MIOKARD INFARK
Pendahuluan
Infark
merupakan area yang mengalami nekrosis iskemik yang disebabkan oleh adanya oklusi
suplai aliran darah pada suatu jaringan.
Infark pada jaringan merupakan keadaan yang paling sering dijumpai dan
merupakan penyebab utama timbulnya gejala klinik. Lebih dari separuh kasus kematian di Amerika
Serikat disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dan kebanyakan penyebab utamanya
adalah infark miokard dan infark serebral. Secara keseluruhan, hampir
99% kejadian infark berasal dari adanya trombus atau emboli yang selanjutnya
menyebabkan terjadinya oklusi arteri. Ada kalanya infark juga diakibatkan oleh
mekanisme lain seperti vasospasme lokal, pembengkakan dari ateroma yang
menyebabkan perdarahan sekunder disertai dengan terbentuknya plak atau kompresi
intrinsik pembuluh darah seperti pada kasus tumor. 1,2
Penyebab
lain adalah akibat twisting atau
pembuluh darah yang berkelok-kelok pada torsio testis dan volvulus pada usus,
kompresi aliran darah akibat edema dan hernia strangulasi. Meskipun trombosis
pada vena dapat menyebabkan infark, tetapi frekuensi terjadinya obstruksi vena
dan kongesti lebih tinggi. Tindakan bypass
merupakan suatu pilihan jika dibandingkan dengan membuka kembali aliran darah
yang pada daerah yang mengalami oklusi. Infark yang disebabkan oleh trombosis vena lebih sering terjadi pada organ dengan
aliran vena tunggal seperti pada testis atau ovarium. 1
Pengertian
Infark miokard adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu. Infark miokard adalah kematian otot jantung yang diakibatkan oleh kekurangan aliran darah atau oksigen.3 Jika aliran darah miokard terganggu, secara nyata akan terjadi kematian (infark) pada miokard. Infark miokard dapat berupa:
Infark miokard adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu. Infark miokard adalah kematian otot jantung yang diakibatkan oleh kekurangan aliran darah atau oksigen.3 Jika aliran darah miokard terganggu, secara nyata akan terjadi kematian (infark) pada miokard. Infark miokard dapat berupa:
1.
Infark
subendokardium
Infark
subendokardium adalah infark yang tidak meliputi seluruh lapisan dinding
jantung atau meliputi ⅓ miokard.
2.
Infark
transmural
Infark
transmural adalah infark miokard yang meliputi seluruh ketebalan dinding
ventrikel. Infark transmural lebih berat dibanding infark subendokardium.
Infark transmural selalu berasal dari adanya peningkatan, penyempitan atau
oklusi total arteri yang memperdarahi area tersebut atau peningkatan tiba-tiba
kebutuhan oksigen miokard pada arteri yang sebelumnya sangat stenostik.
Sebagian besar infark miokard transmural bersifat tidak homogen; tidak seluruh
otot di area tersebut mati, tetapi masih terdapat pulau-pulau otot hidup dalam
beberapa ukuran dan jumlah.4,5
Secara
keseluruhan semua infark transmural melibatkan ventrikel kiri dan atau septum
interventrikular. Kadang-kadang juga melibatkan dinding posterior dan septum
yang dengan dinding ventrikular kanan yang berbatasan dan jarang pada atrium.1
Tabel
1. Perbedaan Infark Subendokardial dengan Infark Transmural 5
Subendocardial
Infarcts
|
Transmural Infarcts
|
Multifocal
|
Unifocal
|
Patchy
|
Solid
|
Circumferential
|
In
distribution of a specific coronary artery
|
Coronary thrombosis rare
|
Coronary
thrombosis common
|
Often result from
hypotension or shock
|
Often
coause shock
|
No epicarditis
|
Epicarditis
common
|
Do not form aneurysm
|
May
result in aneurysm
|
Klasifikasi
Klasifikasi
infark dapat berdasarkan atas warna (refleksi dari perdarahan) dan ada atau
tidaknya infeksi mikrobakterial. Infark dapat memberikan gambaran warna merah
(perdarahan) atau putih (anemik) atau dapat juga suatu keadaan septik dengan
konsistensi lunak (bland). Infark merah biasanya terjadi pada keadaan oklusi
vena (torsio testis atau ovarium) sedangkan infark putih terjadi akibat oklusi
arteri atau pada organ yang solid (jantung, hati dan ginjal), dimana
kepadatan dari jaringan terbatas pada
daerah yang mengalami nekrosis iskemia dengan pembuluh darah yang berbatasan. 2,3
Secara
keseluruhan, semua infark mempunyai kecenderungan membentuk lesi yang berbentuk
baji, dengan oklusi pembuluh darah pada bagian apeks dan basal perifer dari
organ. Jika bagian basal merupakan permukaan serosa, sering disertai dengan
eksudat fibrinous. Bagian lateral dengan batas ireguler merupakan refleksi dari pembuluh darah dengan
daerah yang berbatasan. Pada bagian luar, semua infark berbatas tidak tegas dan
disertai dengan perdarahan-perdarahan. Pada organ yang solid, dijumpai hubungan
antara ekstravasasi sel-sel darah merah yang lisis
dengan pelepasan hemoglobin ditandai dengan pelepasan hemosiderin.
