Selasa, 09 Juni 2015

IMUNOLOGI PADA KANKER



IMUNOLOGI   PADA KANKER


PENDAHULUAN

Kanker/Tumor disebut juga neoplasma adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal serta terus menerus walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti. Transformasi ganas berkaitan dengan perubahan genetik yang rumit, yang sebagian mungkin menyebabkan ekspresi protein yang dianggap asing (non self, bukan diri) oleh sistem imun. Gagasan bahwa tumor bukan seluruhnya self (diri) diajukan oleh Ehrlich, yang menggagas bahwa dikenalinya autolog oleh sistem imun mungkin merupakan    “mekanisme positif” yang mampu mengenyahkan sel yang mengalami transformasi. Kemudian, Lewis Thomas dan McFarlane Burnet merumuskan konsep ini dengan mengajukan istilah surveilans imun untuk mengacu pada pengenalan dan penghancuran sel tumor bukan- diri saat sel tersebut muncul. (2,6,7,8,9)
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini melindungi tubuh dari infeksi , bakteri, virus, parasit serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka.(1,3,4,5,7,8,9)
Sistem kekebalan tubuh melindungi tubuh dengan lapisan pelindung kekhususan yang meningkat. Respon pertama tubuh terhadap adanya patogen adalah perlindungan fisikal. Jika patogen berhasil melewati perlindungan pertama, sistem imun yang bekerja kedua adalah sistem imun bawaan yang menyediakan perlindungan dengan segera, tetapi respon tidak spesifik. Namun, jika patogen berhasil melewati respon bawaan, maka pertahanan tubuh memasuki perlindungan lapisan ketiga, yaitu sistem imun adaptif yang diaktifkan oleh respon bawaan juga.
Imunitas tumor adalah proteksi sistem imun terhadap timbulnya tumor. Penolakan sistem imun terhadap tumor karena tumor memiliki antigen permukaan yang disebut dengan tumor spesific antigen (TSA) atau tumor associated antigen (TAA). Adapun mekanisme tubuh dalam mencegah timbulnya tumor melalui mekanisme imun non spesifik dan spesifik yang melibatkan imunitas humoral dan selular.
TUMOR (2,4,6,9)

Tumor disebut juga neoplasma adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal serta terus demikian walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti. Pada keadaan normal pergantian dan peremajaan sel terjadi sesuai kebutuhan melalui proliferasi sel dan apoptosis di bawah pengaruh proto-onkogen dan gen supresor tumor. Tumor adalah penyakit kompleks dari berbagai akumulasi mutasi genetik yang manifestasi penyakitnya memerlukan waktu yang lama.
Perbedaan pokok antara sel normal dan sel kanker yang teridentifikasi bahwa sel normal usianya terbatas, sedangkan sel kanker adalah immortal. Sel Neoplastik tidak berkembang secara terintegrasi dan tidak ada ketergantungan pada populasi. Regulasi pada kontrol mitosis, diferensiasi, dan interaksi antarsel mengalami gangguan.

IMUNITAS .(1,3,4,5,7,8,9)

Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh pathogen serta sel tumor.
Pertahanan imun terdiri atas sistem imun alamiah atau non spesifik (natural/innate/native) dan didapat atau spesifik (adaptive/acquired).Disebut non spesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir. Sistem ini merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan dapat memberikan respon langsung.
I.                   Sistem Imun Non Spesifik
Yang termasuk kedalam pertahanan sistem imun non spesifik adalah:
  1. Pertahanan fisik/mekanik
Yang termasuk pertahanan fisik atau mekanik adalah kulit, silia saluran napas, batuk dan bersin,  keratinosit, dan lapisan epidermis kulit sehat, epitel mukosa yang utuh merupakan garis pertahanan terdepan terhadap infeksi.

