Adenokarsinoma
Prostat
Pendahuluan
Adenokarsinoma prostat masih menjadi permasalahan
kesehatan di seluruh dunia, baik dari segi insiden maupun mortalitasnya. Sembilan
puluh lima persen dari keganasan pada kelenjar prostat adalah adenokarsinoma
prostat.
Sekitar satu dari setiap lima laki-laki Amerika
didiagnosa kanker prostat pada kehidupannya dan sekitar 3% akan meninggal.
American Cancer Society memperkirakan 220.900 kasus baru dari
adenokarsinoma prostat dan 28.900 kematian dari penderita ini pada tahun 2003,
dengan urutan kedua setelah kanker paru-paru.1,2
Dalam beberapa tahun terakhir ini, adenokarsinoma prostat
merupakan keganasan tersering pada pria di Amerika Serikat, sedangkan di negara
Asia insidensinya masih termasuk peringkat rendah. Data dari 13 Fakultas
Kedokteran Negeri di Indonesia menunjukkan kanker prostat termasuk dalam 10
penyakit keganasan tersering pada pria. Di subbagian Urologi, bagian bedah FKUI/RSCM,
selama periode 1995-1998 ditemukan rata-rata 17 kasus pertahun dan menduduki
peringkat kedua setelah kanker buli-buli (kandung kemih).3
Insiden
adenokarsinoma prostat yang dijumpai pada otopsi meningkat sesuai dengan
pertambahan umur dan bervariasi tergantung pada metode pengambilan sampel dari
kelenjar prostat. Khususnya pada laki-laki dengan umur di bawah 50 tahun
terdapat peningkatan jumlah adenokarsinoma prostat yang diidentifikasi dengan step-sectioning
dibanding dengan random section dari kelenjar prostat. Laki-laki
muda yang menjalani prostatektomi radikal tidak memiliki prognosis yang jelek
setelah operasi dibandingkan dengan laki-laki yang lebih tua. Mereka biasanya
didiagnosa dengan keluhan genitourinaria yang tidak berhubungan dengan prostat
atau karena riwayat keluarga kanker prostat.1,2
Embriologi
dan Perkembangan Prostat
Selama
kehamilan bulan ketiga, kelenjar prostat berkembang dari invaginasi epithelial
dari sinus urogenital posterior di bawah pengaruh mesenkim. Pembentukan normal
dari kelenjar prostat membutuhkan pengaruh 5α-dihydrotestosteron yang disintesa
dari testosteron fetal oleh 5α-reduktase. Enzim ini dijumpai pada sinus
urogenital dan genitalia ekternal. Konsekuensinya, defisiensi 5α-reduktase akan
menyebabkan prostat yang mengecil atau sama sekali tidak ada, walaupun
epididimis, vasa deferentia dan vesikel seminal tetap normal.
Selama
masa prepubertas, terjadi perubahan prostat menuju fenotipe dewasa. Kelenjar membesar secara kontinu mencapai berat
sekitar 20 gram pada usia 25-30 tahun.4
Anatomi
dan Histologi Kelenjar Prostat Normal
Prostat normal memiliki berat sekitar 20 gram dan mengelilingi bagian atas dari uretra (prostatic
urethra). Sekresi prostat merupakan komponen utama dalam cairan seminal
yang kaya akan acid phosphatase.5
Dasar dari prostat terletak pada leher kandung kemih dan
bagian apeks pada diafragma urogenital. Fascia Denonvillier merupakan suatu
jaringan ikat tipis yang memisahkan prostat dan vesikel seminal dari rektum
posterior. Serabut-serabut otot skeletal dari diafragma urogenital meluas ke
bagian apeks prostat sampai bagian anterior midprostat.
Zona
perifer terdiri dari seluruh jaringan kelenjar prostat pada bagian apeks dan
bagian posterior dekat kapsul. Pada zona ini lebih sering dijumpai carcinoma,
prostatitis kronik dan atropi postinflammatory. Zona sentral merupakan
suatu daerah yang berbentuk kerucut dengan bagian apeks meliputi duktus
ejakulasi dan uretra prostatik pada verumontanum. Zona transisi terdiri dari dua bagian jaringan kelenjar pada bagian
lateral uretra dari bagian tengah kelenjar. Pada zona ini sering terjadi benign
prostatic hyperplasia (BPH). Stroma fibromuskular anterior membentuk
kecembungan kelenjar ini pada bagian permukaan anterior. Bagian apeks dari area
ini kaya dengan otot lurik yang bercampur dengan kelenjar dan otot dari
diafragma pelvis. Menuju bagian basal, lebih dominan otot polos bercampur
dengan serabut-serabut dari leher kandung kemih. Bagian distal dari stroma
fibromuskular anterior penting untuk fungsi voluntary sphincter,
sedangkan bagian proksimal penting untuk fungsi involuntary sphincter.4
Gambaran
histologi dari kelenjar prostat terdiri dari duktus kelenjar yang bercabang-cabang.
Kelenjar dan duktus terdiri dari dua lapisan sel yaitu lapisan sel kolumnar
sekresi luminal dan lapisan sel basal. Pada lumen dari kelenjar dan duktus
prostat sering dijumpai massa eosinofilik yang berlapis-lapis ( corpora
amylacea ) yang lebih umum dijumpai pada laki-laki yang lebih tua. Kapsul
prostat terdiri dari jaringan fibrous yang mengelilingi kelenjar dan merupakan
suatu lapisan yang lebih fibrous dari otot yang terletak di antara stroma
prostat dengan jaringan lemak di luar prostat.4,6
Persarafan
Kelenjar Prostat
Prostat merupakan organ yang mendapat persarafan yang
luar biasa. Dua bundel neurovaskular terdapat pada posterolateral kelenjar dan
membentuk pedicle superior dan inferior pada masing-masing sisi. Saraf-saraf
ini penting untuk pengaturan fisiologi, morfologi dan pematangan kelenjar.