Infark yang berasal
dari oklusi arteri secara tipikal menunjukkan lebih pucat dan
berbatas tegas. Pada organ yang spongious
perdarahan lebih ekstensif sehingga memungkinkan lesi menjadi pucat. Seiring
dengan berjalannya waktu, bagian yang mengalami infark semakin lunak dan
dijumpai adanya pigmen hemosiderin.2,3
Keadaan
yang menyebabkan berkembangnya suatu infark
Konsekuensi
oklusi vaskular dapat tidak memberikan efek atau efek yang minimal sehingga
dapat memberikan menyebabkan kematian. Keadaan ini dipengaruhi oleh:
Suplai
aliran darah
Kemampuan
aliran darah alternatif merupakan faktor yang sangat berpengaruh sehingga
apakah oklusi pembuluh darah dapat menjadi rusak. Sebagai contoh, paru
mempunyai dua arteri pulmonalis dan bronkial.
Jika terjadi obstruksi pada arteriol tidak menimbulkan infark sebaliknya
akan terjadi infark jika yang terkena adalah sirkulasi bronkial. Hal ini juga
terjadi pada hepar yang terdiri dari arteri hepatis dan sirkulasi vena portal,
juga pada tangan dan lengan yang memiliki dual arteri suplai yang relatif resisten
terhadap kejadian infark.2,3
Kecepatan
perkembangan oklusi
Oklusi
yang berkembang perlahan-lahan jarang menyebabkan infark karena tersedianya
waktu untuk membentuk aliran darah alternatif. Sebagai contoh, anastomosis
interarteriolar yang kecil secara normal akan memiliki aliran darah yang lambat
yang menghubungkan ketiga arteri koronaria mayor jantung. Jika salah satu
cabang arteri mengalami oklusi secara perlahan (akibat plak arteriosklerotik)
maka aliran darah sirkulasi kolateral akan meningkat untuk mencegah terjadinya
infark, walaupun arteri koronaria mayor mengalami oklusi.2,3
Kerentanan
terhadap hipoksia
Kerentanan
jaringan untuk terjadinya hipoksia akan mempengaruhi terjadinya infark. Neuron
akan mengalami kerusakan yang ireversibel jika suplai aliran darah terganggu
selama 3 - 4 menit. Sel-sel miokard meskipun lebih kuat dari sel-sel
neuron juga sensitif dan akan mati jika
terjadi iskemia selama 20 – 30 menit. Sebaliknya, sel-sel fibroblas yang
terletak diantara sel-sel miokard akan bertahan beberapa jam setelah terjadinya
iskemia.2,3
Kandungan
oksigen darah
Sebagian
kadar kandungan oksigen dalam darah juga dipengaruhi akibat dari oklusi
pembuluh darah. Obstruksi partial pembuluh darah kecil pada penderita anemia
atau sianosis dapat menyebabkan infark jaringan sementara tidak mempunyai efek
pada tekanan oksigen yang normal. Pada gagal jantung kongestif dengan aliran darah dan ventilasi yang
minimal dapat menyebabkan infark.2,3
Etiologi
Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya Infark miokard:
Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya Infark miokard:
a. Aterosklerosis
Kolesterol dalam jumlah banyak berangsur menumpuk di bawah lapisan intima
arteri. Kemudian daerah ini dimasuki oleh jaringan fibrosa dan sering mengalami
kalsifikasi. Selanjutnya akan timbul “plak aterosklerotik” dan akan menonjol ke
dalam pembuluh darah dan menghalangi sebagian atau seluruh aliran darah.6
b.
Penyumbatan koroner akut
Plak aterosklerotik dapat menyebabkan suatu bekuan darah setempat atau trombus dan akan menyumbat
arteria. Trombus dimulai pada tempat plak ateroklerotik yang telah tumbuh
sedemikian besar sehingga telah memecah lapisan intima, sehingga langsung
bersentuhan dengan aliran darah. Karena plak tersebut menimbulkan permukaan yang
tidak halus bagi darah, trombosit mulai melekat, fibrin mulai menumpuk dan
sel-sel darah terjaring dan menyumbat pembuluh tersebut. Kadang bekuan tersebut
terlepas dari tempat melekatnya (pada plak ateroklerotik) dan mengalir ke
cabang arteria koronaria yang lebih perifer pada arteri yang sama.6
c. Sirkulasi kolateral di dalam jantung
Bila arteria koronaria koronaria perlahan-lahan meyempit dalam periode
bertahun-tahun, pembuluh-pembuluh kolateral dapat berkembang pada saat yang
sama dengan perkembangan arterosklerotik. Tetapi, pada akhirnya proses
sklerotik berkembang di luar batas-batas penyediaan pembuluh kolateral untuk
memberikan aliran darah yang diperlukan. Bila ini terjadi, maka hasil kerja
otot jantung menjadi sangat terbatas, kadang-kadang emikian terbatas sehingga
jantung tidak dapat memompa jumlah aliran darah normal yang diperlukan.6
Faktor Resiko
Faktor
resiko terjadinya infark miokard dibagi dalam 2 keadaan, yaitu:
a.
Faktor yang tidak
dapat dirubah
Misalnya: jenis kelamin, umur, keturunan.
b.
Faktor yang dapat
dirubah
Misalnya: kelebihan lemak (seperti:
hiperkolesterol, hiperlipidemia, hipertrigliserida), perokok, hipertensi, kegemukan/obesitas, diabetus
militus, stres, kurang aktivitas fisik.6
Patofisiologi
Kebutuhan akan oksigen yang melebihi kapasitas suplei oksigen oleh pembuluh darah yang terserang penyakit menyebabkan iskemia miokard lokal.
Kebutuhan akan oksigen yang melebihi kapasitas suplei oksigen oleh pembuluh darah yang terserang penyakit menyebabkan iskemia miokard lokal.
Pada iskemia yang bersifat sementara akan
menyebabkan perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan, dan menekan
fungsi miokard sehingga akan mengubah metabolisme yang bersifat aerob menjadi
metabolisme anaerob. Pembentukan fosfat berenergi tinggi akan menurun.
Hasil akhir metabolisme anaerob
yaitu asam laktat akan tertimbun sehingga pH sel menurun.5,6
Efek hipoksia, berkurangnya energi serta asidosis dengan cepat menganggu fungsi ventrikel kiri, kekuatan kontraksi berkurang, serabut-serabutnya memendek, daya dan kecepatannya berkurang. Gerakan dinding segmen yang mengalami iskemia menjadi abnormal, bagian tersebut akan menonjol keluar setiap kali kontraksi. Berkurangnya daya kontraksi dan gangguan gerakkan jantung akan mengubah hemodinamika. Perubahan ini ber-variasi sesuai ukuran segmen yang mengalami iskemia dan derajat respon refleks kompensasi sistem saraf otonom. Menurunya fungsi ventrikel kiri dapat mengurangi curah jantung sehingga akan memperbesar volume ventrikel akibatnya tekanan jatung kiri akan meningkat. Juga tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dan tekanan dalam kapiler paru-paru akan meningkat.5,6
Efek hipoksia, berkurangnya energi serta asidosis dengan cepat menganggu fungsi ventrikel kiri, kekuatan kontraksi berkurang, serabut-serabutnya memendek, daya dan kecepatannya berkurang. Gerakan dinding segmen yang mengalami iskemia menjadi abnormal, bagian tersebut akan menonjol keluar setiap kali kontraksi. Berkurangnya daya kontraksi dan gangguan gerakkan jantung akan mengubah hemodinamika. Perubahan ini ber-variasi sesuai ukuran segmen yang mengalami iskemia dan derajat respon refleks kompensasi sistem saraf otonom. Menurunya fungsi ventrikel kiri dapat mengurangi curah jantung sehingga akan memperbesar volume ventrikel akibatnya tekanan jatung kiri akan meningkat. Juga tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dan tekanan dalam kapiler paru-paru akan meningkat.5,6
Manifestasi hemodinamika pada iskemia yang sering terjadi yaitu peningkatan
tekanan darah yang ringan dan denyut jantung sebelum timbulnya nyeri yang
merupakan respon kompensasi simpatis terhadap berkurangnya fungsi miokard.