  1. Pertahanan Biokimia
      Yang termasuk ke dalam  pertahanan  ini  adalah pH  asam  keringat  dan  sekresi   
      sebaseus, berbagai asam lemak yang dilepas kulit, lisozim dalam keringat, ludah,    
      air mata dan air susu ibu, saliva  yang   mengandung  enzim  laktooksidase,  asam   
      hidroklorida dalam lambung, enzim proteolitik, antibodi dan  empedu dalam usus    
      halus, pH yang rendah dalam vagina, spermin dalam semen, pembilasan oleh urin,     
      laktoferin dan transferin dalam serum, bahan yang disekresi mukosa saluran napas  
      (enzim dan antibodi)  dan  telinga  yang  semuanya  merupakan  pertahanan tubuh  
      terhadap masuknya kuman.
  1. Pertahanan Humoral
Yang terlibat dalam pertahanan ini adalah sistem komplemen, interferon, protein fase akut, dan kolektin. Bahan ini terdapat dalam serum normal
      D. Pertahanan Selular
           Yang termasuk ke dalam pertahanan seluler nonspesifik adalah fagosit, makrofag     
           dan sel Natural Killer (NK).
1.        Fagosit
Sel utama yang berperan dalam fagositosis adalah sel mononuklear (monosit dan makrofag) serta sel polimorfonuklear atau granulosit. Sel-sel ini berperan sebagai sel yang menangkap antigen, mengolah dan selanjutnya mempresentasikannya kepada sel T, yang dikenal sebagai sel penyaji atau APC.
2.      Makrofag
Monosit ditemukan dalam sirkulasi, tetapi monosit yang bermigrasi ke jaringan dan berdiferensiasi menjadi makrofag yang seterusnya hidup dalam jaringan sebagai makrofag residen. Sel Kupffer adalah makrofag dalam hati, histiosit dalam jaringan ikat, makrofag alveolar di paru,sel glia di otak dan langerhans di kulit. Makrofag dapat melepaskan berbagai bahan antara lain isozim, komplemen, interferon, dan sitokin yang semuanya memberikan kontribusi dalam pertahanan non spesifik dan spesifik.
3.      Sel NK
Limfosit terdiri atas sel B, sel T dan sel NK. Sel NK berfungsi dalam imuitas nonspesifik terhadap virus dan sel tumor.Ciri-cirinya yaitu memiliki banyak sekali sitoplasma, granul sitoplasma azurofilik, pseudopodia dan nucleus eksentrik. Oleh karena itu sel NK sering disebut LGL (Large Granular Lymphocyte).

4.      Sel Mast
Sel mast berperan dalam reaksi alergi dan juga dalam pertahanan pejamu, jumlahnya menurun  pada sindrom imunodefisiensi. Sel mast juga berperan pada imunitas terhadap parasit dalam usus dan terhadap invasi bakteri.
          II. Sistem Imun Spesifik
               Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama sekali muncul dalam badan segera dikenal oleh system imun spesifik sehingga terjadi sensitasi sel-sel system imun tersebut. Benda asing yang sama , bila terpajan ulang akan dikenal lebih cepat, kemudian dihancurkan. Oleh karena sistem tersebut hanya dapat menyingkirkan benda asing yang sudah dikenal sebelumnya, maka sistem tersebut disebut spesifik. Untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi tubuh, sistem imun spesifik dapat bekerja tanpa bantuan sistem imun nonspesifik.Pada umumnya terjalin kerjasama yang baik antara antibody-komplemen-fagosit dan antara sel T-makrofag.
A.    Sistem imun spesifik humoral
Peran utama dalam system imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel B. Sel B berasal dari sel asal multipoten di sumsum tulang.Bila sel B dirangsang oleh benda asing, sel tersebut akan berproliferasi, berdiferensiasi dan berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi.Antibodi yang dilepas dapat ditemukan dalam serum. Fungsi utama antibodi ini ialah pertahanan terhadap infeksi ekstra seluler, virus dan bakteri serta menetralisi toksinnya.
B.     Sistem imun spesifik seluler
Limfosit T atau sel T berperan pada sistem imun spesifik seluler.Sel ini juga berasal dari sel yang sama dengan sel B.Pada orang dewasa, sel T dibentuk di dalam sumsum tulang tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi didalam kelenjar timus. Sel T terdiri atas beberapa sel subset dengan fungsi yang berlainan yaitu sel Th1 (T helper), Th2, Tdth (T delayed tipe hipersensitivity), CTL (Cytotoksik T Lymphosit) atau Tc (T cytotoksic), Ts (T supresor), atau sel Tr (T regulator) atau Th3.Fungsi utama sistem imunspesifik seluler ialah untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit dan keganasan.

