IMUNOLOGI PADA KANKER
PENDAHULUAN
Kanker/Tumor disebut juga neoplasma adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya
berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal serta
terus menerus walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah
berhenti. Transformasi ganas berkaitan dengan perubahan genetik yang rumit,
yang sebagian mungkin menyebabkan ekspresi protein yang dianggap asing (non self, bukan diri) oleh sistem imun.
Gagasan bahwa tumor bukan seluruhnya self
(diri) diajukan oleh Ehrlich, yang menggagas bahwa dikenalinya autolog oleh
sistem imun mungkin merupakan
“mekanisme positif” yang mampu mengenyahkan sel yang mengalami
transformasi. Kemudian, Lewis Thomas dan McFarlane Burnet merumuskan konsep ini
dengan mengajukan istilah surveilans imun
untuk mengacu pada pengenalan dan penghancuran sel tumor bukan- diri saat
sel tersebut muncul. (2,6,7,8,9)
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada
organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi
dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini melindungi tubuh dari infeksi
, bakteri, virus, parasit serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan
mereka.(1,3,4,5,7,8,9)
Sistem kekebalan tubuh melindungi tubuh dengan lapisan
pelindung kekhususan yang meningkat. Respon pertama tubuh terhadap adanya patogen
adalah perlindungan fisikal. Jika patogen berhasil melewati perlindungan
pertama, sistem imun yang bekerja kedua adalah sistem imun bawaan yang menyediakan
perlindungan dengan segera, tetapi respon tidak spesifik. Namun, jika patogen
berhasil melewati respon bawaan, maka pertahanan tubuh memasuki perlindungan
lapisan ketiga, yaitu sistem imun adaptif yang diaktifkan oleh respon bawaan
juga.
Imunitas tumor adalah proteksi sistem imun terhadap
timbulnya tumor. Penolakan sistem imun terhadap tumor karena tumor memiliki
antigen permukaan yang disebut dengan tumor
spesific antigen (TSA) atau tumor
associated antigen (TAA). Adapun mekanisme tubuh dalam mencegah timbulnya
tumor melalui mekanisme imun non spesifik dan spesifik yang melibatkan imunitas
humoral dan selular.
TUMOR (2,4,6,9)
Tumor disebut juga neoplasma adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya
berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal serta
terus demikian walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah
berhenti. Pada keadaan normal pergantian dan peremajaan sel terjadi sesuai
kebutuhan melalui proliferasi sel dan apoptosis di bawah pengaruh proto-onkogen
dan gen supresor tumor. Tumor adalah penyakit kompleks dari berbagai akumulasi
mutasi genetik yang manifestasi penyakitnya memerlukan waktu yang lama.
Perbedaan pokok antara sel normal dan sel kanker yang
teridentifikasi bahwa sel normal usianya terbatas, sedangkan sel kanker adalah
immortal. Sel Neoplastik tidak berkembang secara terintegrasi dan tidak ada
ketergantungan pada populasi. Regulasi pada kontrol mitosis, diferensiasi, dan
interaksi antarsel mengalami gangguan.
IMUNITAS .(1,3,4,5,7,8,9)
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada
organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengidentifikasi dan membunuh pathogen serta sel tumor.
Pertahanan imun terdiri atas sistem imun alamiah atau
non spesifik (natural/innate/native)
dan didapat atau spesifik (adaptive/acquired).Disebut
non spesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada dan
siap berfungsi sejak lahir. Sistem ini merupakan pertahanan terdepan dalam
menghadapi serangan berbagai mikroba dan dapat memberikan respon langsung.
I.
Sistem Imun Non Spesifik
Yang termasuk kedalam pertahanan sistem
imun non spesifik adalah:
- Pertahanan fisik/mekanik
Yang termasuk pertahanan fisik atau mekanik adalah
kulit, silia saluran napas, batuk dan bersin,
keratinosit, dan lapisan epidermis kulit sehat, epitel mukosa yang utuh
merupakan garis pertahanan terdepan terhadap infeksi.
- Pertahanan Biokimia
Yang termasuk ke dalam pertahanan
ini adalah pH asam keringat dan sekresi
sebaseus, berbagai asam lemak yang dilepas kulit, lisozim dalam
keringat, ludah,
air mata dan air susu ibu, saliva yang mengandung enzim laktooksidase, asam
hidroklorida dalam lambung, enzim proteolitik, antibodi dan empedu dalam usus
halus, pH yang rendah dalam vagina, spermin dalam semen, pembilasan oleh
urin,
laktoferin dan transferin dalam serum, bahan yang disekresi mukosa
saluran napas
(enzim dan antibodi) dan telinga yang semuanya
merupakan pertahanan tubuh
terhadap masuknya kuman.
- Pertahanan Humoral
Yang terlibat dalam pertahanan ini adalah sistem
komplemen, interferon, protein fase akut, dan kolektin. Bahan ini terdapat
dalam serum normal
D.
Pertahanan Selular
Yang termasuk ke dalam pertahanan
seluler nonspesifik adalah fagosit, makrofag
dan
sel Natural Killer (NK).
1.
Fagosit
Sel utama yang
berperan dalam fagositosis adalah sel mononuklear (monosit dan makrofag) serta
sel polimorfonuklear atau granulosit. Sel-sel ini berperan sebagai sel yang menangkap
antigen, mengolah dan selanjutnya mempresentasikannya kepada sel T, yang
dikenal sebagai sel penyaji atau APC.
2.
Makrofag
Monosit
ditemukan dalam sirkulasi, tetapi monosit yang bermigrasi ke jaringan dan berdiferensiasi
menjadi makrofag yang seterusnya hidup dalam jaringan sebagai makrofag residen.
Sel Kupffer adalah makrofag dalam hati, histiosit dalam jaringan ikat, makrofag
alveolar di paru,sel glia di otak dan langerhans di kulit. Makrofag dapat
melepaskan berbagai bahan antara lain isozim, komplemen, interferon, dan
sitokin yang semuanya memberikan kontribusi dalam pertahanan non spesifik dan
spesifik.
3.
Sel NK
Limfosit terdiri
atas sel B, sel T dan sel NK. Sel NK berfungsi dalam imuitas nonspesifik
terhadap virus dan sel tumor.Ciri-cirinya yaitu memiliki banyak sekali
sitoplasma, granul sitoplasma azurofilik, pseudopodia dan nucleus eksentrik.
Oleh karena itu sel NK sering disebut LGL (Large Granular Lymphocyte).
4.
Sel Mast
Sel mast
berperan dalam reaksi alergi dan juga dalam pertahanan pejamu, jumlahnya
menurun pada sindrom imunodefisiensi.
Sel mast juga berperan pada imunitas terhadap parasit dalam usus dan terhadap
invasi bakteri.
II. Sistem Imun Spesifik
Sistem
imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi
dirinya. Benda asing yang pertama sekali muncul dalam badan segera dikenal oleh
system imun spesifik sehingga terjadi sensitasi sel-sel system imun tersebut.
Benda asing yang sama , bila terpajan ulang akan dikenal lebih cepat, kemudian
dihancurkan. Oleh karena sistem tersebut hanya dapat menyingkirkan benda asing
yang sudah dikenal sebelumnya, maka sistem tersebut disebut spesifik. Untuk
menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi tubuh, sistem imun spesifik dapat
bekerja tanpa bantuan sistem imun nonspesifik.Pada umumnya terjalin kerjasama
yang baik antara antibody-komplemen-fagosit dan antara sel T-makrofag.
A. Sistem imun spesifik humoral
Peran utama dalam system imun spesifik
humoral adalah limfosit B atau sel B. Sel B berasal dari sel asal multipoten di
sumsum tulang.Bila sel B dirangsang oleh benda asing, sel tersebut akan berproliferasi,
berdiferensiasi dan berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi.Antibodi
yang dilepas dapat ditemukan dalam serum. Fungsi utama antibodi ini ialah
pertahanan terhadap infeksi ekstra seluler, virus dan bakteri serta menetralisi
toksinnya.
B. Sistem imun spesifik seluler
Limfosit T atau sel T berperan pada sistem
imun spesifik seluler.Sel ini juga berasal dari sel yang sama dengan sel B.Pada
orang dewasa, sel T dibentuk di dalam sumsum tulang tetapi proliferasi dan
diferensiasinya terjadi didalam kelenjar timus. Sel T terdiri atas beberapa sel
subset dengan fungsi yang berlainan yaitu sel Th1 (T helper), Th2, Tdth (T
delayed tipe hipersensitivity), CTL (Cytotoksik T Lymphosit) atau Tc (T
cytotoksic), Ts (T supresor), atau sel Tr (T regulator) atau Th3.Fungsi utama
sistem imunspesifik seluler ialah untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup
intraseluler, virus, jamur, parasit dan keganasan.
GANGGUAN PADA
IMUNITAS (1,4,5,7)
Sistem imun adalah struktur efektif yang menggabungkan
spesifisitas dan adaptasi. Kegagalan pertahanan tubuh dapat terjadi dan jatuh
kepada tiga kategori : defisiensi imun, autoimunitas, dan hipersensitivitas.
- Defisiensi imun
Defisiensi imun muncul ketika satu atau lebih komponen
imun tidak aktif. Kemampuan system imun untuk merespon pathogen berkurang baik
pada golongan muda dan golongan tua, dengan respon imun mulai berkurang pada
usia sekitar 50 tahun karena immunosenescence.
Adapun kondisi yang dapat menyebabkan defisiensi imun adalah obesitas,
penggunaan alcohol dan narkoba, kekurangan nutrisi seperti kekurangan
zinc,selenium, zat besi, tembaga, vitamin a, C, E, dan B6, dan asam folik
(vitamin B9) juga mengurangi respon imun. Selain itu diet kekurangan cukup
protein berhubungan dengan gangguan imunitas seluler, aktivitas komplemen,
fungsi fagosit, konsentrasi antibodi Ig A, dan produksi sitokin.
Defisiensi imun juga dapat didapat seperti pada penyakit Chronic granulomatous
disease yang merupakan penyakit yang menyebabkan kemampuan fagosit untuk
menghancurkan fagosit berkurang, AIDS dan beberapa tipe kanker
menyebabkan
defisiensi imun dapatan.
- Autoimunitas
Respon imun terlalu aktif menyebabkan disfungsi imun
yang disebut autoimunitas. Sistem imun gagal untuk memusnahkan dengan tepat
antara diri sendiri dan bukan diri sendiri, dan menyerang bagian dari tubuh.
- Hipersensitivitas
Merupakan respon imun yang merusak jaringan tubuh
sendiri. Terbagi atas 4 kelas (tipe I – IV) berdasarkan mekanisme yang ikut
serta dan lama waktu reaaksi hipersensitif.
Hipersensitivitas tipe I sebagai reaksi segera atau
anafilaksis sering berhubungan dengan alergi. Reaksi ini ditengahi oleh IgE
yang dikeluarkan dari sel mast dan basofil.
Hipersensitivitas tipe II muncul ketika antibodi
melilit pada antigen sel pasien, menandai mereka untuk penghancuran.Disebut
juga hipersensitivitas sitotoksik, dan ditengahi oleh antibodi IgG dan IgM.
Hipersensitivitas tipe III merupakan kompleks imun
(kesatuan antigen, protein komplemen dan antibodi IgG dan IgM)
Hipersensitivitas tipe IV ( juga diketahui sebagai
seluler ) biasanya membutuhkan waktu antara dua dan tiga hari untuk berkembang.
Reaksi tipe IV ikut serta dalam dermatitis kontak. Reaksi tersebut ditengahi
oleh sel T, monosit dan makrofag.
SURVEILANS
IMUN (4,8,9)
Surveilans imun mengatakan bahwa sistem imun mengenal
sel tumor dan mengelimasi tumor tersebut, tetapi ketika surveilans imun tidak
dalam kondisi yang seimbang. maka akan terjadi pertumbuhan tumor. Surveilans
tumor dapat mengenal tumor yang disebabkan oleh virus karena mengespresikan
peptida asing. Setiap tumor berbeda dalam imunogensitasnya, dan setiap antigen
tumor dapat dikenal oleh imun sistem tubuh pejamu.
Penolakan sistem imun terhadap tumor tidak hanya
karena kurangnya antigen pada tumor atau berkurangnya sel T mengenal antigen
tumor.
Beberapa tumor mempunyai tumor-spesific antigens (TSA,
disebut juga tumor-specific transplantation antigens,TSTa, atau tumor rejekction
antigens,TRA) di permukaannya. TSA tidak ada pada sel normal. TSA biasanya
muncul ketika diinfeksi oleh virus dan mengekspresikan antigen virus.Sedangkan
tumor yang lain dapat dijumpai antigen pada tumor itu sendiri dan juga pada sel
normal yang disebut dengan antigen terkait tumor (tumor associated antigen,
TAA)
TUMOR
PENYAKIT GEN (1)
Dewasa ini
telah diketahui adanya sejumlah kerusakan dalam mekanisme molekuler yang
mengatur proliferasi dan homeotasis pada hampir semua jenis sel. Pada keadaan
normal, pertumbuhan sel dipertahankan seimbang oleh berbagai regulator yang
mengatur kecepatan sel membagi diri, diferensiasi dan mati. Beberapa regulator
adalah intrinsik sedang lainnya berhubungan dengan sinyal yang diperoleh sel
dari lingkungan. Tumor terjadi melalui proses yang disebut transformasi yang
terjadi bila sel mengalami perubahan genetik dan mendapat kemampuan untuk
melepaskan diri dari mekanisme regulator. Proses diduga terjadi bertahap yang
mengubah sel normal menjadi tumor yang sangat ganas.
ANTIGEN
TUMOR (1,3,7,8)
Imunitas tumor ialah proteksi sistem imun terhadap
timbulnya tumor. Meskipun adanya respon imun alamiah terhadap tumor dapat
dibuktikan, namun imunitas sejati hanya terjadi pada subset tumor yang
mengekspresikan antigen imunogenik, misalnya tumor yang diinduksi virus
onkogenik yang mengekspresikan antigen virus. Identifikasi molekuler antigen
tumor telah dapat memberikan berbagai informasi mengenai respon imun terhadap
tumor yang dapat merupakan faktor kunci dalam perkembangan imunoterapi
antitumor.Antigen tumor yang unik dapat digunakan sebagai molekul yang dapat
dijadikan sasaran dan dikenal sistem imun untuk dihancurkan secara spesifik.
Antigen tersebut dapat dibagi sesuai gambaran ekspresinya pada sel tumor dan
sel normal dan pada garis besarnya dapat digolongkn menjadi dua kategori:
- Tumor Spesifik Antigen
Antigen yang hanya terdapat pada sel tumor dan tidak
terdapat pada sel normal.
Contohnya adalah
-
musin dapat
menghasilkan antigen spesifik-tumor. Pada sebagian kanker,
seperti yang berasal dari pankreas, ovarium, dan payudara,
kurangnya
glikosilasi
musin menghasilakan epitop yang semula ditutup oleh karbohidrat.
Oleh karena
itu, antigen ini, demi kepentingan praktis, adalah antigen spesifik
tumor.
-
Antigen virus.
Antigen yang berasal dari virus onkogenik seperti HPV dan EBV dapat menjadi
sasaran sel T CD8+. Antigen tumor semacam ini sama-sama dimiliki oleh tumor
sejenis dari pasien yang berlainan. Antigen ini dapat menjadi sasaran yang
efektif untuk imunoterapi karena tidak diekspresikan pada sel normal.
- Tumor Associated Antigen
Antigen yang terdapat pada sel tumor dan juga terdapat
pada sel normal.
Pada banyak hal, tumor tidak menunjukkan antigen unik yang dapat dikenal
limfosit untuk diproses sebagai antigen.Kanker dapat dikenal sisem imun atas
dasar perubahan kuantitatif dalam ekspresi profil proteinnya.Antigen tersebut
tidak kanker spesifik, disebut Tumor Associated Antigen (TAA). Contohnya
adalah;
-
antigen
onkofetal. Antigen tersebut disandi oleh gen yang diekspresikan selama
embriogenesis dan perkembangan janin, namun transkripsional tenang pada dewasa.
Gen tersebut menyandi protein yang diduga berperan dalam pertumbuhan cepat sel
embrio dan diaktifkan kembali untuk fungsi yang sama pada kanker yang tumbuh
cepat. Golongan antigen onkofetal juga diekspresikan testis normal, dikenal
sebagai antigen kanker testis, paru, kepala, leher dan kandung kencing. Dewasa
ini dikenal lebih dari 50 jenis TAA dan banyak epitop yang sudah dapat
diidentifikasi sel T.
-
Jenis TAA lain
adalah Tissue-spesific differentiation antigen, protein yang diekspresikan pada
sel yang menjadi kanker dan ekspresinya ditemukan terus sesudah transformasi
neoplastik. Jadi antigen tersebut menunjukkan asal jaringan kanker.
- Melanoma differentiating antigen gp 100.
Gen tersebut menyandi protein yang berfungsi dalam jalur biosintesis
malanin sel
kulit dan juga diekspresikan oleh banyak kanker melanoma dengan pigmen.
- Prostate spesific Antigen (PSA) diekspresikan jaringan prostat normal dan dengan kanker.
- Carcinoembryonic Antigen
Carcinoembryonic Antigen yang dapat dilepas ke dalam
sirkulasi, ditemukan dalam serum penderita dengan berbagai neoplasma. Kadar CEA
yang meningkat (di atas 2,5 mg/ml) ditemukan dalam sirkulasi penderita kanker
kolon, kanker pankreas, beberapa jenis kanker paru, kanker payudara dan
lambung. CEA telah pula ditemukan dalam darah penderita nonneoplastik seperti
emfisema, kolitis ulseratif, pankreatitis, peminum alkohol dan perokok.
- Alfa feto protein (AFP) ditemukan dengan kadar tinggi dalam serum fetus normal, eritroblastoma testis dan hepatoma.
RESPON IMUN
TERHADAP KANKER (1,4,7,8,9)
- Imunitas humoral terhadap kanker
Meskipun imunitas selular pada kanker
lebih banyak berperan dibanding imunitas humoral, tetapi tubuh membentuk juga
antibodi terhadap antigen kanker.Antibodi tersebut ternyata dapat menghancurkan
sel kanker secar langsung atau dengan bantuan komplemen atau melalui sel
efektor ADCC. Yang akhir memiliki reseptor Fc misalnya sel NK dan makrofag
(opsonisasi) atau dengan jalan mencegah adhesi sel kanker.
Pada penderita kanker sering ditemukan
kompleks imun, tetapi pada kebanyakan kanker sifatnya masih belum jelas.
Antibodi diduga lebih berperan terhadap sel yang bebas (leukemia,metastase
kanker) dibanding kanker padat. Hal tersebut mungkin diseabkan karena antibodi
membentuk komleks imun yang mencegah sitotoksisitas sel T.
- Imunitas selular terhadap kanker
Pada pemeriksaan patologi anatomi kanker,
sering ditemukan infiltrat sel-sel yang terdiri atas sel fagosit mononuklear,
limfosit, sedikit sel plasma dan sel mast. Meskipun pada beberapa neoplasma,
infiltrat sel mononuklear merupakan indikator untuk prognosis yang baik, tetapi
pada umumnya tidak ada hubungan antara infiltrasi sel dengan prognosis. Sistem
imun dapat langsung menghancurkan sel kanker tanpa sensitasi sebelumnya.
Limfosit matang akan mengenal TAA dalam
pejamu, meskipun TAA merupakan self protein yang disandi gen normal. Adanya
limfosit yang self reaktif nampaknya berlawanan dengan self-tolerans.
Bila sel B dan sel T menjadi matang dalam
sumsum tulang dan timus, limfosit yang terpajan dan berikatan dengan self
antigen akan mengalami apoptosis. Namun banyak self-antigen tidak
dielkspresikan dalam sumsum tulang atau timus. Oleh karena deletion sentral
tidak lengkap dan limfosit self-reaktif yang mengenal antigen tidak
diekspresikan dalam sumsum tulang atau timus, maka sistem imun biasanya tidak
responsif terhadap self-antigen oleh karena ada dalam keadaan anergi.Mengapa
sel autoreaktif dipertahankan dalam keadaan inaktif, tidaklah jelas. Diduga
limfosit anergik tidak memberikan respons terhadap self-antigen dengan kadar
yang diekspresikan pada keadaan normal oleh sel sehat, namun responsif terhadap
peningkatan ekspresi antigen pada sel kanker.
1.CTL
Banyak studi menunjukkan bahwa kanker yang
mengekspresikan antigen unik dapat memacu CTL/Tc spesifik yang dapat
mnghancurkan kanker. CTL biasanya mengenal peptida asal TSA yang diikat MHC-I.
CTL tidak selalu efisien, disamping respons CTL tidak selalu terjadi pada
kanker.
2. Sel NK
Sel NK adalah sitotoksik yang mengenal sel
sasaran yang tidak antigen spesifik dan juga tidak MHC dependen. Diduga bahwa
fungsi terpenting sel NK adalah antikanker. Sel NK juga mengekspresikan IgG-R
yang dapat membunuh sel sasaran melalui ADCC dan melalui penglepasan protease,
perforin dan granzim
3. makrofag
Makrofag
juga memiliki enzim dengan fungsi sitotoksik dan melepas mediator
oksidatif seperti superoksid dan oksida
nitrit. Makrofag juga melepas TNF-α yang
mengawali
apoptosis. Diduga makrofag mengenal sel kanker melalui IgG-R yang
berikatan
dengan antigen kanker. Makrofag juga dapat memakan dan mencerna sel
kanker dan mempresentasikannya ke sel CD4+.
Jadi Makrofag dapat berfungsi
sebagai inisiator dan efektor imun
terhadap kanker.
Adapun efektor sistem imun humoral dan selular pada
destruksi kanker dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Mekanisme humoral :
- Lisis oleh antibodi dan komplemen
- opsonisasi melalui antibodi dan komplemen
- Hilangnya adhesi oleh antibodi
- Mekanisme seluler
- Destruksi oleh sel CTl/Tc
- Destruksi oleh sel NK
- Destruksi oleh makrofag
USAHA TUMOR MELEPASKAN DIRI DARI RESPON
IMUN (1,4,7,8,9)
Kebanyakan tumor timbul pada individu yang tidak
imunokompromais.Hal itu berarti bahwa tumor sendiri memiliki mekanisme untuk
menghindarkan diri dari imunitas nonspesifik dan spesifik. Diduga ada berbagai
mekanisme.
- Tidak adanya kostimulasi
Kebanyakan sel tumor tidak dapat dipresentasikan dan diproses oleh karena tidak
memiliki molekul B7 (CD 80) dan CD 86 sebagai molekul kostimulatori. Hal ini
tidak saja menghambat sensitisasi, tetapi juga menyebabkan sel T anergik atau
mengalami apoptosis.
- Hilang atau berkurangnya ekspresi antigen histokompatibilitas (MHC)
Sel
tumor juga tidak mengekspresikan molekul untuk mengaktifkan sel T terutama
MHC-II atau molekul adhesi ICAM-I atau LFA3. Banyak tumor mengekspresikan
sedikit MHC-I yang menimbulkan resistensi terhadap sel Tc.
- Tumor lain mengekspresikan FasL yang menginduksi apoptosis limfosit yang menginfiltrasi jaringan dengan tumor.
- imunosupresi
Tumor sendiri dapat melepas berbagai faktor
imunosupresif seperti TGF-β yang merupakan sitokin imunosupresif poten.
- mengembangkan varian antigen negatif
- memproduksi musin yang menyamarkan antigen
KEGANASAN
SISTEM IMUN (1)
Transformasi maligna sel dapat terjadi dengan
hilangnya ekspresi MHC-I.Hal itu dapat berhubungan dengan meningkatnya potensi
metastasis dan diduga karena menurunkan kemungkinan sel ganas untuk dikenal sel
T, tetapi tidak oleh sel NK. 60% kanker mamae dengan metastase tidak
mengekspresikan MHC-I
A. Common Acute Lymphoblastic Leukemia
Common Acute Lymphoblastic Leukemia (cALL) berasal
dari sel B yang berkembang menjadi sel plasma dan sangat agresif. Tanpa terapi,
cALL dapat menimbulkan kematian dalam beberapa minggu setelah diagnosis
ditegakkkan. Mieloma berasal dari sel plasma matang, tumbuh berlahan, melepas
imunoglobulin monoklonal dan penderita dapat hidup bertahun-tahun tanpa terapi.
B. Keganasan
yang disebabkan virus
Virus herpes dan virus retro menginfeksi sel tanpa
menimbulkan sitolisis atau membunuhnya. Virus dapat memacu pertumbuhan sel
terinfeksi yang tidak terkontrol. EBV dapat menimbulkan infeksi mononukleosis/
glandular fever, limfoma dan karsinoma nasofaringeal.Limfoma yang dipacu EBV
sering terjadi pada penderita imunodefisien dan daerah malaria. EBV memproduksi
protein yang merangsang pertumbuhan sel terinfeksi tidak terkontrol dan
mencegah apoptosis.
Infeksi virus lainnya seperti virus herpes 8 (HV8)
dapat menimbulkan sarkoma Kaposis pada individu imunodefisien. Keganasan sel T
jarang terjadi. Bila terjadi sering disebabkan virus T limfotropik (HLV1),
suatu retrovirus yang menyandi protein Tax dan menunjukkan efek serupa dengan
IL-2 (faktor pertumbuhan sel T).HLV1 jarang terjadi di negara berkembang.
DAFTAR
PUSTAKA
- Baratawidjaja KG; Imunologi Dasar. Edisi ke-7.Jakarta.2006.P:357-65
- DeVita V.T, Hellman S, Rosenberg S.A.; Cancer: principles & Practice of Oncology. 7th ed.Philadelphia. 2005 P:139- 57
- Executive Summary of the Tumor Immunology think Tank : available at : http://dcb.nci.nih.gov/thinktank/Executive_Summary_of_the_Tumor_Imunology_Think_Tank.cfm.
- Kumar V, Cotran R.S, Robbins S.L. Robbins Basic pathology. 8th ed. Saunders. Philadelphia. 2007. p:214-17
5.
Lubis Dahlan Nadib
H M dr Prof; Patologi Imun. Bagian Patologi Anatomi
FK USU & UISU, 2003.
6. Ruddon
RW;Cancer Biology.4th ed.United states of america.2007.P: 400- 26
7. Rubin Emanuel et al; Pathology.3rded.vol.II
Philadelphia.1999.P:164-5
8. Tumor
Immunology : available at:
9. Tumor
Immunity : available at : http://
heatsciennces.columbia.edu/dept/ps/2007/imuno/im 23.pdf
Saya selaku anak dari bapak abdul rani sangat sangat br trimakasih kepada bapak Dokter yusuf yang sudah membantu menyembuhkan bapak saya dari penyakit kanker usus stadium 3.
BalasHapusselama 8 bulan dengan minum obat racikam beliau akhir nya bapak saya bisa sembuh sedia kala. sekali lagi trimakasih untuk Dokter yusuf atas pr hatian nya, konsultasi rutin nya dan obat racikan khusus nya.
Buat saudara yang mengalami penyakit kanker usus atau kanker lain nya dan masih mencari obat yang dapat menyembuhkan nya coba hubungi dokter yusuf beliau ada obat racikan khusus yaitu extrak daun batakan dan lain nya yang secara nyata menyembuhkan bapak saya. obat nya sangat mahal tapi sudah tr bukti karna bapak saya juga sudah sembuh dari kanker.