Penurunan tekanan darah merupakan tanda bahwa miokard yang terserang iskemia
cukup luas merupakan respon vagus. Iskemia
miokard secara khas disertai perubahan kardiogram akibat perubahan
elektrofisiologi seluler yaitu gelombang Tterbalik dan depresi segmen ST.
Serangan iskemia biasanya
mereda dalam beberapa menit bila ketidakseimbangan atara suplai dan kebutuhan
oksigen sudah diperbaiki. Perubahan metabolik, fungsional, hemodinamik, dan
elektrokar-diografik bersifat
reversibel.5,6
Pada
binatang percobaan; didapatkan bahwa sel
otot jantung akan mati dalam waktu 20-60 menit setelah oklusi total arteri
koronaria. Akan tetapi terdapat proses reperfusi yang segera terjadi 3-4 menit
pasca oklusi total arteri terutama pada perbatasan daerah iskemik dan
non-iskemik. Proses reperfusi ini menguntungkan oleh karena segera mengurangi
dan melokalisasi area infark, serta menurunkan angka kematian. Di samping itu,
reperfusi juga berdampak instabilitas elektrik, edema, atau hemoragik, yang
justru memperburuk keadaan secara umum. 4,7
Berdasarkan studi angiografi mengindikasikan bahwa
penyebab utama terjadinya infark miokard akut oleh karena adanya trombosis pada
arteri koronaria. Kerusakan akibat plak aterosklerotik menyebabkan terjadinya
pembentukan trombus. Vasospasme dan agregasi platelet menimbulkan oklusi pada
arteri koronaria. Kadang-kadang pada kasus infark yang terbatas pada miokard
subendokardium tidak dijumpai trombus. Pada sebagian kasus infark disebabkan
oleh stenosis aterosklerosis koronaria difus. Hipoperfusi arteri koroner yang
bersamaan dengan aterosklerosis akan menyebabkan nekrosis sel-sel miosit
subendo-kardium.1,3,
Nekrosis
miokard dapat terjadi 20-30 menit setelah oklusi arteri koronaria. Pada keadaan
normal, daerah subendokardium merupakan daerah dengan perfusi yang paling
buruk. Hal ini bukan saja karena merupakan daerah paling distal yang menerima
perdarahan dari cabang arteri koronaria epikardium tetapi akibat tekanan
intramural dan aliran darah yang relatif tinggi pada daerah ini. Sehubungan
dengan peningkatan kerentanan terhadap jejas iskemik, infark miokard secara
khas dimulai pada daerah subendokardium. Infark mengenai seluruh ketebalan
dalam waktu 3-6 jam. Pada periode evolusi ini trombus dapat lisis dengan
pemberian agen trombolitik (streptokinase atau aktivator plasminogen jaringan)
yang terbatas pada daerah infark. Infark nontransmural yang tidak sempurna
mungkin tampak jika oklusi trombus lisis oleh agen trombolitik atau dengan
angioplasti sebelum nekrosis meluas ke seluruh ventrikel. 1,2,3
Lokasi
infark miokard ditentukan oleh tempat terjadinya oklusi pembuluh darah dan
anatomi sistem koronaria. Secara umum, oklusi pada arteri koronaria proksimal
menghasilkan infark yang lebih luas dan sebaliknya. Luas infark juga
dipengaruhi oleh sirkulasi kolateral yang timbul saat terjadinya oklusi.
Penderita dengan aterosklerosis koronaria dalam jangka panjang sirkulasi
kolateral pembuluh darah terbatas pada daerah infark.1,2,3
Gambaran
Klinis
Onset
infark miokard biasanya berlangsung berat, nyeri dada substernal hebat yang
dapat menjalar ke leher, rahang, epigastrium, bahu atau lengan kiri. Pada 50%
penderita didahului dengan episode angina pektoris. Kematian mendadak
disebabkan oleh aritmia letal yang terjadi pada 25% penderita sebelum sempat dibawa ke rumah sakit.