GANGGUAN PADA IMUNITAS (1,4,5,7)

Sistem imun adalah struktur efektif yang menggabungkan spesifisitas dan adaptasi. Kegagalan pertahanan tubuh dapat terjadi dan jatuh kepada tiga kategori : defisiensi imun, autoimunitas, dan hipersensitivitas.
  1. Defisiensi imun
Defisiensi imun muncul ketika satu atau lebih komponen imun tidak aktif. Kemampuan system imun untuk merespon pathogen berkurang baik pada golongan muda dan golongan tua, dengan respon imun mulai berkurang pada usia sekitar 50 tahun karena immunosenescence. Adapun kondisi yang dapat menyebabkan defisiensi imun adalah obesitas, penggunaan alcohol dan narkoba, kekurangan nutrisi seperti kekurangan zinc,selenium, zat besi, tembaga, vitamin a, C, E, dan B6, dan asam folik (vitamin B9) juga mengurangi respon imun. Selain itu diet kekurangan cukup protein berhubungan dengan gangguan imunitas seluler, aktivitas komplemen, fungsi fagosit, konsentrasi antibodi Ig A, dan produksi sitokin.
      Defisiensi imun juga dapat didapat seperti pada penyakit Chronic granulomatous 
      disease yang merupakan penyakit yang menyebabkan kemampuan fagosit untuk
      menghancurkan fagosit berkurang, AIDS dan beberapa tipe kanker menyebabkan 
      defisiensi imun dapatan.
  1. Autoimunitas
Respon imun terlalu aktif menyebabkan disfungsi imun yang disebut autoimunitas. Sistem imun gagal untuk memusnahkan dengan tepat antara diri sendiri dan bukan diri sendiri, dan menyerang bagian dari tubuh.
  1. Hipersensitivitas
Merupakan respon imun yang merusak jaringan tubuh sendiri. Terbagi atas 4 kelas (tipe I – IV) berdasarkan mekanisme yang ikut serta dan lama waktu reaaksi hipersensitif.
Hipersensitivitas tipe I sebagai reaksi segera atau anafilaksis sering berhubungan dengan alergi. Reaksi ini ditengahi oleh IgE yang dikeluarkan dari sel mast dan basofil.
Hipersensitivitas tipe II muncul ketika antibodi melilit pada antigen sel pasien, menandai mereka untuk penghancuran.Disebut juga hipersensitivitas sitotoksik, dan ditengahi oleh antibodi IgG dan IgM.
Hipersensitivitas tipe III merupakan kompleks imun (kesatuan antigen, protein komplemen dan antibodi IgG dan IgM)
Hipersensitivitas tipe IV ( juga diketahui sebagai seluler ) biasanya membutuhkan waktu antara dua dan tiga hari untuk berkembang. Reaksi tipe IV ikut serta dalam dermatitis kontak. Reaksi tersebut ditengahi oleh sel T, monosit dan makrofag.