Prostat mendapat inervasi saraf simpatetik dan parasimpatetik dari saraf
hipogastrik dan pelvis. Saraf ini penting untuk fungsi ereksi, sehingga
mendapat perhatian khusus pada operasi kanker prostat.4
Etiologi
Perubahan gen pada kromosom 1, 17 dan kromosom X dijumpai
pada pasien-pasien dengan riwayat keluarga kanker prostat. Gen hereditary
prostate cancer 1 (HPC1) dan gen predisposing for cancer of the prostate
(PCAP) terdapat pada kromosom 1 sedang gen human prostate cancer pada
kromosom X. Sebagai tambahan, studi genetik menduga adanya suatu predisposisi
keluarga yang kuat pada 5-10% kasus kanker prostat. Laki-laki dengan riwayat
keluarga kanker prostat memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mendapat kanker
prostat.7
Laki-laki
Afrika Amerika memiliki prevalensi kanker prostat yang lebih tinggi dan lebih
agresif dibanding dengan laki-laki berkulit putih. Laki-laki berkulit putih
memiliki prevalensi kanker prostat yang lebih tinggi dibanding dengan laki-laki
Asia.2,5,7 Studi menemukan bahwa kadar hormon testosteron pada laki-laki
Afrika Amerika lebih tinggi 15% dibanding dengan laki-laki berkulit putih.
Selanjutnya terbukti juga 5α-reductase mungkin lebih aktif pada suku
Afrika Amerika dibanding dengan yang berkulit putih, dimana ini menunjukkan
perbedaan hormonal mungkin berperan.
Diet
tinggi lemak meningkatkan resiko terkena kanker prostat, sedangkan diet tinggi
kacang kedelai mungkin protektif. Observasi ini telah diutarakan sebagai alasan
rendahnya prevalensi kanker prostat di Asia. Studi kultur sel menunjukkan asam
lemak omega 6 positif dalam menstimulasi pertumbuhan sel-sel kanker prostat,
sedangkan omega 3 negatif. Lemak ini memiliki efek pada perubahan hormon seks
atau faktor pertumbuhan atau berefek pada 5α-reduktase. Kacang kedelai
menurunkan pertumbuhan sel-sel kanker prostat pada tikus percobaan, akan tetapi
faktor epidemiologi menunjukkan tidak terbukti efek yang bermakna pada manusia.
Vitamin E memiliki efek protektif karena merupakan antioksidan. Penurunan kadar
vitamin A mungkin suatu faktor resiko karena dapat memicu differensiasi sel dan
sistim imun. Defisiensi vitamin D diduga juga suatu faktor resiko dan studi
menunjukkan hubungan terbalik antara paparan ultraviolet dengan angka kematian
kanker prostat. Selenium mungkin memiliki efek protektif berdasarkan studi
epidemiologi dan dipercaya melalui efeknya sebagai antioksidan.
Ablasi
androgen menyebabkan regresi kanker prostat. Hsing dan Comstock melakukan studi
besar dengan membandingkan prevalensi kanker prostat pada satu grup kontrol
dengan satu grup yang diberikan inhibitor 5α-reductase. Inhibitor 5α-reductase
tersebut menunjukkan penurunan prevalensi tumor. ASCO ( The American Society
of Clinical Oncology ) merekomendasikan penggunaan inhibitor 5α-reductase
sebagai chemoprevention kanker prostat.3,5,7
Gejala
Klinis
Penderita adenokarsinoma prostat selalu menunjukkan
gejala lokal seperti retensi urin (20-25%), nyeri pinggang dan tungkai (20-40%),
hematuria (10-15%), sering miksi (38%), penurunan aliran urin (23%). Akan
tetapi 47% pasien tidak menunjukkan gejala klinis, sehingga pasien mungkin didiagnosa
dengan adenokarsinoma prostat stadium lanjut tanpa adanya gejala.2,4,5,7
Selain gejala lokal, dapat dijumpai gejala-gejala metastasis, seperti penurunan
berat badan, kehilangan nafsu makan, nyeri pada tulang dengan atau tanpa
fraktur patologis, nyeri dan bengkak pada tungkai bawah, gejala uremik dapat
muncul akibat obstruksi uretra dan retroperitoneal adenopathy.7
Oleh
karena adenokarsinoma prostat muncul pada zona perifer, maka keganasan ini
sering bertahan dengan baik sebelum pasien mengeluh kesulitan miksi akibat
obstruksi uretra dan beberapa di antaranya tetap tersembunyi bahkan sampai sudah
metastasis jauh. Adenokarsinoma prostat dapat dibagi atas tiga kategori
berdasarkan sifatnya: 1. invasive prostatic carcinoma (secara klinis
telah dijumpai invasi lokal dan metastasis); 2. latent prostatic carcinoma
(secara insidentil dijumpai pada kelenjar prostat dewasa yang menetap untuk
jangka waktu yang lama); 3. occult carcinoma (secara klinis tidak
dijumpai pada tempat primer, tetapi sudah ada metastasis).8
Diteksi
Dini
American Cancer Society menganjurkan agar
semua pria berusia diatas 50 tahun mengikuti Program Deteksi Dini Kanker
Prostat dengan melakukan pemeriksaan Prostate Specific Antigen total (PSA) dan
perabaan prostat melalui dubur yang disebut Digital Rectal Examination (DRE).
