ADENOKARSINOMA HEPATOID PADA LAMBUNG
Di
Amerika Serikat, usia rata – rata kematian akibat karsinoma lambung adalah 10
tiap 100.000 pada tahun 2000. Karsinoma lambung
menempati urutan kedua setelah kanker paru sebagai kanker penyebab kematian di
seluruh dunia dan merupakan kanker terbanyak keempat setelah, kanker paru,
kanker payudara, kanker kolon dan kanker rektum.1,2,3,6
Beberapa faktor resiko karsinoma lambung
termasuk diet, infeksi, pekerjaan,
genetik serta faktor-faktor praneoplastik yang bermanifestasi sebagai perubahan
didalam mukosa lambung yang mendahului perkembangan kanker yang invasif. Mukosa
lambung berubah akibat gastritis atrofi kronik dan berkembang menjadi atrofi
multifokal dan metaplasia intestinal, diikuti oleh displasia dan akhirnya
karsinoma invasif.4,6
Helicobacter pylori memiliki resiko yang bermakna bagi perkembangan karsinoma lambung. Pada suatu penelitian disebutkan bahwa carrier H pylori beresiko 2.8 hingga 6.0 kali
lebih banyak akan menderita karsinoma gaster dibandingkan kelompok yang tidak
menderita infeksi H pylori.5,6
Karsinoma lambung diperkirakan memiliki
insidensi hingga 800.000 kasus dan menyebabkan 650.000 kematian pertahunnya; 60% dari jumlah ini dijumpai
pada negara – negara berkembang. 6
Karsinoma lambung sangat jarang didapati pada
usia dibawah 30 tahun. Insidensinya semakin meningkat seiring pertambahan usia
baik pada jenis kelamin pria maupun wanita. 6
Bagi
karsinoma yang berlokasi pada dua-pertiga proksimal dari lambung biasanya
dilakukan gastrektomi total. Hal ini juga dilakukan pada karsinoma yang
berlokasi pada distal gaster yang umumnya lebih ekstensif. Pada karsinoma
antral maupun pyloric dapat dilakukan distal gastrektomi.7
Kemoterapi sebagai ajuvan dan neoajuvan
dipakai untuk melengkapi reseksi bedah. Epirubicin, cisplatin dan fluoruracil
sebagai kemoterapi ajuvan dapat diberikan masing – masing selama tiga siklus
sebelum dan setelah operasi.7
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Menurut
WHO (2000) karsinoma lambung didefinisikan
sebagai tumor epitel malignan dari mukosa lambung dengan diferensiasi
glandular. Etiologinya multifaktorial; paling sering didapati perkembangannya
setelah periode gastritis atrofi yang panjang. 6
Epidemiologi
Kanker
pada traktus gastrointestinal, termasuk esofagus, lambung, hati dan kolon serta
kanker pankreas memiliki porsi sekitar 3
juta kasus baru dan 2 juta kematian setiap tahunnya. Kanker lambung merupakan
jenis kanker kedua yang tersering dijumpai diseluruh dunia pada tahun 1990,
dengan perkiraan 800.000 kasus baru dan 650.000 kematian pertahunnya, 60%
diantaranya dijumpai pada negara- negara berkembang. 4,6.
Anatomi
Lambung memiliki bentuk seperti huruf ’J’,
dengan posisi menghadap kearah kanan. Di
sebelah kiri, lambung berbatasan dengan limpa, pada bagian inferoposterior
berbatasan dengan pankreas, sedangkan hati berada dibagian kanannya. Lambung
secara anatomi terdapat pada regio
hipokhondrial kiri. 8
Terdapat lima regio pada lambung : 1.
Kardia, yang berhubungan dengan esofagus; 2. Fundus, berbentuk seperti
kubah (dome shaped) melebar hingga bagian kiri dari kardia; 3. Corpus; 4.
Antrum ; 5. Pylorus, dimana
lapisan otot sirkuler diperkuat dan membentuk sfingter yang ketat yang
memisahkan gaster dengan duodenum.8
Sedangkan dinding mukosa lambung terdiri
atas : Serosa ; Lapisan otot
longitudinal ; Lapisan otot sirkuler ;
Lapisan otot oblique ; Submukosa ; Mukosa muskularis Mukosa yang terdiri dari
lamina propria dan epitel kolumnar gaster.8
Vaskularisasi gaster termasuk arteri gastrica
kanan/kiri, arteri gastroepiploica kanan/kiri, arteri gastrica pendek dan
arteri gastrica posterior (posterior gastric artery/ PGA).9
Etiologi
Faktor-faktor
etiologi bagi berkembangya karsinoma lambung dibagi menjadi faktor lingkungan, genetik dan faktor predisposisi.10
Faktor lingkungan terdiri dari :
1.