SURVEILANS IMUN (4,8,9)
Surveilans imun mengatakan bahwa sistem imun mengenal sel tumor dan mengelimasi tumor tersebut, tetapi ketika surveilans imun tidak dalam kondisi yang seimbang. maka akan terjadi pertumbuhan tumor. Surveilans tumor dapat mengenal tumor yang disebabkan oleh virus karena mengespresikan peptida asing. Setiap tumor berbeda dalam imunogensitasnya, dan setiap antigen tumor dapat dikenal oleh imun sistem tubuh pejamu.
Penolakan sistem imun terhadap tumor tidak hanya karena kurangnya antigen pada tumor atau berkurangnya sel T mengenal antigen tumor.
Beberapa tumor mempunyai tumor-spesific antigens (TSA, disebut juga tumor-specific transplantation antigens,TSTa, atau tumor rejekction antigens,TRA) di permukaannya. TSA tidak ada pada sel normal. TSA biasanya muncul ketika diinfeksi oleh virus dan mengekspresikan antigen virus.Sedangkan tumor yang lain dapat dijumpai antigen pada tumor itu sendiri dan juga pada sel normal yang disebut dengan antigen terkait tumor (tumor associated antigen, TAA)




TUMOR PENYAKIT GEN (1)
 Dewasa ini telah diketahui adanya sejumlah kerusakan dalam mekanisme molekuler yang mengatur proliferasi dan homeotasis pada hampir semua jenis sel. Pada keadaan normal, pertumbuhan sel dipertahankan seimbang oleh berbagai regulator yang mengatur kecepatan sel membagi diri, diferensiasi dan mati. Beberapa regulator adalah intrinsik sedang lainnya berhubungan dengan sinyal yang diperoleh sel dari lingkungan. Tumor terjadi melalui proses yang disebut transformasi yang terjadi bila sel mengalami perubahan genetik dan mendapat kemampuan untuk melepaskan diri dari mekanisme regulator. Proses diduga terjadi bertahap yang mengubah sel normal menjadi tumor yang sangat ganas.

ANTIGEN TUMOR (1,3,7,8)

Imunitas tumor ialah proteksi sistem imun terhadap timbulnya tumor. Meskipun adanya respon imun alamiah terhadap tumor dapat dibuktikan, namun imunitas sejati hanya terjadi pada subset tumor yang mengekspresikan antigen imunogenik, misalnya tumor yang diinduksi virus onkogenik yang mengekspresikan antigen virus. Identifikasi molekuler antigen tumor telah dapat memberikan berbagai informasi mengenai respon imun terhadap tumor yang dapat merupakan faktor kunci dalam perkembangan imunoterapi antitumor.Antigen tumor yang unik dapat digunakan sebagai molekul yang dapat dijadikan sasaran dan dikenal sistem imun untuk dihancurkan secara spesifik. Antigen tersebut dapat dibagi sesuai gambaran ekspresinya pada sel tumor dan sel normal dan pada garis besarnya dapat digolongkn menjadi dua kategori:
  1. Tumor Spesifik Antigen
Antigen yang hanya terdapat pada sel tumor dan tidak terdapat pada sel normal.
Contohnya adalah
-          musin dapat menghasilkan antigen spesifik-tumor. Pada sebagian kanker,  
seperti  yang   berasal  dari    pankreas,   ovarium, dan  payudara,  kurangnya   
     glikosilasi musin menghasilakan epitop yang semula ditutup oleh karbohidrat.  
     Oleh karena itu, antigen ini, demi kepentingan praktis, adalah antigen spesifik 
     tumor.
-          Antigen virus. Antigen yang berasal dari virus onkogenik seperti HPV dan EBV dapat menjadi sasaran sel T CD8+. Antigen tumor semacam ini sama-sama dimiliki oleh tumor sejenis dari pasien yang berlainan. Antigen ini dapat menjadi sasaran yang efektif untuk imunoterapi karena tidak diekspresikan pada sel normal.
  1. Tumor Associated Antigen
Antigen yang terdapat pada sel tumor dan juga terdapat pada sel normal.
      Pada banyak hal, tumor tidak menunjukkan antigen unik yang dapat dikenal limfosit untuk diproses sebagai antigen.Kanker dapat dikenal sisem imun atas dasar perubahan kuantitatif dalam ekspresi profil proteinnya.Antigen tersebut tidak kanker spesifik, disebut Tumor Associated Antigen (TAA). Contohnya adalah;
-          antigen onkofetal. Antigen tersebut disandi oleh gen yang diekspresikan selama embriogenesis dan perkembangan janin, namun transkripsional tenang pada dewasa. Gen tersebut menyandi protein yang diduga berperan dalam pertumbuhan cepat sel embrio dan diaktifkan kembali untuk fungsi yang sama pada kanker yang tumbuh cepat. Golongan antigen onkofetal juga diekspresikan testis normal, dikenal sebagai antigen kanker testis, paru, kepala, leher dan kandung kencing. Dewasa ini dikenal lebih dari 50 jenis TAA dan banyak epitop yang sudah dapat diidentifikasi sel T.
-          Jenis TAA lain adalah Tissue-spesific differentiation antigen, protein yang diekspresikan pada sel yang menjadi kanker dan ekspresinya ditemukan terus sesudah transformasi neoplastik. Jadi antigen tersebut menunjukkan asal jaringan kanker.
  1. Melanoma differentiating antigen gp 100.
      Gen tersebut menyandi protein yang berfungsi dalam jalur biosintesis malanin sel   
      kulit dan juga diekspresikan oleh banyak kanker melanoma dengan pigmen.
  1. Prostate spesific Antigen (PSA) diekspresikan jaringan prostat normal dan dengan kanker.
  2. Carcinoembryonic Antigen
Carcinoembryonic Antigen yang dapat dilepas ke dalam sirkulasi, ditemukan dalam serum penderita dengan berbagai neoplasma. Kadar CEA yang meningkat (di atas 2,5 mg/ml) ditemukan dalam sirkulasi penderita kanker kolon, kanker pankreas, beberapa jenis kanker paru, kanker payudara dan lambung. CEA telah pula ditemukan dalam darah penderita nonneoplastik seperti emfisema, kolitis ulseratif, pankreatitis, peminum alkohol dan perokok.
  1. Alfa feto protein (AFP) ditemukan dengan kadar tinggi dalam serum fetus normal, eritroblastoma testis dan hepatoma.


RESPON IMUN TERHADAP KANKER  (1,4,7,8,9)

  1. Imunitas humoral terhadap kanker
Meskipun imunitas selular pada kanker lebih banyak berperan dibanding imunitas humoral, tetapi tubuh membentuk juga antibodi terhadap antigen kanker.Antibodi tersebut ternyata dapat menghancurkan sel kanker secar langsung atau dengan bantuan komplemen atau melalui sel efektor ADCC. Yang akhir memiliki reseptor Fc misalnya sel NK dan makrofag (opsonisasi) atau dengan jalan mencegah adhesi sel kanker.
Pada penderita kanker sering ditemukan kompleks imun, tetapi pada kebanyakan kanker sifatnya masih belum jelas. Antibodi diduga lebih berperan terhadap sel yang bebas (leukemia,metastase kanker) dibanding kanker padat. Hal tersebut mungkin diseabkan karena antibodi membentuk komleks imun yang mencegah sitotoksisitas sel T.

  1. Imunitas selular terhadap kanker
Pada pemeriksaan patologi anatomi kanker, sering ditemukan infiltrat sel-sel yang terdiri atas sel fagosit mononuklear, limfosit, sedikit sel plasma dan sel mast. Meskipun pada beberapa neoplasma, infiltrat sel mononuklear merupakan indikator untuk prognosis yang baik, tetapi pada umumnya tidak ada hubungan antara infiltrasi sel dengan prognosis. Sistem imun dapat langsung menghancurkan sel kanker tanpa sensitasi sebelumnya.
Limfosit matang akan mengenal TAA dalam pejamu, meskipun TAA merupakan self protein yang disandi gen normal. Adanya limfosit yang self reaktif nampaknya berlawanan dengan self-tolerans.
Bila sel B dan sel T menjadi matang dalam sumsum tulang dan timus, limfosit yang terpajan dan berikatan dengan self antigen akan mengalami apoptosis. Namun banyak self-antigen tidak dielkspresikan dalam sumsum tulang atau timus. Oleh karena deletion sentral tidak lengkap dan limfosit self-reaktif yang mengenal antigen tidak diekspresikan dalam sumsum tulang atau timus, maka sistem imun biasanya tidak responsif terhadap self-antigen oleh karena ada dalam keadaan anergi.Mengapa sel autoreaktif dipertahankan dalam keadaan inaktif, tidaklah jelas. Diduga limfosit anergik tidak memberikan respons terhadap self-antigen dengan kadar yang diekspresikan pada keadaan normal oleh sel sehat, namun responsif terhadap peningkatan ekspresi antigen pada sel kanker.
      1.CTL
Banyak studi menunjukkan bahwa kanker yang mengekspresikan antigen unik dapat memacu CTL/Tc spesifik yang dapat mnghancurkan kanker. CTL biasanya mengenal peptida asal TSA yang diikat MHC-I. CTL tidak selalu efisien, disamping respons CTL tidak selalu terjadi pada kanker.
2. Sel NK
Sel NK adalah sitotoksik yang mengenal sel sasaran yang tidak antigen spesifik dan juga tidak MHC dependen. Diduga bahwa fungsi terpenting sel NK adalah antikanker. Sel NK juga mengekspresikan IgG-R yang dapat membunuh sel sasaran melalui ADCC dan melalui penglepasan protease, perforin dan granzim
     3. makrofag
     Makrofag juga memiliki enzim dengan fungsi sitotoksik dan melepas mediator    
     oksidatif seperti superoksid dan oksida nitrit. Makrofag juga melepas TNF-α yang  
     mengawali apoptosis. Diduga makrofag mengenal sel kanker melalui IgG-R yang  
     berikatan dengan antigen kanker. Makrofag juga dapat memakan dan mencerna sel
     kanker dan mempresentasikannya ke sel CD4+. Jadi Makrofag dapat berfungsi  
     sebagai inisiator dan efektor imun terhadap kanker.

Adapun efektor sistem imun humoral dan selular pada destruksi kanker dapat disimpulkan sebagai berikut :
  1. Mekanisme humoral :
  1. Lisis oleh antibodi dan komplemen
  2. opsonisasi melalui antibodi dan komplemen
  3. Hilangnya adhesi oleh antibodi
  1. Mekanisme seluler
  1. Destruksi oleh sel CTl/Tc
  2. Destruksi oleh sel NK
  3. Destruksi oleh makrofag


 USAHA TUMOR MELEPASKAN DIRI DARI RESPON IMUN (1,4,7,8,9)
Kebanyakan tumor timbul pada individu yang tidak imunokompromais.Hal itu berarti bahwa tumor sendiri memiliki mekanisme untuk menghindarkan diri dari imunitas nonspesifik dan spesifik. Diduga ada berbagai mekanisme.
  1. Tidak adanya kostimulasi
Kebanyakan sel tumor tidak dapat  dipresentasikan dan diproses oleh karena tidak memiliki molekul B7 (CD 80) dan CD 86 sebagai molekul kostimulatori. Hal ini tidak saja menghambat sensitisasi, tetapi juga menyebabkan sel T anergik atau mengalami apoptosis.
  1. Hilang atau berkurangnya ekspresi antigen histokompatibilitas (MHC)
 Sel tumor juga tidak mengekspresikan molekul untuk mengaktifkan sel T terutama MHC-II atau molekul adhesi ICAM-I atau LFA3. Banyak tumor mengekspresikan sedikit MHC-I yang menimbulkan resistensi terhadap sel Tc.
  1. Tumor lain mengekspresikan FasL yang menginduksi apoptosis limfosit yang menginfiltrasi jaringan dengan tumor.
  2. imunosupresi
 Tumor sendiri dapat melepas berbagai faktor imunosupresif seperti TGF-β yang merupakan sitokin imunosupresif  poten.
  1. mengembangkan varian antigen negatif
  2. memproduksi musin yang menyamarkan antigen

KEGANASAN SISTEM IMUN (1)

Transformasi maligna sel dapat terjadi dengan hilangnya ekspresi MHC-I.Hal itu dapat berhubungan dengan meningkatnya potensi metastasis dan diduga karena menurunkan kemungkinan sel ganas untuk dikenal sel T, tetapi tidak oleh sel NK. 60% kanker mamae dengan metastase tidak mengekspresikan MHC-I

A. Common Acute Lymphoblastic Leukemia
Common Acute Lymphoblastic Leukemia (cALL) berasal dari sel B yang berkembang menjadi sel plasma dan sangat agresif. Tanpa terapi, cALL dapat menimbulkan kematian dalam beberapa minggu setelah diagnosis ditegakkkan. Mieloma berasal dari sel plasma matang, tumbuh berlahan, melepas imunoglobulin monoklonal dan penderita dapat hidup bertahun-tahun tanpa terapi.

B.  Keganasan yang disebabkan virus
Virus herpes dan virus retro menginfeksi sel tanpa menimbulkan sitolisis atau membunuhnya. Virus dapat memacu pertumbuhan sel terinfeksi yang tidak terkontrol. EBV dapat menimbulkan infeksi mononukleosis/ glandular fever, limfoma dan karsinoma nasofaringeal.Limfoma yang dipacu EBV sering terjadi pada penderita imunodefisien dan daerah malaria. EBV memproduksi protein yang merangsang pertumbuhan sel terinfeksi tidak terkontrol dan mencegah apoptosis.
Infeksi virus lainnya seperti virus herpes 8 (HV8) dapat menimbulkan sarkoma Kaposis pada individu imunodefisien. Keganasan sel T jarang terjadi. Bila terjadi sering disebabkan virus T limfotropik (HLV1), suatu retrovirus yang menyandi protein Tax dan menunjukkan efek serupa dengan IL-2 (faktor pertumbuhan sel T).HLV1 jarang terjadi di negara berkembang.



DAFTAR PUSTAKA
  1.  Baratawidjaja KG; Imunologi Dasar. Edisi ke-7.Jakarta.2006.P:357-65
  2. DeVita V.T, Hellman S, Rosenberg S.A.; Cancer: principles & Practice of Oncology.  7th ed.Philadelphia. 2005 P:139- 57
  3. Executive Summary of the Tumor Immunology think Tank : available at : http://dcb.nci.nih.gov/thinktank/Executive_Summary_of_the_Tumor_Imunology_Think_Tank.cfm.
  4. Kumar V, Cotran R.S, Robbins S.L. Robbins Basic pathology. 8th ed. Saunders. Philadelphia. 2007. p:214-17
      5.   Lubis   Dahlan  Nadib  H M dr Prof;  Patologi  Imun.  Bagian Patologi Anatomi      
            FK USU & UISU, 2003.
     6.    Ruddon RW;Cancer Biology.4th ed.United states of  america.2007.P: 400- 26
     7.    Rubin Emanuel et al; Pathology.3rded.vol.II Philadelphia.1999.P:164-5
     8.   Tumor  Immunology : available at:   
9.  Tumor Immunity : available at : http://  
     heatsciennces.columbia.edu/dept/ps/2007/imuno/im 23.pdf




1 komentar:

  1. Saya selaku anak dari bapak abdul rani sangat sangat br trimakasih kepada bapak Dokter yusuf yang sudah membantu menyembuhkan bapak saya dari penyakit kanker usus stadium 3.
    selama 8 bulan dengan minum obat racikam beliau akhir nya bapak saya bisa sembuh sedia kala. sekali lagi trimakasih untuk Dokter yusuf atas pr hatian nya, konsultasi rutin nya dan obat racikan khusus nya.
    Buat saudara yang mengalami penyakit kanker usus atau kanker lain nya dan masih mencari obat yang dapat menyembuhkan nya coba hubungi dokter yusuf beliau ada obat racikan khusus yaitu extrak daun batakan dan lain nya yang secara nyata menyembuhkan bapak saya. obat nya sangat mahal tapi sudah tr bukti karna bapak saya juga sudah sembuh dari kanker.

    BalasHapus