Pada penderita yang mendapat perawatan
di rumah sakit, 10-20% tidak mendapat komplikasi dan 80 – 90% dapat menyebabkan
:
- Aritmia kardial (75-95%)
- Gagal ventrikel kiri dengan edema
pulmonary ringan sampai berat (60%)
- Syok kardiogenik (10%)
- Rupture pada dinding ventrikel, septum
atau muskulus papilaris (4-8%)
- Tromboemboli (15-49%).1,3,6,8,9
Proses
penyembuhan jaringan nekrotik dari area miokard akan menimbulkan jaringan
parut. Sebagian besar jaringan parut ini terdiri dari jaringan fibrotik dan
sel-sel miokard yang viabel dalam komposisi berbeda-beda. Bila area jaringan
parut hanya terdiri dari jaringan ikat saja, maka daerah tersebut akan menipis,
akinetik, dan aneurismatik.4,6
Faktor
yang mempengaruhi infark miokard: adanya oklusi total atau subtotal, dan ada
tidaknya peredaran kolateral ke daerah iskemia. Sedangkan faktor yang
mempengaruhi kematian (mortalitas) pasca infark:
1. Luas dan beratnya infark.
2. Makin banyaknya sistem koroner yang terlibat
(1/2/3 arteri)
3. Riwayat infark sebelumnya.8
Penyebab
kematian pasca infark terutama oleh karena gagal jantung akut atau sub-akut,
yang seringkali diinduksi oleh adanya aritmia ventrikel. Gagal jantung kronik
merupakan penyebab kematian lain dalam frekuensi yang jauh lebih sedikit yang
terutama disebabkan oleh luasnya jaringan parut pada jantung. Sekitar 20%
pasien mengalami kematian mendadak yang
kemungkinan besar disebabkan oleh infark akut yang diikuti oleh fibrilasi atau
asistol.4,5
Beberapa
komplikasi penting yang dapat terjadi khususnya pada keadaan infark transmural
tergantung dari ukuran dan jenis lesi, yaitu:
-
Disfungsi
muskulus papilar, sering terjadi pada penderita infark miokard.
Pada kebanyakan kasus hal ini disebabkan oleh pembengkakan lokal dinding
ventrikular kiri tempat melekatnya muskulus papilaris sehingga mengakibatkan
iskemia dan mengganggu kontraktilitas muskulus tersebut atau terjadi dilatasi
general ventrikel kiri pada gagal jantung. Keadaan yang jarang dijumpai (<
1% dari kasus infark miokard) adalah muskulus papilaris mengalami ruptur
sehingga mengganggu kerja korda tendinea dan insufisiensi mitral. Rupturnya
muskulus papilaris sering terjadi 3 hari setelah terjadinya infark. Hal ini
menyebabkan kegagalan akut ventrikel kiri dengan tingkat mortalitas yang
tinggi.1,9-12
-
Ruptur
infark eksternal, terjadi mencapai 10% dari penderita
yang meninggal di rumah sakit dengan infark miokard akut. Kejadian ini dapat
berlangsung dalam 2 minggu tetapi paling sering dalam 4-7 hari dimana terjadi
perlunakan luas miokard tetapi jaringan granulasi belum berkembang sempurna.
Ruptur pada permukaan epikardium dapat menyebabkan perdarahan yang masif
sehingga menyebabkan hemoperikardium dan berlanjut menjadi tamponade kardial.
(1-3 % dari kasus infark miokardial). 1,9-12
-
Trombus
mural, dapat berkembang pada permukaan endokardial yang
merupakan sumber potensial emboli sistemik dan dapat menimbulkan komplikasi
infark otak. Beberapa trombus dapat berkembang menjadi aneurisma ventrikular. Organisasi
trombus dapat menyebabkan fibrosis endokardium. 1,9-12
Secara
klinis, gambaran perikarditis akut terjadi pada 15% penderita dalam 2-4 hari
setelah berkembangnya infark transmural. Aneurisma ventrikular, merupakan
komplikasi lanjut dari infark miokard dan disebabkan pembengkakan miokard
fibrous nonkontraktil selama sistolik. Hal ini paling sering dijumpai pada
regio anteroapikal dan tampak sebagai kantong tipis yang terdiri dari jaringan
ikat. Trombus mural sering timbul setelah aneurisma.1
Pemeriksaan
Patologi
Makroskopik
Secara eksperimen didapatkan :
Setelah 10 detik – 12 jam pertama,
dilakukan ligasi pada arteri koronaria, miokard yang berhubungan terjadi
sianosis, gangguan kontaksi dan gangguan sistolik. Jika obstruksi dihilangkan
tidak terjadi perubahan anatomi dan kerusakan jaringan. Pada pemeriksaan
makroskopis, infark miokard akut tidak dapat diidentifikasi dalam 12 jam pertama
setelah onset.
Dalam
24 jam, infark sudah dapat dikenali pada bagian permukaan ventrikel yang
terlibat dan menjadi pucat.
Setelah 3-5 hari, timbul
garis-garis yang berbatas tegas, bagian sentral pucat, kekuningan, daerah
nekrotik yang dibatasi dengan daerah hiperemik. Daerah infark mengalami
perdarahan, jika diberikan obat trombolitik dan akan terjadi reperfusi aliran
darah.
Dalam 2-3 minggu,
bagian infark akan tertekan dan lunak, dengan perubahan gelatinous. Lebih
lanjut, penyembuhan infark menjadi lunak dan kontraktil dengan daerah berwarna
abu-abu pucat disertai dengan jaringan ikat.6,8
Gambaran
infark miokard ditentukan secara primer oleh durasi dan luasnya. Rangkaian
kejadian terjadinya infark diawali dengan nekrosis koagulatif dan peradangan,
pembentukan jaringan granulasi, resorpsi jaringan nekrotik dan pembentukan
jaringan granulasi yang kaya akan kandungan kolagen. Infark yang kecil lebih
mudah sembuh jika dibandingkan dengan infark luas.3,5
Tabel 1. Frekuensi terjadinya oklusi pada berbagai arteri
koronaria dan distribusinya.5
Lokasi
oklusi
|
Daerah
infark
|
Arteri koronaria desenden kiri
(40 – 50%)
|
Anterior
dan apikal ventrikel kiri dan ⅔ septum interventrikular
|
Arteri koronaria kanan ( 30 -
40%)
|
Dinding posterior ventrikel kiri
dan ⅓ posterior septum interventrikular (sirkulasi koronari dominan kanan)
|
Arteri koronaria sirkumfleksa
kiri (15 – 20%)
|
Dinding lateral ventrikel kiri (sirkulasi koronari dominan kiri)
|
Mikroskopis
·
Pada
1 jam pertama setelah iskemik, tampak edema
interseluler dan wavy fiber pada bagian tepi daerah infark. Keadaan ini juga
diikuti dengan kematian serat-serat nonkontraktil, terjadi peregangan dengan
otot-otot miosit kontraktil yang berbatasan. Pada mikroskop elektron tampak
perubahan reversibel (pembengkakan mitokondria, retikulum endoplasma dan
relaksasi sel-sel miofibril).
·
Dalam
12-72 jam, tampak infiltrasi sel-sel neutrofil dengan
nekrosis koagulatif yang progresif dari sel-sel miosit. Sel-sel miosit yang
mati menjadi hipereosinofilik dengan gambaran inti yang hilang.
·
Antara
3-7 hari setelah onset, sel-sel miosit yang mati menjadi
disintegrasi dan difagositosis oleh makrofag dan enzim proteolisis.
Pada saat ini
juga terjadi proliferasi fibroblas dengan pembentukan jaringan granulasi yang
secara progresif menggantikan jaringan yang nekrosis.
·
Setelah
6 minggu, terjadi penyembuhan dengan pembentukan jaringan
ikat.
Imunohistokimia
Selama bertahun-tahun
berbagai teknik pewarnaan dilakukan untuk mencoba mengidentifikasi
gambaran histopatologi infark miokard dini yang tidak dapat dilihat dengan
pewarnaan H&E. Untuk melihat kolagen dapat dipakai pewarnaan khusus Masson's
trichrome.13
Saat
ini dikembangkan teknik pemeriksaan imunohistokimia untuk melihat ekspresi
komponen komplemen C9 dan troponin T dengan reaksi antigen-antibodi. Secara
normal (non hipoksia) otot jantung kurang mengekspresikan C9, tetapi pada
keadaan hipoksia menunjukkan ekspresi positif pada penanda ini.13
Pada
tahun 1996 berdasarkan studi Doran di England terhadap 25 kasus otopsi yang
diduga dengan infark miokard dan menderita infark miokard (kelompok pertama)
dan 25 kasus tanpa dugaan dengan infark miokard (kelompok kedua). 24 dari 25
kasus kelompok pertama menunjukkan ekspresi positif terhadap C9, 16 kasus dapat
dideteksi dengan pewarnaan H&E ( > 24 jam premortem) dan 8 kasus dengan
gambaran klinik < 8 jam. Pada 25 kontrol (kelompok kedua) tidak menunjukkan perubahan pada pewarnaaan
H&E dan 3 kasus dengan C9 positif.13
Tabel 3. Ekspresi C9
dan Troponin T pada infark miokard dini secarimunohistokimia.13
|
Troponin T
|
C9
|
Miokard normal
|
Positif
|
Negatif
|
Infark
miokard
|
Menurun
|
Positif
|
Pada
tahun 2003, Fishbein dkk melakukan penelitian tentang troponin T. Mereka
mengumpulkan 50 jantung dari anjing, babi dan tikus, dengan 34 hewan tersebut
menderita oklusi arteri koronaria permanen antara 30 menit sampai 6 jam sebelum
mati dan 16 hewan lain mengalami oklusi antara 45 menit sampai 6 jam
dilanjutkan dengan reperfusi. Mereka mendapatkan bahwa, otot jantung yang
normal memberikan ekspresi positif terhadap troponin dan otot jantung yang
nekrosis tidak mengekspresikan troponin.13
DAFTAR RUJUKAN
1.
Schoen
FJ, Mitchel RN. The Heart. In: Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Mitchel RN. Robbins
Basic Pathology, 7th edition, Philadelphia; Saunders-Elsevier; 2005:
p. 97-8, p. 365-71.
2.
Chandrasoma
P, Taylor CR. The Heart: Myocardium & Pericard. Concise Pathology, 3rd
edition, McGraw-Hill International Edition; 2001: p. 128-30, p.360-6.
3.
Schoen
FJ. The Heart. In: Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robbins and Cotran Pathologic
Basis of Disease, 7th edition, Philadelphia; Elsevier-Saunders; 2003:
p. 97 - 8, p. 365-71.
4.
Patofisiologi
Coronary Artery Disease. 2007 [cited on 2010, November 12]. Available from : http://www.bedahtkv.com/
5. Saffitz JE. The Heart. In: Strayer
DS, Rubin R, editors. Rubin's
Pathology: Clinicopathologic Foundations of Medicine, 5th edition, Lippincott Williams & Wilkins; 2008: p. 445-53.
6.
Miokard
Infark. 2008 [cited on 2010, October 30]. Available from: http://www.b11n.wordpress/miokardinfark/htm
7.
Myocardial
Infarction. 2007 [cited on 2010, October
28]. Available from: http://www.library.med.utah.edu/WebPath/TUTORIAL/TUTORIAL.htm1#2
8. Myocardial Infarction. 2008 [cited on 2010,
October 28]. Available from: http://www.histopahology-india.net/Heart5htm
9. Bouchardy B, Guido M. Histopathology of
Myocardial Infarct, Am J Pathol. 1974; 74(2): p. 301-30.
10. Soriano C J, Jose LP-B, Sergio C, Francisco R.
Septal Rupture with Right Ventricular Wall Dissection After Myocardial
Infarction. Cardiovascular Ultrasound 2005, 3:33 doi;10.1186/1476-7120-3-33.
11. Leavitt, Fauci, Farzaneh F, J. Watkins J, Tahir
H, Wykes F, Beynon H. Small Vessel Vasculitis With Pulmonary Aneurysm And Silent
Myocardial Infarction,Bri J Rheumatol,
British Society for Rheumatology 2003 (42).
12. Cotton RE. Lecturer Notes on Pathology, 4th
edition, Blackwell Scientific Publication; 1992: p. 62-4.
13. Miller, Rodney T. Immunohistochemistry in The
Recognition of Early Myocardial Infarction, The Focus PROPATH; 2004 (11).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar