BONE GIANT CELL TUMOR
PENDAHULUAN
Tumor dari sistem muskuloskeletal
jarang terjadi bila dibandingkan dengan insidensi tumor yang terjadi pada organ
lain di tubuh kita, seperti payudara, uterus, paru-paru dan kulit. Diperkirakan
sekitar 0,8 – 1 % kasus baru terjadi dibandingkan dari semua tumor yang ada. Hal
ini disebabkan oleh karena tumor tulang dan jaringan lunaknya sukar didiagnosa
dibandingkan tumor lainnya, bahkan
pasien sendiri sering terlambat dalam menyadarinya. Biasanya pasien datang
berobat apabila dijumpai adanya keluhan rasa nyeri, dan timbulnya benjolan yang
tidak disadarinya. Kadang-kadang pada beberapa penderita tidak menunjukkan
gejala sama sekali hingga terjadi fraktur patologis di daerah tumor. 1,2
Giant
cell tumor biasanya ditemukan pada tulang panjang, paling sering ditemukan tulang
femur distal. Apakah tumor berasal dari bagian epiphysis atau metaphysis
distal masih belum jelas benar. Giant
cell tumor biasa terjadi setelah lempeng epiphysis menutup, jarang ditemukan pada pasien dengan lempeng pertumbuhan yang masih terbuka (masa
pertumbuhan). Giant cell tumor
merupakan lesi jinak yang tumbuh soliter dan memiliki sifat lokal agresif,
tetapi tumor ini diyakini berpotensi untuk menjadi ganas. Dalam beberapa kasus
dilaporkan tumor ini mengalami metastasis ke paru-paru. 1,3-6
Mikroskopis
Sediaan
jaringan dari massa tumor, terdiri dari sel-sel relatif monoton dengan inti bentuk
bulat, oval, dan spindel, kromatin halus, sebagian vesikuler, pada beberapa sel
tampak dua anak inti dalam satu
sitoplasma. Tampak pula giant cell berinti banyak diantara sel-sel mononuclear. Pada beberapa tempat tampak
daerah miksoid, daerah nekrosis, deposit hemosiderin dan perdarahan
interstitial. Pada daerah lain tampak proliferasi jaringan ikat fibrous dengan
gambaran storiform. Tidak dijumpai
komponen tulang maupun tanda-tanda keganasan.
Giant
Cell Tumor yang
juga dikenal sebagai osteoklastoma merupakan tumor tulang yang besifat jinak,
mempunyai sifat dan kecenderungan untuk agresif lokal,giant cell tumor tersusun
atas lapisan sel neoplastik berupa sel mononuclear
yang tersebar, sebagian tersusun dalam kelompokan kecil dan diselingi oleh
sel-sel besar dengan inti banyak yang dikenal sebagai osteoclast like giant cell. 1
Epidemiologi
Giant
cell tumor terjadi dalam 4-5% kasus dari keseluruhan tumor tulang primer,
dan sekitar 20% tumor tulang primer jinak. Puncak insidensi dari tumor ini
adalah pada umur 20-45 tahun, sekitar 95% kasus terjadi pada umur diatas 25
tahun. Tumor ini jarang tumbuh pada tulang immature dan sangat jarang terjadi
pada anak-anak umur kurang dari 10 tahun atau pada orang dewasa umur lebih 65
tahun. Ada sedikit perbedaan prevalensi antara pria dan wanita, dimana wanita
sedikit lebih sering dibandingkan pria. Tidak ada predileksi ras, namun ada
sedikit variasi geografis. 1,7,8
Etiologi
Penyebab dari tumor ini belum
diketahui dengan pasti, namun dari studi ultra struktur diketahui bahwa sel
neoplastik tumor ini merupakan sel-sel stroma
yang berbentuk bulat, oval atau spindel merupakan sel mononuclear. Osteoclast-like
giant cell yang terbentuk dianggap akibat reaktivitas dari sel-sel mononuclear. 4,8
Studi sitogenetik menunjukkan adanya
asosiasi telomer akibat abrasi kromosom.
Terjadi
pemendekan panjang telomer (kehilangan sekitar 500 pasang basa) yang
ditunjukkan oleh sel-sel tumor pada pasien giant
cell tumor dibandingkan dengan sel
lekosit pada pasien yang sama. Telomer
yang sering terlibat adalah kromosom 11p, 13p, 14p, 15p, 19q, 20q dan 21p. 1,4,8
Gambaran Klinis
Kebanyakan pasien datang dengan
keluhan nyeri progresif lambat, dengan atau tanpa pembengkakan, sering pula
disertai keterbatasan gerak. Gejala muncul ketika lesi mulai merusak korteks
dan mengiritasi periosteum atau ketika melemahnya tulang hingga menimbulkan fraktur
patologis. Fraktur patologis ini dijumpai 5-10% kasus. Gejala nyeri dapat
dijumpai pada otot, lengan, kaki dan perut. Pasien mungkin juga menderita nyeri
saraf yang terasa seperti sengatan listrik. 1,4,6
Giant
cell tumor secara
khas mengenai ujung dari tulang-tulang panjang, khususnya femur distal, tibia proksimal radius distal dan humerus proksimal. Sekitar 5% mengenai
tulang-tulang pipih, khususnya tulang pelvis.
Pada tulang saccrum lebih sering
dijumpai, sedangkan pada tulang-tulang vertebra
jarang dijumpai. Kurang dari 5% kasus muncul pada tulang-tulang tubular pada tangan dan kaki. Giant cell tumor multisentris sangat jarang
dijumpai dan cendrung muncul pada tulang-tulang kecil pada daerah distal ekstremitas. Giant cell tumor primer juga jarang dijumpai pada jaringan lunak. 1,4,6,10
Gambaran Radiologis
Pada pemeriksaan foto sinar-X, lesi
pada tulang panjang biasanya menunjukkan perluasan dan daerah eksentrik yang
mengalami lisis. Lesi biasanya muncul pada daerah epiphyisis dapat juga metaphysis,
sering kali meluas hingga sampai ke subchondral
plate, kadang-kadang dapat sampai ke sendi. 1,4,8-11
Pinggir lesi bervariasi, yang merupakan dasar
ditetapkan sistem grading /staging dalam
radiologi, yaitu:
Tipe 1:
‘Quescent’ lession, memiliki batas yang jelas dengan daerah sekitar yang mengalami sedikit sklerosis, jika banyak dapat
mengenai cortex.
Tipe 2. ‘Active’tumors’,
tipe ini memiliki batas yang jelas
tetapi tanpa skerosis, cortex
menipis dan melebar.
Tipe 3. ‘Agresive
tumors”, memiliki batas yang
tidak jelas dengan destruksi cortex
dan perluasan jaringan lunak 1
Sistem grading secara radiologis ini tidak berhubungan dengan gambaran hisitologis.
Gambaran radiologi lainnya yang dapat dilihat adalah adanya gambaran ‘soap-bubble.
Pada tulang tubular tangan dan kaki, gambaran radiologi yang dijumpai sama dengan
yang dijumpai pada tulang-tulang panjang.
Tumor
yang tumbuh di tulang saccrum dan pelvis juga mengalami lisis, umumnya
tumbuh berdekatan dengan jaringan lunak, mungkin pada saccro-iliac dan hip joints.
Jarang dijumpai gambaran reaktif pada periosteal formasi tulang baru. 1,9
Pemeriksaan MRI juga diindikasikan
untuk menilai apakah terjadi kerusakan pada struktur neurovaskular. Giant cell tumor secara khas menunjukkan
intensitas yang rendah hingga intermediate
pada T1 weighted images dan intermediate sampai intensitas tinggi
pada T2 images. Banyaknya hemosiderin
juga terlihat dengan memberikan gambaran daerah dengan signal lemah. 1
Gambaran Sitologi
Gambaran sitologi yang khas dari Giant cell tumor adalah adanya dua populasi sel, yaitu adanya
sel-sel mononuclear yang banyak dan multinucleated giant cell yang jumlahnya lebih sedikit.
Sel-sel mononuclear memiliki gambaran
sel-sel histiocytoid, yang tersebar
dan kadang-kadang membentuk kelompokan kecil 3 dimensi. Multinucleated giant cells serupa dengan osteoclast tetapi biasanya lebih banyak mengandung inti sel, pada
kasus yang sangat jarang dapat dijumpai 100 inti di dalam sitoplasmanya. 5
Gambaran khas sitologi giant cell tumor adalah inti sel pada
sel-sel mononuclear identik dengan
inti yang terdapat pada giant cells.
Inilah yang membedakan gambaran sitologi giant
cell tumor pada tulang dengan tumor-tumor lainnya.
Gambaran
ini sering kabur oleh perubahan sekunder tumor ini, seperti adanya proliferasi
jaringan ikat fibrous yang dibarengi dengan adanya sel-sel foamy histiocyte yang sulit dibedakan dengan non ossifying fibroma. Pada kondisi seperti ini, hubungan gambaran
sitologi dengan gambaran klinis dan radilogis sangat membantu dalam membuat
diagnosa yang tepat. 5
Gambaran Histopatologi
Makroskopis
Gambaran makroskopis tumor berupa
massa gembur yang lembut dan mengkilat, dengan batas yang jelas dengan tulang
maupun jaringan lunak di sekitarnya, berwarna merah kecoklatan tetapi dapat
bula berwarna kekuningan akibat perubahan xanthomatous.
Adanya daerah nekrosis, perdarahan dan pembentukan kista merupakan gambaran
makroskopis yang sering ditemukan. Lapisan jaringan ikat fibrous yang tipis dan
berwarna lebih putih serta jaringan tulang yang reaktif juga biasa ditemukan pada tumor. Adanya kista yang
mengandung banyak darah kadang mirip dengan aneurysmal
bone cyst. 1,3-6
Mikroskopis
Karakteristik gambaran histopatologi
adalah adanya gambaran sel-sel mononuclear
dengan inti bentuk bulat sampai oval poligonal atau elongated yang sering bercampur dengan banyak sel osteoclast-like giant cells yang berisi
banyak inti, dapat berisi 50-100 inti sel. Inti sel pada stroma sangat mirip
dengan inti yang ada di dalam osteoclast
dengan gambaran open chromatin dengan satu atau dua anak inti.
Sitoplasma tidak jelas yang mengandung sedikit kolagen intraselular. 1,3-6
Gambaran mitosis bervariasi, bisa
dijumpai 2 sampai 20 per sepuluh lapangan pandang besar. Mitosis atifik tidak
dijumpai, namun apabila dijumpai merupakan hal penting untuk mendiagnosa giant cell rich sarcoma, selain
dijumpainya sel-sel berinti dua atau
berinti tiga. 1
Sel-sel mononuclear yang terdapat pada komponen neoplasma dipercaya berasal
dari sel stroma mesenkim primitif. Belum ada standarisasi dalam bentuk sel-sel mononuclear. Pada beberapa kasus sel-sel
mononuclear berbentuk spindel dengan
susunan storiform. Pada umumnya
dijumpai sedikit foamy cells pada
beberapa kasus, kadang gambaran ini sangat menonjol sehingga sulit dibedakan
dengan benign fibrous histiocytoma (non ossifyng fibroma). 1,12
mengalami fibrosis dan degenerasi kistik. Aneurymal bone cyst dapat terjadi pada
sekitar 10% kasus, khususnya pada pasien yang mengalami fraktur patologis
maupun setelah biopsi. Apabila sel-sel tumor mengalami metastasis ke paru-paru,
maka gambaran histologi yang ditemukan
identik dengan lesi primernya. Daerah nekrosis mungkin juga ditemukan, khususnya pada lesi yang besar. Bila keadaan
ini ditemukan, perlu diperhatikan apakah ditemukan juga inti sel yang atifik
yang akan mengarahkan kita kepada keganasan. 1,6
Studi immunohistokimia pada tumor
ini pada umumnya terfokus pada asal usul sel-sel mononuclear stromal dan multinucleated
giant cells. Osteoclast-like giant
cells biasanya positif kuat dengan pewarnaan CD68, namun elemen mononuclear lebih lemah dengan marker
ini. Sel-sel stroma juga berpotensi positif dengan alpha-smooth muscle actin, tetapi tidak mengandung CD45, S-100 protein, desmin dan lysozyme. 4,13
Terjadinya invasi vaskular pada giant cell tumor berkaitan dengan
sintesa matrix metalloproteinases
(MMPs) dan tissue inhibitors of
metalloproteinases (TIMPs). Molekul-molekul ini dipercaya berpengaruh
terhadap invasi sel-sel tumor. MMP-9 (gelatinase
B) terekpresi pada multinucleated cells pada giant cell tumors, tetapi bersifat
fokal pada komponen mononuclear.
Peningkatan relatif ekpresi TIMP dibandingkan dengan MMPs terlihat pada kasus
kekambuhan dan metastasis pada giant cell
tumors pada beberapa studi. 13
Penatalaksanaan
Bila tidak segera ditangani dengan
benar, tumor ini akan terus tumbuh dan akan menghancurkan tulang. Pembedahan
merupakan penanganan yang sudah terbukti paling efektif untuk giant cell tumor. Kuretase merupakan
teknik yang paling sering dilakukan dan teknik ini menyebabkan terbentuknya
lubang pada tulang. Untuk mengatasi ini dibutuhkan pencangkokan tulang dengan
mengisi lubang tersebut dengan tulang yang diambil dari tulang bagian lain
pasien (autograft) atau dari orang
lain (allograft). 4,9
Terapi radiasi telah terbukti
efektif untuk penanganan non bedah. Namun, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya
malignansi pada sekitar 15% kasus. Oleh karena itu terapi radiasi digunakan
hanya pada kasus yang sangat sulit dimana operasi tidak mungkin dilakukan pada
pasien. 4,9
Prognosa
Giant
cell tumor mempunyai kemampuan untuk agresif lokal dan kadang-kadang dapat
pula bermetastasis jauh. Gambaran histologi tidak dapat memprediksi perluasan
agresi tumor. Follow up pasien
setelah penanganan dengan kuretase, pemesangan bone graft, cementation, cryotherapy atau instilasi dengan fenol,
penting untuk mengetahui adanya kekambuhan yang terjadi pada hampir 25% kasus. Kekambuhan
biasanya terjadi dalam dua tahun setelah operasi. Block excision pada tulang kecil terbukti menurunkan rekurensi
lokal. 1
Metastasis ke paru-paru terjadi pada
sekitar 2% kasus giant cell tumor
dengan rentang waktu 2-3 tahun setelah terdiagnosa.Tumor yang mengalami
metastasis ini tumbuh sangat lambat di dalam paru-paru (benign pulmonary implant) dan dapat regresi spontan. Sangat sedikit
yang progresif dan menyebabkan kematian. 1
Kekambuhan lokal, manipulasi bedah
dan lokasi pada tulang radius distal
pada beberapa studi terbukti meningkatkan resiko metastasis. Grading histologi pada giant cell tumor tidak mencerminkan
prediksi terjadinya metastasis. Transformasi keganasan jarang terjadi dan bila
terjadi sering dijumpai pada pasien yang
mendapat radioterapi. 1
1.
Reid
R, Benerjee SS, Sciot R. Giant cell tumour. In: Travis WD et al. Editor.
Pathology and Genetics of Tumours of The Soft Tissue and Bone. World Health Organization
Classification of Tumours. Lyon: WHO
IARC Press, 2002: 310-2.
2.
Giant
Cell Tumor of Bone. 2010 [cited on 2010, October 12]. Available from:
4.
Rosai
J. Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology. Bone and Joint, Mosby; Philadelphia-USA; 2004; 2 (9):2169-72.
5.
Czerniak
B, Tuziak T, Kram A, Ayala A. Bone Tumors. In:
Koss LG, Melamed MR. (Editor). Koss’ Diagnostic Cytology and Its
Histopathologic Bases. Lippincott Williams & Wilkins; Philadelphia; 2006(5): 1355-58.
6.
Inwads CV, Unni KK. Bone Tumors In:
Mills SE, Carter D, Greenson JK, Oberman HA,
Reuter VE, Stoler MH. Editrs.
Sternberg’s Diagnostic Surgical Pathology. Lippincott Williams &
Wilkins; Philadelphia; 2004(4): 293-6.
7.
Goh
L-A, Peh WCG. Imaging Giant Cell Tumor. 2008 [cited on 2010, October 12]. Available
from: http://www.emedicine.mediscape.com
8.
Bone:
Giant Cell Tumor. 2009 [cited on 2010, October 12]. Available from: http://www.nbci.nlm.nih.gov/
10. Ng ES, Saw A, Sengupta S,
Nazarina AR. Giant cell tumour of bone with late presentation: review of
treatmant and outcome, Journal Orthopaedic Surgery 2002: 10(2): 120-8.
11. Giant Cell Tumor of Bone. 2010
[cited on 2010, October 14]. Available from: http://www.ortho.prefered.com
12. Methapysial Fibrous Defect. 2006
[cited on 2010 October 18]. Available from: http://www.pathconsultddx.com/
13. Cerilli LA, Wick MR.
Immunohistology of oft Tissue and Osseous Neoplasm In: Dabbs DJ. Diagnostic
Immunohistochemistry. Churchil-Livingstone- Elsevier; 2006(2): 105-6.
saya baru tahu tentang penyakit tersebut, dan Saya punya solusi nya
BalasHapuscara minum utsukushhii untuk tumor