Pemeriksaan DRE harus dilakukan oleh dokter, sedangkan pemeriksaan PSA dapat
dilakukan di laboratorium klinik. Bila ada riwayat kanker dalam keluarga,
program deteksi dini kanker prostat ini dianjurkan sejak usia 40 tahun.3
Gambaran
Makroskopis
Identifikasi makroskopis adenokarsinoma prostat sampai
saat ini sering masih sulit atau tidak memungkinkan. Walaupun warna sebagian
besar tumor yang terlihat adalah sawo matang keputihan, sebagian kecil berwarna
kuning. Pada prostatektomi, adenokarsinoma prostat cenderung multifokal,
terutama dijumpai pada zona perifer, diikuti pada zona transisional dan
kemudian zona sentral. Sebagian besar tumor teraba kenyal dan sebagian kecil
teraba gembur dan lunak. Sebagian besar tumor yang teraba dengan pemeriksaan
colok dubur, terlihat dengan ultrasonografi atau inspeksi makroskopis.4,5
Histopatologi
Adenokarsinoma prostat memiliki gambaran histopatologi
mulai dari well differentiated sampai dengan poorly differentiated.
Gambaran umum semua kanker prostat adalah hanya dijumpainya satu tipe sel tanpa
adanya lapisan sel basal. Berbeda dengan kelenjar prostat yang jinak dijumpai
suatu lapisan sel basal di bawah sel-sel sekresi. Pengenalan sel-sel basal
dengan pewarnaan hematoksilin dan eosin tidak mudah. Pada beberapa kasus yang
jelas karsinoma, mungkin terlihat sel-sel yang menyerupai sel-sel basal. Akan
tetapi apabila sel-sel tersebut diwarnai dengan antibodi yang spesifik untuk
sel basal maka hasilnya negatif dan itu hanya fibroblast yang mengelilingi
kelenjar yang ganas. Sebaliknya sel-sel basl mungkin tidak dikenali pada
kelenjar-kelenjar yang jinak tanpa pewarnaan khusus.5,10
Histopatologi
kanker dibedakan dari kelenjar yang jinak dengan melihat gambaran arsitektur
kelenjar, inti, sitoplasma dan intraluminal.10,11
Gambaran arsitektur
Kelenjar
prostat yang jinak cenderung tumbuh sebagai nodul-nodul yang berbatas jelas
dengan kelenjar yang hiperplasia, radial keluar dari uretra dengan pola linier
bahkan tersebar pada zona perifer. Berbeda dengan kelenjar pada kanker prostat,
dimana kelenjar-kelenjarnya lebih ramai, tumbuh dengan pola yang tidak
beraturan, batas kelenjar irreguler dipisahkan oleh bundelan otot polos yang
menandakan suatu proses infiltratif. Pola lain yang menandakan telah adanya
proses infiltratif adalah dijumpainya kelenjar kecil yang atipikal di antara
kelenjar-kelenjar besar yang jinak. Dengan hilangnya diferensiasi kelenjar,
pembentukan struktur cribriform, fusi kelenjar-kelenjar dan kelenjar-kelenjar
yang poorly differentiated, memudahkan kita membedakannya dari
kelenjar-kelenjar yang jinak. Gambaran arsitektur merupakan komponen penting
untuk grading kanker prostat.10,11
Gambaran inti
Inti sel
pada kanker prostat mulai dari yang tidak dapat dibedakan dari epitel prostat
yang jinak hingga yang jelas ganas. Biasanya derajat atipia inti berkaitan
dengan derajat arsitektur dari diferensiasi. Pada sebagian besar kanker
prostat, perbedaan sitologi kelenjar yang ganas ketika dibandingkan dengan
kelenjar jinak sekelilingnya. Satu hal
yang sering dijumpai adalah inti sel yang membesar dengan nukleoli yang
menonjol, walaupun tidak semua sel kanker menunjukkan gambaran tersebut. Beberapa
inti sel yang ganas tidak menunjukkan nukleoli yang menonjol, tetapi
menunjukkan pembesaran inti dan hiperkromatin. Pada inti sel kanker prostat,
bahkan pada kanker yang kehilangan
diferensiasi kelenjar menunjukkan variasi pada bentuk atau ukuran dari satu
inti dengan inti lainnya. Gambaran mitotik lebih sering terlihat pada kanker
yang high grade dibandingkan dengan yang low grade.10,11
Gambaran sitoplasma
Se-sel
epitel kelenjar pada adenokarsinoma prostat memiliki sitoplasma yang
amphophilic, sedangkan pada kelenjar yang jinak lebih jernih dan pucat. Akan
tetapi pada kanker prostat yang low grade, sitoplasmanya sering juga
jernih dan pucat sehingga sering tidak dapat dibedakan. Sitoplasma sel kanker
prostat pada semua grade biasanya kehilangan lipofuscin, sedangkan pada
kelenjar prostat yang jinak dijumpai lipofuscin.10,11
Gambaran intraluminal
Suatu
gambaran yang umum terlihat pada lumen kelenjar pada adenokarsinoma prostat
adalah kristaloid prostat, yaitu suatu struktur yang menyerupai kristal
berbentuk bujursangkar, segienam, segitiga atau batang. Walaupun kristaloid
tersebut bukan merupakan diagnosa karsinoma, tetapi sangat sering dijumpai
dijumpai pada kelenjar yang ganas dibanding dengan yang jinak. Sebagai tambahan
sering juga dijumpai sekresi aseluler padat berwarna merah jambu atau sekresi
musinous berwarna kebiruan pada intraluminal kelenjar adenokarsinoma prostat,
khususnya pada kanker yang low grade. Berbeda jelas dengan kelenjar yang
jinak, dimana sering dijumpai corpora amylacea yang terdiri dari
struktur cincin oval atau bulat yang berlapis-lapis.10,11
Adenokarsinoma
prostat mempunyai beberapa varian histopatologi, yaitu varian atrophic, pseudohyperplastic,
foamy gland, colloid dan signet ring, oncocytic, lymphoepithelioma-like,
sarcomatoid (carcinosarcoma). 10,12
Varian Atrophic
Sebagian
besar adenokarsinoma prostat memiliki sitoplasma yang banyak, tetapi pada
varian atrophic sitoplasmanya sedikit menyerupai atrofi kelenjar yang
jinak, akan tetapi ini dapat dibedakan. Untuk mendiagnosa adenokarsinoma varian
atrophic harus berdasarkan beberapa gambaran, yaitu:
- Menunjukkan
suatu proses infiltratif yang sebenarnya dengan kelenjar atrofi ganas yang
kecil berada diantara kelenjar-kelenjar besar yang jinak, sedangkan
kelenjar kecil yang jinak menunjukkan konfigurasi lobular dan mengalami
dilatasi sentral yang dikelilingi kelompokan kelenjar-kelenjar yang lebih
kecil (post atrophic hyperplasia).
- Tidak
menunjukkan respon stroma yang desmoplastik, sedang kelenjar jinak yang
atrofi menunjukkan reaksi fibrosis.
- Menunjukkan
sitologi yang atipik, dimana inti membesar, nukleoli menonjol.10,12
Varian Pseudohyperplastic
Varian ini menyerupai kelenjar prostat yang jinak dengan
kelenjar-kelenjar ganas yang bercabang dan berstruktur papillary. Pengenalan
varian ini berdasarkan pola arsitektur dengan sejumlah kelompokan kelenjar yang
rapat dan intinya atipik serta sitoplasmanya banyak. Susunan kelenjarnya dengan
gambaran back to back.10,12
Varian Foamy gland
Varian
ini ditandai dengan sitoplasma yang banyak dan foamy dengan ratio inti terhadap
sitoplasma sangat kecil. Walaupun sitoplasmanya mempunyai gambaran xanthomatous
tetapi tidak mengandung lipid. Pada varian ini tidak terlihat
pembesaran inti dan nukleoli tidak menonjol, sehingga menyulitkan untuk
mendiagnosa sebagai karsinoma. Inti selnya bulat, kecil dan hiperkromatin
padat. Ditandai sebagai karsinoma karena pola arsitekturnya dengan
kelenjar-kelenjar yang rapat dan infiltratif dan sering terlihat sekresi padat
aseluler yang berwarna merah jambu. Varian ini sebaiknya diklasifikasikan
sebagai karsinoma dengan intermediate
grade.10,12
Varian Colloid dan Signet ring
Apabila
dijumpai musin ekstraseluler minimal 25% dari tumor yang direseksi maka dapat
dibuat diagnosa adenokarsinoma musinosum prostat. Varian ini merupakan varian
morfologi adenokarsinoma prostat yang jarang. Suatu pola cribriform
cenderung utama dijumpai pada area
musinous. Varian ini terdiri dari genangan musin yang dibatasi oleh sel epitel
kolumnar dengan sel-sel goblet yang menunjukkan atipia inti dan sel-sel signet
yang mengandung musin. Varian ini memiliki sifat yang agresif dan kecendrungan
untuk metastasis ke tulang.10,12
Varian Oncocytic
Adenokarsinoma prostat jarang terdiri dari sel-sel besar (large
cell) dengan sitoplasma yang granular eosinofilik. Pada varian ini dijumpai sel-sel tumor dengan
inti sel yang bulat, oval, hiperkromatin dan positif kuat terhadap PSA.10,12
Varian yang menyerupai Lymphoepithelioma
Varian ini merupakan karsinoma yang undifferentiated
, dimana ditandai dengan pola syncytial dari
sel-sel ganas yang diinfiltrasi berat oleh limfosit. Pada pemeriksaan
hibridisasi insitu, varian ini negatif terhadap Epstein-Barr. 10,12
Varian Sarcomatoid (Carsinosarcoma)
Sarcomatoid
carcinoma prostat merupakan neoplasma yang jarang, terdiri dari sel epitel
dan sel spindle yang ganas dan atau elemen mesenkim. Gambaran makroskopisnya
menyerupai sarkoma. Secara mikroskopis sarcomatoid carcinoma terdiri
dari komponen kelenjar yang menunjukkan Gleason score yang bervariasi. Komponen
sarcomatoid sering terdiri dari
proliferasi sel-sel spindle ganas yang tidak spesifik.10,12
Prostatic intraepithelial neoplasia(PIN) merupakan proliferasi epitel yang atipikal pada
duktus dan kelenjar prostat. Suatu kelenjar PIN memiliki arsitektur yang
jinak, tetapi dibatasi oleh sel-sel yang secara sitologi atipik. PIN
dibagi atas low grade (LGPIN) dan high grade (HGPIN) berdasarkan
derajat atipia selnya. Tidak terbukti adanya hubungan antara LGPIN
dengan adenokarsinoma prostat, tetapi HGPIN memiliki hubungan erat
dengan adenokarsinoma prostat dan merupakan lesi precursornya.12
Pada sekitar 80% kasus, jaringan prostat yang diambil
karena karsinoma mungkin menunjukkan lesi prekursor yang disebut dengan high
grade prostatic intraepithelial neoplasia (PIN). Lesi ini terdiri dari
kelenjar-kelenjar jinak dengan proliferasi sel-sel yang menunjukkan anaplasia
inti. High grade PIN terdiri dari kelenjar-kelenjar yang terpisah lebih
jauh, kelenjar bercabang dengan struktur papillary. Ini berbeda jauh
dengan kanker yang invasif dimana karakteristiknya adalah kelenjar-kelenjar
kecil, tersusun rapat, tepi lumen yang datar (tidak bercabang). Pada PIN,
kelenjar-kelenjarnya dikelilingi oleh lapisan sel-sel basal dan membran basal
yang utuh.9,13
|
Tumor grading dari kanker prostat merupakan penentu dasar dari biologi penyakit dan
prognosa. Prognosis ditentukan potensi agresif dari tumor untuk menyebar ke
organ lain. Gleason score merupakan metode grading yang digunakan secara luas sampai saat ini
yang merupakan suatu faktor prognosis yang penting untuk kanker prostat.
Sehingga sekali diagnosa kanker prostat ditetapkan pada biopsi, penentuan grading
dengan Gleason score menentukan pilihan-pilihan untuk terapi.
Gleason
score merupakan penjumlahan dari primary grade (sebagian besar yang
terlihat pada tumor) dengan secondary grade (sebagian kecil yang
terlihat). Gleason score tertinggi menunjukkan tumor yang lebih
agresif dan prognosis yang lebih buruk. Primary Gleason grade
menunjukkan lebih besar dari 50% pola yang terlihat, sedangkan secondary
Gleason grade menunjukkan lebih kecil dari 50% pola yang terlihat, minimal
5%.
Kelemahan
dari Gleason score adalah Gleason score dan grading sebagian
besar subjektif dan range dari Gleason score sempit, dimana
sebagian besar Gleason score
yang dibuat 6,7 atau 8. Gleason score 2-4 sebaiknya tidak dibuat pada
biopsi prostat transrektal dan Gleason score 9,10 tidak umum. Pengalaman
dari masing-masing ahli patologi tidak sama dalam menilai Gleason grade,
khususnya pada sediaan biopsi yang kecil. Analisa kebenaran dari Gleason
score sebaiknya dikorelasikan antara perkiraaan Gleason score dari
sediaan biopsi dengan specimen operasi prostatektomi radikal. Gleason score
yang dibuat dari sediaan biopsi sering undergrading dibanding dengan
tumor yang sebenarnya. Proporsi grade 4 atau 5 memiliki nilai prognosis yang
bermakna, sehingga apabila dijumpai Gleason score 7 maka harus
ditentukan jumlah tampilan Gleason grade 4 atau 5.14
Digambarkan Gleason grade 1
apabila kelenjar-kelenjar tunggal, terpisah, seragam, berukuran intermediate,
closely packed dengan pinggir yang jelas, tidak ada infiltrasi ke
jaringan prostat sekitarnya, jumlahnya < 5% dari seluruh serial. Adenokarsinoma
grade 1 muncul pada zona tansisional, biasanya kecil (<1cm3),
dijumpai secara tidak sengaja pada otopsi prostate atau reseksi transurethral. Gleason
grade 1 hampir tidak pernah dijumpai pada biopsi jarum.10,11,12,13,15,16
Gleason grade 2
terdiri dari sekitar 5% dari tumor dan muncul sebagai suatu nodul yang terpisah,
walaupun batas dengan jaringan prostate sekitarnya samar-samar. Kelenjar-kelenjarnya
tersusun lebih longgar, tidak terlalu seragam dalam ukuran dan bentuk seperti
pada grade 1. Mungkin juga dijumpai invasi minimal oleh kelenjar yang
ganas ke sekitar jaringan prostate. Kelenjar-kelenjar berukuran intermediate
dan lebih besar dari grade 3. Sebagian besar grade 2 muncul pada zona
transisional dan juga tidak biasanya sebagai pola pertama yang dijumpai pada biopsi jarum. Gleason
grade 2 biasanya merupakan pola kedua biopsi jarum dengan pola pertama
grade 3.10,11,12,13,15,16
Gleason grade 3 umumnya
merupakan pola yang sering dijumpai pada biopsi jarum. Gambaran karakteristik grade
3 yang membedakannya dari grade 1-2 adalah tidak ada batas tegas, adanya
batas infiltratif dengan kelenjar dan stroma yang jinak. Kelenjar-kelanjar pada
grade 3 menunjukkan variasi ukuran, bentuk dan jarak. Grade 3
meliputi arsitektur acinar dan sering berbentuk angular. Kelenjar yang
berukuran kecil biasanya yang terlihat pada grade 3, tetapi dapat juga
berukuran besar dan ireguler.10,11,12,13,15,16
Gleason grade 4 sering
terlihat sebagai fusi kelenjar, membentuk struktur cribriform. Fusi
kelenjar tersebut terdiri dari kelompokan kelenjar yang tidak lengkap
dipisahkan stroma. Bagian pinggir kelompokan kelenjar yang berfusi adalah scalloped
dan kadangkala dijumpai jaringan ikat yang tipis di dalam kelompokan tersebut.10,11,12,13,15,16
Pada Gleason grade 5 terlihat kehilangan lumen
kelenjar, kehilangan differensiasi kelenjar dan nekrosis (comedonekrosis).
Epitel kelenjar membentuk lembaran padat atau sel-sel tunggal yang menginvasi
stroma.10,11,12,13,15,16
Faktor
Prognostik
Tiga kelompok faktor prognostik dapat dibedakan dalam
kasus kanker prostat: 1. tahap perkembangan menurut TNM; 2. diferensiasi
tingkat kanker berdasarkan klasifikasi Gleason dan Mostofi; 3. tingkat PSA
(prostat spesifik antigen) dalam serum.
Klasifikasi TNM
T- tahap: tumor
primer.
Tx - tumor primer
tidak dapat dinilai.
T0 - tidak ada
bukti tumor primer.
T1 - tumor tidak
terlihat secara klinis, tidak teraba atau terlihat oleh pemeriksaan rektum.
T1a – secara
insidentil tumor yang ditemukan dalam tes histopatologi setelah reseksi prostat
transuretra atau setelah operasional adenectomy, ditemukan 5 % atau
kurang pada jaringan yang direseksi.
T1b - seperti di
atas; ditemukan lebih dari 5% pada jaringan yang direseksi.
T1c – tumor diidentifikasi
secara histopatologi oleh biopsi jarum (karena tingginya PSA).
T2 - Tumor terbatas
dalam kelenjar prostat.
T2a - tumor
melibatkan kurang dari setengah dari satu lobus.
T2b - tumor
melibatkan lebih dari setengah dari satu lobus.
T2c – tumor
melibatkan kedua lobus.
T3 - tumor meluas
melalui kapsul prostat.
T3a - ekstensi ekstrakapsular
(unilateral atau bilateral).
T3b - tumor
melibatkan vesikel seminalis.
T4 - tumor
melibatkan struktur yang berdekatan selain vesikel seminalis, seperti leher
kandung kemih, sfingter eksternal, rektum, otot levator atau dinding pelvis.
N- tahap: kelenjar getah
bening regional.
Nx - kelenjar getah
bening regional tak dapat dinilai.
N0 - tidak ada
metastasis kelenjar getah bening regional.
N1 - metastasis ke kelenjar
getah bening regional.
M- tahap:
metastasis jauh.
Mx - metastasis
jauh tidak dapat dinilai.
M0 - tidak ada
metastasis jauh.
M1 – ada metastasis
jauh.
M1a – bukan kelenjar
getah bening regional.
M1b – tulang.
M1c - tempat lain.7,10,18
Stadium klinis
Stadium I :
T1a No Mo
Stadium II :
T1a No Mo
T1b,c No Mo
T1,T2 No Mo
Stadium III
: T3 No Mo
Stadium IV
: T4 No Mo 5,7,10,18
Tingkat
diferensiasi kanker
Tingkat
diferensiasi didefinisikan menurut klasifikasi dengan Mostofi dan Gleason. Klasifikasi Mostofis menggunakan penilaian 3 kelas diferensiasi,
tergantung pada tingkat grading sel anaplasia (G1-G3). Semakin tinggi
grade, makin rendah diferensiasi jaringan kanker, semakin besar atipik.
Klasifikasi Gleason telah dijelaskan di atas.18
Grade
histopatologi:
GX : grade tidak dapat dinilai.
G1 : well differentiated ( Gleason
score 2-4)
G2 : moderately differentiated
(Gleason score 5-6)
G3 : poorly
differentiated/undifferentiated (Gleason score 7-10).7,10
Tingkat
PSA dalam serum
PSA adalah enzim yang bertanggung jawab atas
proteolitik sperma untuk mencair. Hal ini terutama dihasilkan oleh kelenjar
epitel, mungkin juga diproduksi di organ-organ seperti kelenjar ludah, pankreas
dan kelenjar mammae dan karsinoma sel jernih. Nilai normal umum yang digunakan
adalah 0-4 ng / ml. Konsentrasi PSA seperti ini ditemukan di antara 97% dari
pria di atas 40. Tingkat lebih dari 12 ng / ml selalu berhubungan dengan
kelainan prostat. Kesulitan diagnosa ditemukan di antara para pasien yang
memiliki tingkat antara 5-10 ng / ml karena mungkin keduanya berasal dari
kanker prostat atau pertumbuhan berlebihan dari prostat yang ringan, yang menyebabkan perlunya metode diagnostik digunakan,
seperti TRUS. Tes ini memungkinkan untuk menentukan densitas PSA (PSA density),
dimana konsentrasi PSA dikonversikan ke satuan volume prostat. Harus di bawah
0,15 ng / ml / g. Tingkat PSA tidak berkorelasi cukup baik dengan perkembangan kanker
prostat. Namun berguna sebagai faktor prognostik setelah perawatan diterapkan
dan dalam penentuan prognosis. Namun, tingkat akhir yang tinggi menunjukkan
tingkat kelangsungan hidup yang rendah.9,18
Imunohistokimia
Pemeriksaan imunohistokimia terhadap
adenokarsinoma prostat bermacam-macam, seperti PSA (prostate specific antigen),
PAP (prostatic acid phosphatase), keratin 34βE12, p63, alpha methylacyl CoA
racemase (P504S), androgen reseptor, p53.10,12,19
PSA (prostate
specific antigen)
PSA merupakan suatu rantai tunggal
glikoprotein, 34 kD, terdiri dari 237 asam amino, yang dihasilkan sel-sel
epitel prostat. PSA merupakan suatu
protease serine, termasuk famili gen kallikrein. PSA menunjukkan aktifitas yang
menyerupai chymotrypsin, trypsin dan esterase. Pada serum, PSA muncul sebagai
suatu komplek dengan alpha-1-antichymotrypsin.
Pada prostat yang normal atau
hiperplasia, PSA tampil pada bagian apikal dari epitel kelenjar sel-sel sekresi.
Intensitas pewarnaan menurun pada poorly differentiated adenocarcinoma. 10,12,19,20
PAP (prostatic acid
phosphatase)
Pada kelenjar prostat normal dan
hiperplasia prostat, PAP tampil pada bagian apikal dari epitel kelenjar sel-sel
sekresi. Ekspresi PAP lebih seragam dan kuat pada epitel kelenjar well
differentiated adenocarcinoma, tetapi berkurang intensitasnya dan lebih
bervariasi pada moderately dan poorly differentiated adenocarcinoma.10,12,19,20
Keratin 34βE12
Pewarnaan keratin 34βE12 terekspresi
pada seluruh sel-sel basal prostat yang normal, tetapi tidak terwarnai pada
sel-sel sekresi dan stroma. Keratin 34βE12 sensitif terhadap formalin dan
membutuhkan pretreatment dengan enzim atau panas jika fiksasi formalin
yang digunakan.19
Hilangnya lapisan sel basal pada
proliferasi prostat merupakan gambaran diagnostik yang penting dari karsinoma
invasif dan mungkin sel basal tidak terlihat dengan pewarnaan haematoxyllin dan
eosine. Pewarnaan spesifik untuk sel basal mungkin membantu untuk membedakan
adenokarsinoma prostat invasif dengan lesi jinak yang menyerupai kanker seperti
atrofi kelenjar, hiperplasia post-atrofi, adenosis (atypical adenomatous
hyperplasia), adenosis sklerotik dan atipia yang diinduksi radiasi yang
masih memiliki lapisan sel basal.10,12
p63
p63 merupakan suatu protein inti
yang dikode oleh gen pada kromosom 3q27-29 yang homolog dengan p53 (suatu tumor
supressor gene), yang meregulasi pertumbuhan dan perkembangan epitel kulit,
servik, payudara dan traktus urogenital. p63 memiliki kesamaan aplikasi dengan high
molecular weight cytokeratin dalam mendiagnosa adenokarsinoma prostat,
tetapi memiliki keuntungan seperti: 1. lebih sensitif dibanding 34βE12 dalam
pewarnaan sel-sel basal jinak khususnya untuk spesimen TURP; 2. lebih mudah
interpretasinya karena intensitas pewarnaan inti lebih kuat dan lemah pada
latarbelakangnya.10,12,19
Alpha
methylacyl CoA racemase
AMACR merupakan suatu enzim yang
terlibat dalam oksidasi β pada rantai bercabang asam lemak. AMACR merupakan
petanda tumor untuk banyak kanker pada manusia termasuk kanker prostat. Studi pendahulu menunjukkan positif kuat pada
97%- 100% kanker prostat. Sebagai tambahan AMACR juga positif pada sebagian
besar high grade prostatic intraepithelial neoplasia, 10-15% pada atypical
adenomatous hyperplasia, kadang-kadang pada kelenjar yang jinak dan epitel
vesikel seminalis.10,19
Jadi AMACR tidak spesifik untuk
kanker prostat, akan tetapi AMACR bermanfaat untuk konfirmasi adenokarsinoma
prostat bersamaan dengan morfologi H&E dan pewarnaan spesifik sel-sel
basal.10,12
Reseptor
androgen
Reseptor androgen berlokasi pada
inti, terikat pada komplek protein yang muncul pada sel epitel kelenjar
prostat, sel basal dan sel stroma. Protein yang teraktifasi merupakan suatu
faktor transkripsi yang memperantarai fungsi sel yang tergantung androgen
seperti transkripsi PSA pada sel-sel sekresi dan memicu proliferasi sel.10
Sebagian besar adenokarsinoma
prostat invasif imunoreaktif terhadap reseptor androgen. Reseptor androgen
tampil pada sel-sel yang respon dan tidak respon terhadap androgen pada kanker
prostat, sehingga dugaan perkembangan sel-sel yang tidak tergantung terhadap
androgen tidak seperti konsekuensi terhadap kehilangan ekspresi reseptor
androgen.19
p53
Inaktifasi tumor supressor
p53 merupakan salah satu perubahan
genetik yang paling sering pada tumor ganas. Pada sebagian besar kasus,
inaktifasi p53 sebagian disebabkan suatu mutasi inaktifasi pada satu allele
p53. Sejumlah studi imunohistokimia menemukan peranan inaktifasi p53 pada
berbagai tipe kanker. Diduga adanya hubungan antara akumulasi p53 inti dengan
prognosis yang jelek.21
Sejumlah besar kanker menunjukkan
akumulasi p53 inti setelah terapi radiasi dan overekspresi p53 berhubungan
dengan peningkatan proliferasi sel-sel kanker. Akumulasi p53 inti juga berhubungan dengan efek yang berlawanan
dengan setelah terapi radiasi dan mungkin meningkatkan kekambuhan kanker
prostat setelah terapi radiasi.
Prendergast et al.
mempelajari 18 pasien dengan kekambuhan lokal kanker prostat setelah terapi dan
menemukan 72% memiliki imunoreaktif terhadap p53. Sekitar 5 pasien dengan
biopsi sebelum terapi, semuanya menunjukkan imunoreaktif terhadap p53.
Pengamatan ini menduga bahwa perubahan
p53 mungkin telah terjadi sebelum terapi
dan mungkin dapat digunakan sebagai petanda preterapi untuk kekambuhan
kanker. Pasien dengan kecepatan proliferasi sel yang tinggi juga menunjukkan
overekspresi p53, sehingga diduga tumor tersebut aktif secara biologi. 19
K.R.M.Leite et al. (1997) dalam
mempelajari 51 pasien dengan radikal prostatektomi karena kanker prostat
menunjukkan bahwa ekspresi imunohistokimia p53 berhubungan dengan proliferasi sel.22
Thorsten S et al. (2005)
dalam mempelajari 3261 pasien dengan radikal prostatektomi menunjukkan adanya
hubungan antara ekspresi imunohistokimia p53 dengan Gleason grade dan kanker
prostat yang hormone refractory.21
Petrescu A et al. (2006) dalam
studinya menunjukkan deteksi imunohistokimia p53 sebagai suatu indikator
prognostik adenokarsinoma prostat, dimana overekspresi p53 berhubungan dengan
Gleason grade yang tinggi dan menunjukkan prognosis yang jelek.23
Pengobatan
Pengobatan terhadap adenokarsinoma prostat
sangat efektif apabila belum menyebar ke organ sekitarnya dan belum metastasis.
Pengobatan terhadap adenokarsinoma prostat yang masih terbatas pada organ
prostat adalah prostatektomi, radiasi dan brachyterapi. Apabila adenokarsinoma
prostat telah metastasis maka digunakan terapi hormon dengan cara ablasi
hormonal secara bedah (kastrasi), ablasi hormonal dengan obat-obatan (antagonis
reseptor androgen, inhibitor 5α-reductase) atau gabungan keduanya (combined
androgen blockade).15,16,24,25
Pustaka
1. Mills S.E. Sternberg’s Diagnostic Surgical Pathology: The Prostate
and Seminal Vesicles. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia . 2004. Page 2089-2115.
2. Raphael
R. Strayer D.S. Rubin’s Pathology: Clinicopathologic Foundations of Medicine.
Lippincott Williams & Wilkins. Philadephia. 2008. Page 773-778.
4. Hammerich K.H. Ayala G.E. Wheeler T.M. Anatomy of the Prostate
Gland and Surgical Pathology of Prostate Cancer. Cambrige University
Press. Page 1-10.
5. Chandrasoma
P. Taylor C.R. Concise Pathology: Testicular Neoplasm. Mc.Graw-Hill. United
State. 2001. Page 756-760.
6.
Eroschenko
V.P. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional. EGC. Jakarta. 2001.
Page 288-289.
7. Prostate
Cancer - Biology, Diagnosis, Pathology, Staging, and Natural History. Available
at: http://emedicine.medscape.com/article/458011-overview.
8. Stevens
A. Lowe J. Pathology: Prostate Gland. Mosby. London . Second edition. 2000. Page 390-392.
9. Kumar
V, Abbas A.K, Fausto N. Pathologic Basis of Disease: Prostate. Elsevier
Saunders. Philadelphia .
2005. Page 1050-1056.
10. Eble
J.N. Sauter G. Epstein J.I. Sesterhenn I.A. Pathology and Genetics Tumours of
The Urinary System and Male Genital Organs: Acinar Adenocarcinoma. IARC Press. Lyon . 2004. Page 162-192.
11. Mikuz
G. Clinical Pathology of Urologic Tumors. Informa Healthcare. London . 2007. Page 100-130.
12. Zhou
M. Galluzi C.M. Genitourinary Pathology: Neoplasms of the Prostate and Seminal
Vesicles. Elsevier. Philadelphia .
2007. Page 56-84.
13. Weinberg
R. Shay J. Liotta L. The Cancer Handbook: Male Genital Tract. Huangziman. USA . 2003. Page
655-674.
14. The
Gleason Score: A Significant Biologic Manifestation of Prostate Cancer
Aggressiveness On Biopsy. Available at:
15. Rosai
J. Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology: Male Reproductive System. Mosby. Philadelphia . 2004.
Volume One. Page 1376-1384.
16. Tannenbaum
M.Madden J.F. Diagnostic Atlas of Genitourinary Pathology:
Testis. Elsevier. Philadelphia . 2006. Page 165-173.
17. Cramer
S.D. Prostate Cancer. Chelsea House. New
York . 2007. Page 12-102.
18. Prostate
Cancer. Available at: http://id.articlesnatch.com/Article/Prostate-Cancer/44385.
19. Dabbs
D.J. Diagnostic Immunohistochemistry: Immunohistology of the Prostate, Bladder,
Testis and Kidney. Elseviers. Philadelphia .
Second Edition. 2006. Page 509-534.
20. Miller
R.T. The Focus Immunohistochemistry: Immunohistochemical Markers of Prostate
Carcinoma. Propath. Texas .
2005.
21.
Schlomm T. et.al. Modern
Pathology: Clinical Significance of p53 Alterations in Surgically Treated
Prostate Cancers. USCAP Inc. 2008. Page 1371-1378.
22.
Leite K.R.M. et.al.
Brazilian Journal of Medical and Biological Research: Analysis of p53
Expression and Proliferative Assessment Using PCNA in Localized Prostate
Carcinoma. FAPESP. Brasil. 1999. Page 283-288.
23.
Petrescu A. et.al. Pubmed: Immunohistochemical
detection of p53 protein as a
prognostic indicator in prostate carcinoma.
National Library of Medicine
National Institute
of Health . USA . 2006. Page
143-146.
24.
DeVita V.T. Hellman S.
Rosenberg S.A. Cancer. Principles and Practise of
Oncology: Cancer of the Prostate.
Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia .
Seventh Edition. 2005. Page 1192-1198.
25.
Chang C. Prostate Cancer.
Basic Mechanisms and Therapeutic Approaches.
World Scientific. Singapore .
2005. Page 55-68.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar