuk plak seperti veruka. Leukoplakia tidak dapat dilepaskan dengan menggunakan swab biasa. Eritroplakia, gambaran histologik Erythroplakia adalah penebalan epidermal; hampir 90% merupakan erosi permukaan epidermal dengan displasia, karsinoma insitu, atau sudah terjadi pertumbuhan  karsinoma disekitar pinggir erythroplakia tersebut. Warna kemerahan pada lesi adalah hasil dari reaksi peradangan pada subepitel dengan dilatasi vaskular yang cukup banyak. Ukuran lesi tampaknya tidak menjadi suatu relevansi, yaitu bahkan lesi displasia yang sangat kecilpun dapat menjadi suatu Karsinoma yang multipel dan berakibat fatal.
Displasia. Lesi Displastik tidak menampilkan gambaran klinis yang spesifik, namun jika disertai dengan suatu erythroplakia, maka gambarannya seperti suatu Displasia. 17-25% sampel biopsi dari leukoplakia terbukti merupakan suatu Displasia. Erythroplakia, Leukoplakia Verrucous, dan Leukoplakia Nodular menunjukkan suatu peningkatan frekuensi perubahan histologi Displasia. Leukoplakia seperti diatas, atau suatu erythroplakia, biasanya adalah suatu displastik atau karsinoma. Kebanyakan Leukoplakia idiopatik adalah homogen dan sedikit sekali yang menunjukkan berubahan histologi displasia. Leukoplakia nodular atau Verrucous adalah lesi yang tidak Homogen, tetapi leukoplakia yang Homogen  tidak menunjukkan potensi yang malignant. Namun, penelitian menemukan menunjukkan karsinoma atau displasia berat dari spesimen leukoplakia yang berasal dari eksisi hampir 5% ketika diagnosis spesimen yang berasal dari biopsi  menunjukkan tidak adanya suatu displasia. Carsinoma in Situ merupakan istilah yang kontrovesial jika dipakai pada suatu Displasia berat dimana daerah yang abnormal meluas sampai melewati ketebalan epithelium. Seluruh karakteristik selular yang abnormal dari keadaan malignant dapat muncul; hanya saja invasi dari connective tissue tidak ditemukan. Mulai dari atas sampai bawah epithel displasia, seperti pada lesi-lesi displasia yang lain, tidak mempunyai karakteristik gambaran klinis, walaupun erythroplakia terbukti menjadi Carsinoma in Situ atau suatu Carsinoma Invasi Dini.(7) Karsinoma Sel Squamous, merupakan 95% jenis karsinoma pada HNSCC (Head and Neck Squamous Cell Carcinoma). Tumor Odontogenik, merupakan kelompok lesi yang kompleks dengan gambaran histologis dan gambaran klinis yang sangat berbeda. Beberapa memang merupakan neoplasma (jinak dan ganas), tetapi sebagian lagi menyerupai hamartoma. Tumor odontogenik ini berasal dari epitel odontogenik, ectomesnchyme, atau dari keduanya. Jenis tumor odontogenik yang paling sering dijumpai adalah  Ameloblastoma : berasal dari epitel odontogenik;  Odontoma, berasal dari epitelium tetapi menempati posisi di email dan dentin. Odontomas lebih  merupakan hamartoma daripada suatu neoplasma dan dapat disembuhkan dengan eksisi lokal. (1,2,4,5,6,7)
                           
Diagnosis

Diagnosis dilakukan dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu melihat tanda-tanda pada mulut atau tenggorokan adanya leukoplakia atau erythroplakia, benjolan, atau masalah lainnya. Pemeriksaan dimulai dari dasar mulut, belakang tenggorokan dan bagian dalam pipi dan bibir. Kemudian dilakukan pemeriksaan Lidah dengan menarik lidah secara hati-hati dan dilanjutkan dengan pemeriksaan kelenjar getah bening pada leher. Pada pemeriksaan yang dijumpai daerah yang abnormal, maka dilakukan Biopsy untuk memastikan daerah yang dicurigai tersebut. Penentuan struktur dan sitologi merupakan Baku Emas ( Gold Standard ) dalam menemukan adanya abnormalitas pada rongga mulut. Endoscopy juga dilakukan untuk menelusuri ada tidaknya penyebaran kanker ketempat lain. (3, 7,8)
Pemindaian yang dapat dilakukan adalah : x-ray pada gigi dan dada, CT scan, MRI. Pemeriksaan yang dilakukan dibawah ini merupakan abstrak dari metode pemeriksaan standar yang sudah direkomendasikan oleh WHO. Metode pemeriksaan ini juga dilakukan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Badan Kesehatan Nasional. Alat-alat yang digunakan adalah : cahaya yang adequat (senter), kaca mulut, 2 buah kain kasa ukuran 2 x 2”, dan sarung tangan. Pemeriksaan ini tidak lebih dari 5 menit. Pasien dipersiapkan dengan melepaskan lebih dahulu jika ada protese pada mulut (misalnya, gigi palsu, kawat gigi, dan lain sebagainya), kemudian pasien didudukkan dikursi dengan posisi yang nyaman.

Pemeriksaan Jaringan Perioral dan Intra oral

Prosedur yang dilakukan adalah 7 langkah penilaian sistematis dari bibir, labial mucosa dan sulcus, komisura, buccal mucosa dan sulcus, ginggiva dan alveolar, lidah, dasar mulut, dan langit-langit. Bibir : (gambar 2) pemeriksaan dimulai dengan mengamati bibir dengan keadaan mulut pasien terbuka dan tertutup. Periksa warna, tekstur dan permukaan yang abnormal pada batas-batas atas dan bawah bibir. Labial Mucosa : (gambar 3 dan 4), mulut pasien setengan terbuka, penilaian dilakukan pada labial mucosa dan sulcus dari vestibula maxillar dan frenum dan vestibula mandibular. amati warna, tekstur, dan adanya pembengkakan atau keadaan abnormal lainnya dari vestibular mucosa dan gingiva. Buccal mucosa : (gambar 5 dan 6), regangkan buccal mucosa. Nilai terlebih dahulu sisi kanan dan kemudian sisi kiri buccal mucosa kemudian bergeser kedaerah komisura labial dan kembali kebagian anterior tonsil. Catat adanya perubahan pigmentasi, warna, tekstur, mobilitas dan keadaan abnormal lainnya. Harus dipastikan bahwa komisura tidak ditutupi oleh retraktor ketika melakukan peregangan dari pipi. Gingiva : (gambar 7), Pertama, dilakukan pemeriksaan terhadap buccal dan labial yang berbatasan dengan gingiva dan alveolar yang dimulai dari  posterior gingiva pada maksila kanan dan alveolar, kemudian bergerak kesekitar sudut kiri daerah posterior. Dilanjutkan kedaerah posterior gingiva mandibular kiri dan alveolar dan bergerak disekitar sudut posterior kanan.
Lidah: (gambar 8), Lidah pasien dalam keadaan istirahat, dan mulut dalam keadaan sedikit terbuka, amati lidah bagian dorsum apakah dijumpai pembengkakan, ulserasi, selaput, atau variasi dari ukuran, warna, atau tekstur. Juga diberi catatan jika ada perubahan bentuk papilla yang membungkus permukaan lidah dan lakukan juga pemeriksaan ujung lidah. Kemudian pasien diminta menjulurkan lidah dan dilakukan penilaian terhadap mobilitas dan posisinya. Gambar 9 : dengan kaca mulut, perhatikan daerah pinggir lateral kanan dan kiri lidah. Gambar 10 : Pegang ujung lidah dengan kain kasa dan menarik lidah keluar dengan hati-hati dan optimal, kemudian lakukan pemeriksaan pada pinggir lateral daerah posterior lidah. Gambar 11 : Kemudian lakukan pemeriksaan permukaan ventral. Palpasi lidah untuk mendeteksi adanya sesuatu keadaan yang abnormal. Dasar Mulut : (gambar 12) Lidah masih dalam keadaan dinaikkan, inspeksi keadaan dasar mulut dengan melihat adanya perubahan warna, tekstur, pembengkakan, atau kondisi abnormal lainnya.
Palatum : (gambar 13 Dan 14) Mulut pasien dalam keadaan terbuka lebar dan kepala pasien condong kebelakang, secara hati-hati tekan  dasar lidah dengan kaca mulut. Pertama amati langit-langit keras kemudian langit-langit lembut. Kedua, periksa daerah palatum dan lingual seperti yang sudah dilakukan pada saat pemeriksaan wajah, dimulai dari kanan ke kiri palatum (maksila) dan dari kiri ke kanan lingual (mandibula). Gambar 14 : Lakukan pemeriksaan pada seluruh palatum dan jaringan oropharingeal. Gambar 15 : Palpasi secara bimanual daerah dasar mulut dan deteksi adanya keadaan yang abnormal. Seluruh mucosal atau jaringan facial yang tampak abnormal harus dipalpasi. (8)
Deteksi Dini Karsinoma Rongga Mulut. Sangatlah penting untuk menemukan kanker rongga mulut sedini mungkin sehingga pengobatan yang  dilakukan dapat lebih berhasil. Pemeriksaan karsinoma rongga mulut dilakukan untuk menemukan tanda-tanda kanker. Pemeriksaan karsinoma rongga mulut tidak sakit dan cepat, hanya menghabiskan waktu beberapa menit. Pada saat pemeriksaan gigi adalah kesempatan yang tepat untuk melakukan pemeriksaan Karsinoma rongga mulut. Deteksi Dini Karsinoma Rongga mulut penting dilakukan karena Deteksi dini tersebut dapat menyelamatkan nyawa. Dengan ditemukannya karsinoma rongga mulut secara dini dan terapi yang teratur, kematian akibat karsinoma ini dapat berkurang secara drastis. Seperti telah disebutkan diatas bahwa penentuan struktur dan sitologi merupakan ”Gold Standard” dalam menemukan adanya abnormalitas pada rongga mulut, maka peranan Biopsi dalam deteksi dini suatu karsinoma rongga mulut sangat penting, dikarenakan kemampuan sitologi biopsi aspirasi selain membedakan tumor jinak dengan tumor ganas, juga dapat menentukan  subtipe pada sebagian tumor. Biopsi untuk lesi-lesi pada rongga mulut dapat dilakukan dengan cara Aspirasi Biospi Jarum Halus (SiBajah) ataupun dengan cara Biopsi dengan menggunakan Stiff-bristled Brush, Punch Biopsi dan juga Panendoscopy. Melakukan SiBajah sangat menguntungkan dari berbagai aspek, baik itu dari sisi pasien dan sisi manajemen klinis, antara lain pemeriksaannya yang cepat, sederhana, murah, diagnosis yang cepat dapat menghindarkan keterlambatan pengobatan dan juga kesempatan menemukan kanker sedini mungkin lebih banyak. Dari segi manajemen klinis tindakan SiBajah sangat membantu klinisi dalam memberikan pengobatan dengan segera dan lebih akurat, bagi ahli bedah dapat membantu dalam menentukan jadwal  dan memilih tehnik operasi sehingga lebih efektif dan efisien. (1, 2, 3, 4,5,6,7, 8, 9)


Komplikasi
Beberapa Leukoplakia berpotensi untuk menjadi Malignant. Displasia seringkali muncul sebagai prediktor terbaik dari suatu potensi keganasan. Sebanyak lebih kurang 25% leukoplakia pada pertemuan pertama adalah displastik. (7)  
Prognosis
Diperkirakan kejadian transformasi keganasan bervariasi dari 3-33% lebih dari periode 10 tahunan. Kesempatan hidup 5 tahun pada penderita kanker mulut  yang terlokalisir adalah 81% dibandingkan penderita kanker mulut yang sudah metastasis sekitar 30% saja. Persiapan untuk deteksi dini adalah dimulai dengan berkomunikasi dengan pasien mengenai riwayat penggunaan tembakau atau alkohol, sekaligus menginformasikan kepada pasien adanya kaitan antara penggunaan tembakau dan alkohol sebagai faktor resiko kanker rongga mulut. Sebanyak kira-kira 30% dari Leukoplakia dapat regresif jika kebiasaan buruk dihentikan. (2, 4, 5, 6,7,8,9,10,11)
Penatalaksanaan

Pembedahan. Penatalaksanaan yang dilakukan untuk mengambil tumor di mulut atau tenggorokan adalah dengan cara  pembedahan. Jika dirasa perlu maka kelenjar getah bening di leher juga akan ikut diangkat. Pembedahan juga dikombinasikan dengan terapi radiasi pada yang memerlukannya.
Terapi Radiasi. Terapi radiasi yang dilakukan adalah jenis terapi lokal, dimana efeknya hanya pada daerah yang dirawat saja. Biasanya terapi ini digunakan untuk tumortumor yang kecil atau untuk pasien-pasien yang tidak dapat dibedah.  Terapi radiasi mungkin juga dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker dan mengecilkan tumor sebelum dilakukannya pembedahan. Setelah pembedahan maka radiasi digunakan untuk menghancurkan sel-sel kanker yang mungkin masih tertinggal di daerah tumor. Ada 2 jenis radiasi yang biasa dilakukan yaitu, External radiasi dan Internal radiasi. Penggunaan kedua jenis radiasi tersebut sesuai dengan kondisi pasien.
Kemoterapi. Kemoterapi digunakan sebagai obat antikanker untuk mematikan sel-sel kanker. Disebut juga terapi sistemik karena dimasukkan kedalam aliran darah dan dapat memberikan efek pada sel-sel kanker diseluruh tubuh. Bagi pasien-pasien yang mendapat perawatan kanker mulut biasanya tidak dapat mentoleransi rasa pasta gigi yang biasa dipakainya sehingga dianjurkan untuk mengganti pasta gigi dengan rasa yang lain. Dianjurkan juga untuk tetap melakukan dental floss seperti biasa, namun jika didapati bagian gusi yang mudah berdarah sebaiknya daerah tersebut dihindari sampai daerah gusi tersebut kembali normal. Menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung gel fluoride, berkumur dengan larutan baking soda dicampur sedikit garam dan kemudian dikumur dengan air biasa. Makan sesuai dengan aturan diet yang dianjurkan (tinggi serat dari buah dan sayuran) dan menghentikan konsumsi tembakau dan alkohol serta melakukan pemeriksaan kesehatan yang teratur untuk mendukung keberhasilan dan keberlanjutan pengobatan. (8,10)

Daftar Pustaka
  1. Kumar V., Abbas A.K., Fausto N., Head and Neck In: Robbins And Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th . ed, Elsevier Saunders 2004: p. 773-782

  1. Shedd D.P., Hukill P.B., Sleeper H.R. and Kligerman M.M.,  Recognition of Early Oral Cancer. CA Cancer J Clin  April 20, 2007:p. 15;21-24

  1. Tambunan G.W., Aspek Klinik dan Sitologi Neoplasma Dalam: Penuntun Biopsi Aspirasi Jarum Halus. Edisi 1. Hipokrates-Jakarta, 1990: hal. 1-15

  1. Cruz G.D., Ostroff J.S., Kumar J.V. , Gajendra S.: Oral health care providers’readiness to provide health behavior counseling and oral cancer examinations In: Preventing and detecting oral cancer. JADA, Vol. 136, May 2005.

  1. Sciubba J. J., History-taking and the diagnostic phase of management In: Oral cancer and its detection. JADA, Vol. 132, November 2001.

  1. American Dental Association (ADA); Oral Cancer; 2007

  1. Crispian S., Leukoplakia, Oral. eMedicine World Medical Library. 11 July 2006. file://localhost/E:/leukoplakia%20staging.htm

  1. Oral Cancer. http://www.nidcr.nih.gov

  1. The Journal of the American Dental Association (JADA); Oral Care for Cancer Patients ; vol 133; July 2002;; p. 1014

  1. American Dental Association (ADA); Common Mouth Sores; 2007
file://localhost/E:/Yahoo!%20Image%20Detail%20for%20ada_org-images-public-topics-mouthsores_leukoplakia_sm_jpg.htm

  1. National Cancer Institue; Tobacco Statistics Snapshot; U.S. National Institutes of Health; 2007; www. cancer.gov;







Tidak ada komentar:

Posting Komentar