Infeksi Helicobacter pylori
2.
Faktor diet : garam berlebihan, nitrat/nitrit,
karbohidrat, defisiensi buah-buahan segar dan sayuran, makanan beku, serta
defisiensi vitamin C dan E.
3.
Status sosioekonomi yang rendah
Faktor genetik terdiri dari :
1.
Kanker lambung familial
2.
Kanker lambung berhubungan dengan kanker kolon
nonpolipose.
Kondisi predisposisi :
1.
Gastritis atrofi kronik dengan atau tanpa
metaplasia intestinal
2.
Anemia pernisiosa
3.
Metaplasia intestinal
4.
Polip adenomatosa lambung > 2cm
5.
Reseksi lambung
6.
Displasia mukosa lambung
7.
Penyakit ulkus peptikum lambung
8.
Penyakit Menetrier.
World Health Organization (WHO) bersama International Agency for Research on Cancer consensus
group pada tahun 1994, menyatakan bahwa terdapat bukti-bukti epidemiologi
dan histologi yang memadai untuk mengklasifikasikan Helicobacter pylori
sebagai karsinogen definitif.11
Patogenesis
Infeksi
bakteri (terutama Helicobacter pylori) maupun virus yang memicu
terjadinya inflamasi kronik berperan penting dalam karsinogenesis
gastrointestinal. Sejumlah kanker gastrointestinal berasal dari proses inflamasi dan didahului oleh proses prakanker
yang panjang. Substansi ataupun inflamasi kronik yang berhubungan dengan penyakit maupun
stress oksidatif mengakibatkan dimulainya proses regeneratif yang
berkelanjutan, dimana penggantian sel-sel yang hilang dan rusak melalui
pembelahan sel memberikan kesempatan terjadinya akumulasi kerusakan genetik.
Karakteristik adanya progresi terhadap kanker invasif, adanya sel-sel abnormal
(displasia) diikuti oleh berkembangnya lesi praneoplastik, dan akhirnya timbul
karsinoma.4,6,10,11
Tumor epitel primer dari lambung adalah
adenokarsinoma dan berkembang dari mukosa lambung. Tumor ini biasanya
mempertahankan diferensiasi glandularnya.4
Karsinoma
lambung dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasinya pada lambung. Regio
antral-pilorik dari lambung adalah lokasi tersering bagi kanker lambung, dan
karsinoma dari korpus berlokasi sepanjang kurvatura mayor maupun minor. Kanker
pada kardia sering tidak dapat dibedakan
dengan kanker dari gastroesophageal junction.4
Klasifikasi
Klasifikasi
Borrmann dibuat berdasarkan kriteria pada tipe gambaran makroskopik yang
didapati pada pemeriksaan endoskopi.6
Lauren pada tahun 1965 dalam penelitiannya
mengelompokkan karsinoma lambung menjadi dua tipe dasar. Tipe intestinal yang
memiliki karakteristik pembentukan kelenjar dengan sel – sel kolumnarnya yang
aktif secara mitotik disertai dengan pembesaran nuklei, terwarnai gelap (dengan
hematoxylin), dan disertai akumulasi mucin didalam lumina dari kelenjar –
kelenjar malignan, serta sedikit akumulasi mucin intraseluler. Pada tipe
difusa, sel – sel karsinomanya lebih kecil, bentuk dan ukuran inti selnya
secara keseluruhan lebih seragam serta aktivitas mitotiknya lebih rendah.12
Manifestasi klinis
Beberapa gejala klinis yang dapat dijumpai
pada penderita karsinoma lambung diantaranya adalah : nyeri epigastrika/nyeri
pada punggung, anoreksia, muntah, disfagia, anemia defisiensi besi,
hematemesis/melena dan berat badan yang menurun. Tanda Troisier’s berupa
pembesaran nodus limfe supraklavikuler kiri jarang dijumpai.13
Radiologi
Double contrast X-Ray
dengan menggunakan Barium metal dapat mendeteksi dini lesi karsinoma lambung.
Pemeriksaan ini dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan endoskopi bila dicurigai
terdapat lesi yang memerlukan identifikasi lebih jauh. Pada lesi – lesi yang
lanjut dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi konvensional dan computed
tomography.14,15
Adenokarsinoma Hepatoid Lambung
Adenokarsinoma
hepatoid adalah tumor ekstrahepatik dengan gambaran morfologi menyerupai
karsinoma hepatoseluler. Karsinoma
dengan gambaran histopatologinya yang mirip karsinoma hepatoseluler ini telah
dilaporkan dijumpai pada beberapa lokasi termasuk lambung, esofagus, papilla
vater, kolon, paru, vesika urinaria, kelenjar adrenal, ginjal, kantung empedu,
ovarium, vagina dan testikuler.16,17,18
Adenokarsinoma
lambung tipe hepatoid merupakan subtipe kanker lambung yang jarang ditemui,
biasanya didapati pada pasien-pasien berusia lanjut, dengan usia berkisar
antara 60-70 tahun. Bagian antrum lambung adalah lokasi yang paling sering
terkena. Tidak terdapat gejala maupun tanda klinis yang spesifik selain nyeri
epigastrik dan fatique. Pada diagnosis seringkali dijumpai metastase
pada hati dan nodus limfe.19
Adenokarsinoma
lambung tipe hepatoid cukup jarang dijumpai dan kebanyakan kasus berasal dari
daerah Timur Jauh sementara laporan dari Eropa dan Amerika Utara lebih sedikit.
Beberapa penulis memperkirakan adenokarsinoma lambung tipe hepatoid berkisar antara 1.3 hingga 1.5% dari estimasi
keseluruhan karsinoma lambung.19,20
Makroskopik
Tumor
primer biasanya berukuran besar, nekrotik dan terlihat berupa massa dengan
vaskularisasi yang moderate pada CT Scan.19
Pada
makroskopik, tumor dapat terlihat mengalami
elevasi dari jaringan sekitarnya, diameternya dapat mencapai hingga 8.5
cm. Kadang dapat dijumpai ulserasi sentral
dan erosi pada permukaannya.
Dapat melibatkan antrum dan korpus, dari kurvatura minor hingga dinding
posterior. Bisa juga didapati komponen tumor polipoid.16
Tumor
dapat berwarna putih keabuan, bisa berinfiltrasi hingga musculus propria.
Terkadang dapat dilihat area-area koagulasi dan pembengkakan nodus limfe
disekitarnya.16
Histopatologi
Secara
mikroskopik, tumor ini terdiri dari dua area yang saling berkaitan, hepatoid-like
foci dan adenokarsinomatosa. Para klinisi dan ahli patologi telah membagi
adenokarsinoma hepatoid kedalam dua tipe patologi menurut gambaran patologinya
yang unik, tipe pertama dimanifestasikan dengan regio hepatocyte-like
yang komplit sedangkan tipe kedua memiliki regio karsinoma hepatoseluler dan
adenokarsinoma. Sel-sel tumor didalam hepatoid foci menyerupai morfologi
pada karsinoma hepatoseluler (hepatocellular carcinoma / HCC), dan
secara imunohistokimia positif pada AFP, alfa-1 antitrypsin (AAT), alfa-1
antichymotrypsin (AT) dan albumin (ALB). Sebagai tambahan, CEA poliklonal
menunjukkan pola ‘kanalikuler’ pada pewarnaan yang mana merupakan karakteristik
gambaran hepatoid. Komponen adenokarsinomatosa dapat bediferensiasi baik maupun
buruk (poorly), sering disertai clear cells dan pola papillary.19,21
Alfa Feto Protein (AFP)
Karsinoma
pada traktus gastrointestinal yang memproduksi alfa feto protein (AFP) telah
banyak dilaporkan. Adenokarsinoma lambung dengan tipe hepatoid pertama kali
dilaporkan oleh Ishikura dan kawan-kawan pada tahun 1985. Daro keseluruhan
adenokarsinoma dengan peningkatan AFP yang terbanya adalah adenokarsinoma
lambung. Adenokarsinoma hepatoid primer merupakan subtipe dari adenokarsinoma
yang memproduksi AFP.19,20,22,
Penatalaksanaan
Reseksi
radikal dapat dilakukan pada kebanyakan pasien adenokarsinoma hepatoid. Reseksi
dapat berupa gastrektomi subtotal, gastrektomi total, operasi cytoreductive
dan kombinasi dengan reseksi pada organ lain. Pada kanker primer yang terdapat
dalam dua lokasi (hepar dan lambung) umumnya diberikan terapi intervensi
disertai kemoterapi ajuvan. 21
Komplikasi
yang dapat terjadi paska operasi diantaranya adalah kebocoran anastomosis, stress
ulcer, dan infeksi intraabdominal.21
Prognosis
Adenokarsinoma
hepatoid pada lambung umumnya memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan
dengan adenokarsinoma lambung tipe lainnya. Stadium pTNM adalah faktor
resiko independen bagi adenokarsinoma hepatoid.21
Daftar Pustaka
1.
Alberts
SR, Cervantes A, Van De Velde CJH. Gastric cancer : epidemiology, pathology and
treatment. Annals of oncology 2003; 14 (supplement 2) : ii31-6.
2.
O’Dea
DG, Macdonald JS. Gastric cancer overview. Dalam : Macdonald JS. Advances in
the management of gastric cancer. 2006. CMPMedica. New York. Pp :1-2.
3.
Lockhart
ME, Canon CL. Epidemiology of gastric cancer. Dalam : Gore RM, Reznek RH,
Husband JE. Gastric cancer. 2010. Cambridge University Press. Cambridge. Pp:
1-22.
4.
Carl-McGrath
S, Ebert M, Rocken C. Gastric adenocarcinoma: epidemiology, pathology and
pathogenesis. Cancer Therapy 2007; 5: 877-94.
5.
Wong
BCY, Ching CK, Lam SK. Helicobacter pylori infection and gastric cancer.
HKMJ 1999;5: 175-9.
6.
Preiser
FG, Carneiro F, Correa P, et.al. Gastric carcinoma. Dalam : Hamilton SR,
Aaltonen LA. Pathology and genetics of tumours of the digestive system – World
Health Organization Classification of Tumours. 2000. IARC Press. Lyon. P:
38-49.
7.
Mackay
S, Hayes T, Yeo A. Management of gastric cancer. Australian Family Physician
2006; 35(4) : 208-11.
8.
Keshav
S. The gastrointestinal system at a glance. 2004. Blackwell Science.
Massachusets. Pp: 21.
9.
Okabayashi
T, Kobayashi M, Nishimori I, et.al. Autopsy study of anatomical features
of the posterior gastric artery for surgical contribution. World J
Gastroenterol 2006; 12(33): 5357-9.
10.
Trajkov
D, Stardelova K, Dimitrova M, Mishevski J, Serafimoski V. Helicobacter
pylori and gastric carcinoma. Sec. Biol.Med.Sci 2007; XXVIII/2: 39-46.
11.
Uemura
N, Okamoto S, Yamamoto S, et.al. Helicobacter pylori infection
and the development of gastric cancer. N Engl J Med 2001; 345(11) :
784-9.
12.
Hall
CR. Pathology of gastric cancer. Dalam : Gore RM, Reznek RH, Husband JE.
Gastric cancer. 2010. Cambridge Univ press. Cambridge. Pp: 22-4.
13.
Bowles
MJ, Benjamin IS. Cancer of the stomach and pancreas. Dalam : Logan RPH, Harris
A, Misiewicz JJ, Baron JH. ABC of the upper gastrointestinal tract. 2002. BMJ
Books. London. pp : 41-2
14.
Tan
YK, Fielding JWL. Early diagnosis of early gastric cancer. Eur J
gastroenterol Hepatol 2006; 18: 821-9.
15.
Yasuda
K. Early gastric cancer : diagnosis, treatment techniques and outcomes. . Eur
J gastroenterol Hepatol 2006; 18: 839-45.
16.
Inagawa
S, Shimazaki J, Hori M, et.al. Hepatoid adenocarcinoma of the stomach. Gastric
cancer 2001; 4: 43-52.
17.
Galvez-Munoz
E, Gallego-Plazas J, Gonzalez-Orozco V, Menarguez-Pina F, Ruiz-Marcia JA,
Morcillo MA. Hepatoid adenocarcinoma of the stomach – a different histology for
not so different gastric adenocarcinoma : a case report. International
Seminars in Surgical Oncology 2009; 6:13: 1-6.
18.
Roberts
CC, Colby TV, Batts KP. Carcinoma of the stomach with hepatocyte
differentiation (hepatoid adenocarcinoma). Mayo Clin Proc 1997; 72:
1154-60.
19.
Vlachostergios
PJ, Voutsadakis IA, Barbanis S, Karasavvidou F, Papandreou CN. AFP-producing hepatoid
adenocarcinoma of the stomach: a case report. Cases Journal 2009; 2:
9296: 1-4.
20.
Utkan
G, Buyukcelik A, Ceyhan K, et.al. Apha fetoprotein producing gastric
hepatoid adenocarcinoma. J Pak Med Assoc 2006 ;56(6) :292-4.
21.
Zhang
JF, Shi SS, Shao YF, Zhang HZ. Clinicopathological and prognostic features of
hepatoid adenocarcinoma of the stomach. Chin Med J 2011; 124(10):
1470-6.
22.
Chiba
N, Yoshioka T, Sakayori M,et.al. AFP-producing hepatoid adenocarcinoma
in association with Barrett’s esophagus with multiple liver metastasis
responding to Paclitaxel/CDDP: a case report. Anticancer Research 2005;
25: 2965-8.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar