Jumat, 22 Mei 2015

ADENOMATOID ODONTOGENIC TUMOR

ADENOMATOID ODONTOGENIC TUMOR

Pendahuluan
            Adenomatoid odontogenic tumor merupakan tumor odontogenik yang berasal dari pertumbuhan gigi dan jaringan ikat. Tumor ini jarang terjadi, sekitar 1 – 2% dari seluruh tumor yang ditemukan di laboratorium patologi oral.1
            Adenomatoid odontogenic tumor merupakan neoplasma jinak yang jarang dijumpai. Gambaran histopatologi yang hampir menyerupainya adalah adamantinoma pada tulang panjang, misalnya pada tibia, fibula atau pergelangan tangan.2,3 Adenomatoid odontogenic tumor sering dijumpai pada wanita dan terjadi pada  maksila anterior, sedangkan ameloblastoma lebih banyak pada pria dan berlokasi pada maksila medial sampai ke posterior.2,3,4
            Secara mikroskopik, ditemukan biphasic pattern dari otot spindel, sel-sel kolagen dan secara karakteristik dijumpai sel-sel epitelioid yang dibatasi oleh sekat-sekat jaringan ikat. Sel-sel epitelioid memberikan reaksi positif kuat terhadap keratin.3

Tinjauan Pustaka
            Adenomatoid odontogenic tumor pertama sekali ditemukan oleh Stafne pada tahun 1948. Adenomatoid odontogenic tumor merupakan tumor jinak yang diduga berasal dari preameloblast atau dari inner enamel epithelium dan jarang menimbulkan pembengkakan pada rahang. Tumor  sering berhubungan dengan tidak erupsinya gigi kaninus1 atau insisivus lateral. Tumor bersifat non invasif dan tidak rekurens bila telah dilakukan tindakan bedah5.

Insiden dan Lokasi
            Insiden adenomatoid odontogenic tumor sekitar 0,1% dari tumor kistik pada rahang dan 3% dari seluruh tumor rahang.Sekitar 65% tumor ditemukan pada maksila dan paling banyak ditemukan pada regio kaninus atau insisivus lateral.6,7 Tumor lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan pada pria1 dan penderita rata-rata berusia 13 - 19 tahun atau dekade kedua. Insiden paling tinggi ditemukan di Asia, Sri Lanka (3,2 ; 1) dan Jepang (3 ; 1).5,6,7
Gambaran klinis
            Tumor bersifat jinak, asimptomatik, berkapsul, tidak nyeri dan tumor berhubungan dengan gigi yang tidak erupsi. Tumor dapat disertai atau tanpa dengan pembengkakan.3,4,5,6,7

Klasifikasi Tumor Jinak Odontogenik pada rahang
I.                   Epithelial odontogenic tumors (With no inductive change in connective tissue)
1.      Ameloblastoma
2.      Odontogenic adenomatoid tumor (Adenomatoid odontogenic tumor)
3.      Calcifying epithelial odontogenic tumor (Pindborg tumor)
II.                Mixed odontogenic tumors – Epithelial and Mesenchymal (With inductive change in connective tissue)
1.      Ameloblastic fibroma
2.      Ameloblastic odontoma
3.      Ameloblastic fibroma-odontoma
4.      Odontomas
III.             Mesenchymal Odontogenic Tumors
1.      Odontogenic myxoma (myxofibroma)
2.      Odontogenic fibroma
3.      Cementifying (ossifying) fibroma
4.      Benign cementoblastoma

Patologi
            Secara histopatologi terbagi atas 3 tipe, yaitu tipe folikular (73%) biasanya terletak di medial atau mendekati medial. Secara radiologi memberikan gambaran radiolusen kistik unilokular yang berhubungan dengan gigi yang tidak erupsi (biasanya gigi kaninus) sehingga menstimulir terbentuknya  dentigerous cyst, tipe ekstrafolikular (24%), terletak pada bagian medial tetapi tidak berhubungan dengan gigi yang tidak erupsi dan tipe periferal (3%) yang biasanya pada mukosa ginggiva dan sering berupa epulis atau fibroma ginggiva.8  

Makroskopis
            Tumor berbentuk bulat, berbatas tegas dengan kapsul jaringan ikat fibrous, berupa massa kistik atau solid dan  mahkota gigi menonjol ke kavitas kistik.12
Mikroskopis
            Lesi memberikan gambaran menyerupai struktur kelenjar atau ductlike structure 5 dengan deposit amiloid yang dilapisi oleh epitel torak, stroma terdiri dari jaringan ikat fibrous dan pada beberapa tempat dijumpai kalsifikasi minimal dan gambaran epitelial (sel-sel epitelioid).1,5  Selain itu juga dijumpai berbagai variasi seluler, setempat dijumpai sel-sel dengan inti bentuk fusiform atau lonjong, basofilik sehingga memberikan gambaran whorled nodules dan pada daerah lain dijumpai sel-sel yang jernih bentuk silindris dengan gambaran kelenjar atau glandular. Sel-sel tumor yang membentuk kelompokan-kelompokan memberikan gambaran ball-like structures atau rosettes.7 Diantara sel-sel epitelial dijumpai massa amorf eosinofilik (eosinophilic drop). Kalsifikasi sferikal dapat dijumpai sehingga diinterpretasikan sebagai enamel yang abortif.8  

Diagnosa Diferensial
  1. Odontogenic cyst
Kista ini berhubungan dengan  proses odontogenik. Kista biasanya didahului dengan proses infeksi pada dental pulpa, baik pada radiks atau apikal gigi pada gigi yang erupsi.
  1. Dentigerous cyst
Pembentukan dentigerous cyst berhubungan dengan gigi yang tidak erupsi dan paling banyak ditemui pada maksila bila dibandingkan dengan mandibula. Lokasi yang paling sering adalah molar III. Kista terbentuk setelah gigi tumbuh dengan sempurna dan dijumpai adanya cairan. Dentigerous cyst biasanya multilokular dengan pelapis epitel tatah berlapis.10,11
DAFTAR PUSTAKA


  1. Kissane, John M., Anderson’s Pathology, volume II, ninth edition, Mosby, 1985, p. 1120-21.
  2. Hutagalung, Errol Untung et all, Neoplasma Tulang : Diagnosis dan Terapi, Galaxy Puspa Mega, 2005, hal. 54.
  3. Bullough, Peter, Orthopedic Pathology, fourth edition, Mosby, 2004, p. 304-5.
  4. Unni, K. Krishnan, Tumors of the Bones and Joints ; AFIP Atlas of Tumor Pathology, AFIP ARP, 2005, p. 299-300.
  5. Adenomatoid Odontogenic Tumor – A Rare Cause of Jaw Swelling, available at : http://www.head-face-med.com.
  6. Odontogenic Adenomatoid Tumor (Adenoameloblastoma), available at : http://www.chapter14OdontogenicBenignTumorsoftheJaw.com
  7. Odontogenic Tumor, available at : http://www.OdontTumors.pdf
  8. Follicular Adenomatoid Odontogenic Tumor, available at : http://www.medicineoral.com/medoralvlli4p305.pdf.
  9. Rosai, Juan, Ackerman’s Surgical Pathology, 8th edition, Mosby, 1996, p. 272-4.
  10. Ameloblastoma, available at : http://www.wikipedia.org/wiki/Ameloblastoma#column-one.
  11. Rubin, Emanuel, Pathology, volume II, third edition, Lippincott Williams & Wilkins, 1999, p.1310-1.
  12. Mandible & Maxilla, available at : http://www.pathologyoutlines.com/mandiblemaxill.html#myxoma.
  13. Mills, Stacey E., Stenberg’s Diagnostic Surgical Pathology, fourth edition, volume 1B, Lippincott Williams & Wilkins, 2004, p. 922-4.

  
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar